Buaya Bangka Belitung

Sepuluh Kasus Konflik Buaya dengan Manusia, Satu Nyawa Melayang, Sembilan Lainnya Luka-luka  

Konflik buaya dengan manusia di Provinsi Bangka Belitung (Babel) akhir-akhir semakin mengerikan.

Darwinsyah/BangkaPos
Ilustrasi Buaya 

BANGKAPOS.COM , BANGKA - Konflik buaya dengan manusia di Provinsi Bangka Belitung (Babel) akhir-akhir semakin mengerikan.

Predator Nama Latin Crocodylus porosus itu tercatat sudah beberapa kali menyerang manusia hingga menyebabkan nyawa melayang.

Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Wilayah Bangka Belitung (Babel), setidaknya 10 kasus konflik antara predator buas buaya dan manusia telah terjadi sepanjang Tahun 2022.

Kepala Resor Konservasi Eksitu Wilayah XVII BKSDA Sumatera Selatan wilayah Babel, Ahmad Fadli, Senin (28/11/2022) memastikan, kasus itu terjadi selama kurun waktu Januari hingga November 2022.

Di mana di antara 10 kasus konflik buaya dan manusia terdapat satu korban jiwa, sementara itu yang lain hanya mengalami luka gigitan.

"Konflik buaya dan manusia paling banyak terjadi di akhir tahun ini. Terbaru yang sampai menewaskan satu orang warga itu di daerah Sempan, Kabupaten Bangka," ucap Ahmad Fadli kepada Bangkapos.com Senin (28/11/2022).

Lebih lanjut, kata Fadhli konflik buaya dan manusia paling marak terjadi di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Barat. Korban terkaman buaya itu didominasi kalangan pemancing dan penambang timah.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang mesti dikaji secara ilmiah oleh akademisi atau badan riset terkait tingkah laku buaya yang agresif di saat musim penghujan dan habitat buaya yang mungkin sudah rusak.

"Ini perlu dikaji lagi, apakah musim kawin buaya itu di saat musim penghujan seperti sekarang, sehingga mereka sangat agresif. Dan kedua, habitat buaya muara di Babel ini memang berada di daerah aliran sungai. Apakah konflik buaya dan manusia itu terjadi karena habitat mereka memang sudah sangat rusak, itu perlu kajian lebih lanjut," kata dia.

Oleh karena itu, Fadhli mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati saat beraktivitas di wilayah sungai, karena hampir setiap aliran sungai, potensi menjadi habitat predator buas.

"Sebisa mungkin menghindari daerah habitat buaya yang dapat membahayakan jiwa mereka, mengingat di saat musim penghujan kasus konflik buaya dan manusia sering kali terjadi dan terkadang memakan korban jiwa," katanya. (Bangkapos.com/Akhmad Rifqi Ramadhani)

 

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved