Masih Ingat Delisa? Korban Tsunami Aceh yang Kehilangan Kaki, 18 Tahun Berlalu Begini Nasibnya Kini
Bukan hanya keluarga, Delisa juga kehilangan kaki sebelah kanannya yang harus diamputasi akibat tragedi tsunami Aceh tahun 2004 silam
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Teddy Malaka
BANGKAPOS.COM - Masih ingat sosok bernama Delisa, korban selamat yang harus kehilangan kakinya usai tragedi tsunami Aceh?
Ya, bencana gempa dan tsunami yang terjadi 2004 silam itu telah mengubah banyak hidup Delisa Fitri Rahmadani.
Delisa, yang saat itu masih menjadi gadis kecil harus ikhlas kehilangan kaki kanannya lantaran musibah dahsyat itu.
Kala tsunami terjadi, ia masih duduk di kelas 2 MIN Ulee Lheue, Banda Aceh.
Saat musibah tersebut ia kehilangan ibunya Salamah, dan juga ketiga saudara kandungnya.
Bukan hanya keluarga, Delisa juga kehilangan anggota tubuhnya, yaitu kaki sebelah kanannya yang harus diamputasi.
Kisahnya begitu viral dimana-mana, bahkan sampai diangkat sebuah film layar lebar nasional berjudul Hafalan Shalat Delisa yang rilis 2011.
Hari ini, tepat 18 tahun berlalu sejak tragedi itu, masih banyak yang mencari-cari kabar dan ingin tahu seperti apa kondisi Delisa kini.
Tentu saja, Delisa kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang memberikan inspirasi bagi banyak orang terkhusus masyarakat Aceh.
Lantas bagaimana kondisi Delisa kini?

Berdasarkan penelurusan Bangkapos.com, tak banyak kabar terkini mengenai kondisi Delisa Fitri Rahmadani.
Namun melansir dari YouTube You Video di tahun 2020 lalu Delisa menggambarkan adanya banyak perubahan yang dia alami semenjak kejadian tersebut.
Terlebih kondisi tubuhnya yang kini tak seperti dulu membuat Delisa sempat merasa dikucilkan.
"Kemana-mana dulu perlu bantuan ayah, kita tahu kan karena beda pasti ada yang ngejek-ngejek, tapi kalau sekarang lebih pede, mungkin waktu yang menjawab," ujar Delisa.
Delisa akui sama sekali tak menyangka jika bencana itu bakal datang menghantam daerah tinggalnya.
"Nggak kebayang sama sekali, tapi ya namanya musibah, kita juga nggak minta, tapi ya mikir untuk apa sih murung-murung terus," lanjutnya.
Perlu waktu bagi Delisa untuk akhirnya bisa bangkit dan menata hidupnya kembali.
Baginya, kunci dari semua perjalanan hidup yang dia lalui kini adalah ikhlas.
"Ikhlas, ketika ikhlas ada aja yang membantu kita, akan ada hikmahnya, kalau tidak ikhlas kedepannya kita akan terus menyalahkan kondisi," tandas wanita kelahiran 1997 tersebut.
Kini, Delisa belajar lebih mandiri dengan kekurangannya.
Dia tak berputus asa dalam mengejar cita-citanya dan impiannya.
Pernah berkuliah, kini Delisa mengatakan jika dirinya bekerja di salah satu bank swasta di Aceh.
"Kegiatan 2015-2016 sempat kuliah di universitas di Banda Aceh, trus coba-coba tes kerja, sekarang udah kerja di salah satu bank swasta," kata Delisa.
Bahkan kini sosok Delisa betul-betul menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Buktinya dia banyak menerima undangan sebagai pembicara untuk membagikan kisah pengalaman berharganya itu.
"Jadi pembicara, berbagai apa yang saya alami dan cara mengatasinya, semoga yang emndengar mendapat dukungan termotivasi," kata Delisa.
Delisa rayakan ulang tahunnya
Pada 15 Desember 2020 lalu, Delisa memperingati hari ulang tahunnya yang ke-23.
Delisa merayakan ulang tahun yang ke 23 bersama Sabariah, ibu sambungnya (ibu tiri), keluarga besar Museum Tsunami Aceh, Layarkaca Intervision, dan Teater MAE.
Bagi Delisa, tahun 2020 menjadi ulang tahun yang istimewa, karena ia dapat merayakan bersama ibu sambungnya serta tim kreatif yang terlibat dalam garapan film dokumenter drama sebagai keluarga barunya.
Film dokumenter berjudul 'Saya, Delisa!' ini dibuat oleh tim kreatif dan keluarga besar Museum Tsunami Aceh, Layarkaca Intervision, dan Teater MAE.
Kepala UPTD Museum Tsunami Aceh, Hafni menyampaikan bahwa gagasan dibuatnya film dokudrama ini berdasar pada satu tujuan utama yaitu, sebagai media mengomunikasikan edukasi bencana untuk masyarakat.
"Setelah bertahun-tahun Museum Tsunami melakukan kajian tangible dan itangible terhadap Delisa dan semakin intensif sejak 2019-2020 dengan dukungan DAK-Nonfisik Kemendikbud melalui Dinas Kebudayaan dan Periwisata Aceh," kata Hafni melansir dari Serambi News, 18 Desember 2020 lalu.
"Pelibatan banyak pihak dalam karya ini, akan menambah koleksi karya sineas Aceh. Museum Tsunami Aceh akan menyuguhkan untuk tamu-tamu dari berbagai negara di dunia," tambahnya.
Hafni sangat menghargai usaha dan karya bersama semua pihak tersebut.
Harapannya ke depan dapat terus berlanjut tentunya dalam interpretasi karya yang beragam namun tetap dengan tujuan mulia, mengedukasi generasi masa depan Aceh.
Para kreator berikut aktris dan aktornya, turut membagi kisah suka duka dalam pembuatan film ini.
Banyak kendala teknis yang menantang hingga tim menemukan solusi jitu, unik, dan mengharukan.
Maulana Akbar,sang sutradara mengungkapkan perkenalannya dengan Delisa beberapa tahun lalu.
Ia yakin, bahwa suatu hari akan berkarya bersama Delisa.
(Bangkapos.com/Vigestha Repit)