Berita Pangkalpinang

Kisah Perjuangan Nina Sarjulianto Rintis Galeri Destiani, Bangga Cual Miliknya Dipakai Sandiaga Uno

Tak pernah terbesit di benaknya jika produknya, Galeri Destiani bakal dipilih oleh desainer ternama Ghea Panggabean untuk

Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Iwan Satriawan
bangkapos.com
Nina Sarjulianto, perintis Galeri Destiani 

BANGKAPOS.COM, BANGKA- Raut bahagia nan bangga masih terpancar jelas di wajah Nina Sarjulianto, manakala mengenang salah satu pencapaian luar biasa yang dialaminya beberapa bulan lalu.

Kala itu di Pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center, Mei 2022 lalu Nina Sarjulianto berdiri di atas panggung KKI bersama sejumlah menteri Indonesia.

Tak pernah terbesit di benaknya jika produknya, Galeri Destiani bakal dipilih oleh desainer ternama Ghea Panggabean untuk ditampilkan di fashion show opening ceremony tersebut, bersaing dengan owner-owner galeri batik lainnya di Indonesia.

Nina Sarjulianto dengan para model Galeri Destiani
Nina Sarjulianto dengan para model Galeri Destiani (Instagram/Galeri Destiani)

Yang lebih membuat perasaannya campur aduk kala itu saat berdampingan dengan sejumlah menteri ternama dan melihat langsung para menteri itu mengenakan pakaian dari tenun cual miliknya.

Ada Ketua BUMN Erick Thohir, Menkop (Menteri Koperasi dan UKM RI) Teten Masduki, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan tentunya tak ketinggalan Menparekraf (Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif) Sandiaga Uno, dan sejumlah menteri lainnya.

"Wah wah, perasaan saya waktu itu deg-degan, senang, dan bangga, saya berdiri memegang bunga bersama para menteri, lihat ke kiri kanan para menteri memakai produk Galeri Destiani, bangga sekali rasanya. Terharu juga Galeri Destiani jadi produk yang kainnya dipilih Ghea Panggabean untuk ditampilkan di opening KKI," ungkap Nina Sarjulianto, kepada Bangkapos, Sabtu (5/11/2022).

Itu barulah satu dari sekian banyak pencapaian dan pengalaman Nina Sarjulianto dalam perjalanan kariernya sebagai perintis Galeri Destiani.

Ada banyak perubahan hidup yang dirasakan wanita bernama lengkap Dra. Catharina Kristiatmini ini selama tenggelam dalam dunia seni warisan milik Indonesia tersebut.

Memiliki kecintaan luar biasa terhadap batik hingga kini sukses menjadi pemilik rumah Galeri Destiani mungkin banyak yang mengira hal itu lantaran garis keturunan Nina Sarjulianto dimana ibunya yang berprofesi sebagai pembatik

Namun, menelisik lebih jauh kehidupan Nina Sarjulianto, dulu saat muda dirinya juga bukanlah sosok yang langsung punya ketertarikan terhadap batik dan menenun.

"Dulu saya nggak suka dan nggak mau membatik. Dipikirnya dulu itu tuh kerjaan orang tua, maunya kerja-kerja di kantor, biasalah pikiran anak muda dulu. Jadi sama sekali nggak ada niat untuk meneruskan usaha orang tua membatik di Jawa waktu itu," kata wanita kelahiran 22 Maret 1961 ini.

Tak melirik batik, Nina Sarjulianto saat itu fokus bekerja di sebuah perusahaan Jepang dengan bayaran lumayan tinggi.

Nina Sarjulianto menerima penghargaan di IWAPI
Nina Sarjulianto menerima penghargaan di IWAPI (Instagram/Galeri Destiani)

Namun Nina Sarjulianto kemudian mendedikaskan waktunya untuk mendampingi sang suami, Ir. Sarjulianto yang saat itu harus berpindah-pindah tugas, yang membuatnya juga terpaksa merelakan pekerjaan kantorannya.

Nina Sarjulianto setia mendampingi suami di berbagai acara hingga pindah tugas ke beberapa kota.

Solo, Jayapura, Palembang, adalah kota-kota yang pernah menjadi tempat tinggal Nina Sarjulianto dan suaminya.

Namun, selama mengikuti suami melalang buana ke berbagai kota di Indonesia Nina Sarjulianto rupanya melirik aneka kain Nusantara khas kota-kota itu dan dia selalu mengoleksinya.

Dia jatuh cinta dengan wastra Nusantara, kain khas yang sarat makna.

"Pernah tinggal di Jayapura, Palembang, Solo, dari situ saya lihat kok kain-kain khasnya bagus-bagus, unik-unik saya akhirnya beli dan suka ngoleksi. Menurut saya semuanya punya nilai dan filosofi masing-masing," jelas Nina.

Hingga akhirnya, di tahun 2000 Nina Sarjulianto harus ikut suaminya lagi untuk bertugas di Pangkalpinang, Bangka Belitung.

Ada cerita unik manakala ibu dua anak itu pertama kali menjajaki Kota Beribu Senyuman.

"Waktu itu tahun 2000an masih sepi, kondisi belum seperti sekarang, saya bilang ke suami, ini tempat apa mas kok sepi, agak setengah hati dulu, tapi suaminya saya bilang 'yaudahlah mau gimana lagi namanya juga dipindahkan dek,' yang mau tak mau saya akhirnya harus ikut menetap di sini," kenang Nina Sarjulianto.

Kendati demikian, perhatian Nina Sarjulianto terhadap wastra tak hilang.

Justru Nina Sarjulianto rupanya jatuh cinta dengan kain khas Bangka, cual, dan disinilah ketertarikannya terhadap wastra Nusantara semakin timbul.

Perintis Galeri Destiani, Nina Sarjulianto bersama desainer ternama Ghea Panggabean dan model yang mengenakan tenun cual Galeri Destiani di acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2022
Perintis Galeri Destiani, Nina Sarjulianto bersama desainer ternama Ghea Panggabean dan model yang mengenakan tenun cual Galeri Destiani di acara Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2022 (Instagram/Galeri Destiani)

"Waktu saya pindah ke sini saya menengok-nengok motifnya, saya malah jadi jatuh cinta dengan cual, dan berusaha buat mengoleksinya," kata Nina Sarjulianto.

Hingga kemudian Nina Sarjulianto mendapat dukungan dari sejumlah pejabat Bangka Belitung untuk mengembangkan potensi diri dengan mendirikan rumah galeri batik.

Masih membekas di benak Nina Sarjulianto saat Sekretaris Daerah Bangka Belitung yang bertugas di masa itu mempersuasinya untuk mengembangkan kain tenun.

"Waktu itu Sekda Shahrum ngomong 'Ayoklah Nina kan orang tuanya pembatik, coba bikin motif cual, banyak kantor pada pakai seragam batik sekolah bakal ada pakaian utk kearifan lokal, siapa tahu bisa terima orderan," kata Nina.

Dukungan lain juga berdatangan dari kepala pariwisata hingga gubernur yang membuat Nina Sarjulianto akhirnya mantap untuk merealisasikan mendirikan galeri tenun.

Langkah pertama yang dilakukannya adalah mempelajari seputar cual.

"Saya belajar dengan Budayawan Akhmad Elvian mengenai cual, dari mulai asal usul, sejarah dan maknanya," lanjut Nina Sarjulianto.

Hingga akhirnya Nina Sarjulianto berani mendaftarkan tenun motif cual miliknya ke Kumham untuk mendapatkan HAKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Tak disangka hanya dalam waktu dua tahun HAKI keluar dan Nina Sarjulianto mantap menyeriusi Galeri Batiknya, di tahun 2013.

"Baru setelah itu saya mulai menyeriusiny. Saya juga berpikir untuk memasarkannya agar masyarkat di Bangka Belitung bisa ikut memakainya. Saya mencari penjahit yang memiliki keterampilan untuk menjahit dengan bagus, tenun yang dihasilkan berkualitas," tutur Nina Sarjulianto.

Komentar positif dari mulut ke mulut, dan promosi yang digencarkan membuat produk Galeri Destiani rupanya mendapat respon baik, dan mulai diminati.

Di sela-sela menerima pesanan, wanita lulusan Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret ini aktif mengadakan workshop dan mengikuti berbagai event lokal, nasional hingga internasional agar produknya semakin dikenal dan diminati. Galeri Destiani pun kini juga berkolaborasi dengan Bank Indonesia dalam sejumlah event.

"Pokoknya setiap ada event kita ikut terus, dari situ produk kita makin dikenal. Yang pesan bahkan tak cuma dari daerah, atau Kabupaten di Bangka Belitung tapi pejabat-pejabat pusat mesan batik di Galeri Destiani, " tandas Nina Sarjulianto.

Pencapaian-pencapaian Nina Sarjulianto merintis Galeri Destiani membawanya masuk dalam 5 besar yang menerima penghargaan Apresiasi Terhadap Keberhasilan Wanita Pengusaha dalam Mengelola dan Mengembangkan Usahanya dari Dewan Pengurus Pusat Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (DPP IWAPI) di penghujung September 2022.

Keinginan Nina Sarjulianto begitu mulia untuk menjaga ekistensi batik agar terus lestari, terkhusus tenun cual.

Galeri Destiani kini sukses menjadi galeri tenun yang memiliki banyak manfaat terkhusus bagi masyarakat Bangka Belitung.

"Kehadiran Galeri Destiani bisa memberdayakan masyarakat lokal dimana pengrajin, penenun, dan karyawan kami semuanya berasa dari Bangka Belitung. Galeri Destiani juga bisa jadi centra oleh-oleh khas Bangka Belitung dan sarana edukasi pelajar atau mahasiswa seputar batik," kata Nina Sarjulianto.

Nina Sarjulianto merasa animo masyarakat Bangka Belitung terhadap batik kian positif dari tahun ke tahun.

"10 tahun terkahir animo sangat bagus apalagi udah semenjak UNESCO mengakui batik sebagai warisan dunia. Dulu kita sebagai masyarakat mungkin agak malas-malasan pakai memakainya gapi sekarang dimana-mana masyarakatnya udah pakai dresscode baik dari batik atau pun tenun dalam kegiatan apapun," kata Nina Sarjulianto.

Bagi Nina Sarjulianto kecintaan terhadap wastra Nusantara ditambah dengan kemauan dan aksi nyata telah menimbulkan passion tersendiri baginya, dari yang awalnya tak punya ketertarikan terhadap tenun.

"Dari kecintaan dari situ passion muncul," beber dia.

Lewat perjalanan kariernya Nina Sarjulianto menitip pesan kepada semua orang terkhusus kaum muda untuk mulai menggali potensi diri dan menekuninya menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai.

"Tekuni dengan bagus apapun itu profesinya, tekuni yang sekiranya cocok di bidang atau passionnya masing-masing, jangan takut memulai dan jangan takut melangkah," pungkas Nina Sarjulianto.

(Bangkapos.com/Vigestha Repit)

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved