Curhat Presiden FIFA, Gianni Infantino Soal Kemunafikan Barat Hingga Mau Korea Utara jadi Tuan Rumah
Presiden FIFA Gianni Infantino pemegang paspor Swiss tapi berdarah Italia yang berbicara terbuka membela Qatar seraya menyerang Barat yang munafik
BANGKAPOS.COM--Jelang dimulainya Piala Dunia 2012 Qatar, sejumlah negara dan media Barat menyerang Qatar atas tuduhan melanggar HAM pekerja migran, larangan LQBT, dan minum bir.
Qatar adalah negara Muslim pertama, negara Timur Tengah pertama, yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Barat ingin Qatar seperti Barat, menerapkan nilai-nilai Barat hal yang ditolak dengan keras dan konsisten oleh Qatar.
Tak kurang dari Presiden FIFA Gianni Infantino pemegang paspor Swiss tapi berdarah Italia yang berbicara terbuka membela Qatar seraya menyerang Barat melakukan tindakan munafik.
Ketika berbicara dalam jumpa pers di Qatar jelang pembukaan Piala Dunia, Infatino nyaris tak bicara soal sepak bola.
Dikutip dari Tribunnews.com di hadapan ratusan jurnalis, termasuk jurnalis Barat, Infantino tampak murung menjawab kritik mengenai penyelenggaraan ajang akbar sepak bola sejak pandemi covid-19 melanda dunia.
Infantino memusatkan perhatiannya pada apa yang disebutnya "kemunafikan" kritik Barat.
Terutama mengenai pelanggaran hak asasi manusia. Pekerja migran yang terlibat dalam pembangunan fasilitas infrastrukur Piala Dunia Qatar disebut mengalami ketidakadilan.
“Kami diajari banyak pelajaran dari orang Eropa, dari dunia Barat,” katanya, mengacu pada kritik terhadap catatan hak asasi manusia Qatar.
“Apa yang kami orang Eropa telah lakukan selama 3.000 tahun terakhir, kami harus meminta maaf selama 3.000 tahun ke depan sebelum mulai memberikan pelajaran moral,” katanya seperti diberitakan CNN.
Infantino telah menghabiskan banyak waktu membela keputusan FIFA pada tahun 2010 untuk memberikan Piala Dunia ke Qatar.
Turnamen ini akan menjadi sejarah, sebab untuk kali pertama digelar di Timur Tengah. Namun, di sisi lain terperosok dalam kontroversi.
Sebut saja dugaan pelanggaran HAM, mulai dari kematian pekerja migran, kondisi yang dialami mereka, LGBTQ, hingga hak-hak perempuan.
Infantino mengakui ada hal-hal yang tidak sempurna.