Mengenal Permainan Latto-latto yang Sudah Ada Sejak Tahun 1960-an, Sempat Dilarang Karena Ini
Latto-latto ternyata sudah ada sejak tahun 1960-an. Nama permainan ini ternyata diambil dari bahasa Bugis Makassar yang artinya bunyi benturan,
Penulis: Nur Ramadhaningtyas | Editor: M Zulkodri
BANGKAPOS.COM - Permainan tradisional latto-latto belakangan ini ramai kembali dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa.
Permainan ini bahkan jadi topik hangat di Twitter, karena banyak yang merasa terganggu akan bunyinya.
Saking ramainya permainan ini, dalam momen Hari Ibu pada tanggal 22 Desember 2022 kemarin, Presiden Joko Widodo lewat ucapan di gambar ilustrasinya yang diunggah di Instagram menampilkan sosok bocah yang tengah asih bermain latto-latto.
Warganet pun ramai berkomentar menyadari permain yang tengah happening tersebut.
"Latto latto lagi!?!?," tulis akun @mg*f*zh
"Latto latto ga lupa," ujar akun @ta*a*h*e*a_
"Ada Yang Main Latto Latto," komentar @o*angg*bang
Latto-latto atau juga disebut clackers ball ternyata sudah ada sejak tahun 1960-an.
Nama permainan ini ternyata diambil dari bahasa Bugis Makassar yang berarti bunyi benturan.

Cara memainkan latto-latto adalah dengan membenturkan dua bola yang diikat tali dengan cepat dan sekeras mungkin.
Latto-latto atau clackers ball memantul satu sama lain dan menimbulkan bunyi "klak" yang memuaskan.
Dikutip dari Ravalli Republic via Kompas.com, tujuan dari permainan ini adalah memungkinkan dua bola saling beradu secepat mungkin dan sekeras mungkin.
Hal ini mengakibatkan mainan hancur dan pecah berserakan di mana-mana.
Beberapa orang beranggapan bahwa tujuan dimainkanya clackers ball untuk membuat bola saling beradu saja hingga berbunyi beruntun. Sebab, butuh trik atau usaha untuk membuat kedua bola ini saling beradu di posisi atas.
Sempat dilarang
Clackers ball sempat dilarang dimainkan di beberapa negara. Satu diantaranya di Amerika.
Alasannya adalah karena permainan itu tidak bermanfaat dan cenderung melukai.
Saat bola pendulum itu rusak, maka pecahannya bisa melukai wajah anak-anak atau meledak menjadi hujan plastik tajam.
Diketahui, permainan clackers ball resmi dilarang dimainkan pada 1985.
Pada 2017, polisi Mesir melarang keras pedagang kaki lima menjual clackers ball, meski saat itu mainan tersebut memang sedang populer.
Alasannya, permainan clackers ball dianggap menghina presiden Mesir saat itu, Abdel Fattah al-Sisi.
Saat itu, mainan tersebut dijuluki "pendulum Sisi" atau "buah zakar Sisi".
"Kepala Direktorat telah memutuskan untuk tegas menghadapi pedagang mainan ini dan menertibkan semua perilaku negatif yang membuat marah warga," demikian larangan tersebut, dikutip dari New Arab, 9 November 2017.
Sumber mengatakan kepada situs berita online Rassd bahwa Kementerian Pendidikan Mesir memerintahkan para guru untuk menyita mainan tersebut dari siswa di sekolah-sekolah milik negara.
(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)