Virus Corona
WHO Nyatakan Pandemi Covid-19 Tamat tapi Tetap Jadi Ancaman Global
Pandemi Covid-19 telah berakhir, namun virus ini tetap menjadi 'ancaman kesehatan global'.
BANGKAPOS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi virus corona (Covid-19) telah berakhir.
Covid-19 saat ini tidak lagi menjadi darurat kesehatan global.
Meski demikian, Covid-19 tetap menjadi 'ancaman kesehatan global'.
Diketahui virus corona telah menjadi pandemi global selama lebih dari tiga tahun.
Baca juga: Lansia Mesti Waspada, Kasus Covid-19 di Indonesia Mulai Meningkat Lagi
Hampir 7 juta orang meninggal akibat terinfeksi virus corona.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (6/5/2023), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus secara resmi menurunkan status penyakit tersebut pada Jumat kemarin.
Dia menekankan bahwa Covid-19 tetap menjadi 'ancaman kesehatan global'.
Keputusan untuk menurunkan tingkat kewaspadaan ini dibuat setelah dilakukannya pertemuan para ahli pada Kamis (4/5/2023).
Kendati demikian, saat 'fase darurat' telah berakhir, ribuan orang masih meninggal setiap minggu akibat virus tersebut.
WHO kali pertama menggambarkan Covid-19 sebagai pandemi pada Maret 2020, saat virus tersebut menyebar ke setiap benua kecuali Antartika.
Saat penyakit itu telah merenggut beberapa ratus nyawa pada saat itu, deklarasi pandemi mengakibatkan diberlakukannya sistem penguncian (lockdown) yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pembatasan pergerakan serta perdagangan, menyebabkan kontraksi ekonomi yang masih terasa.
Sejak saat itu, sekitar 764 juta kasus telah tercatat secara global, sementara 5 miliar orang dilaporkan menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Di sisi lain, saat sebagian besar negara telah mencabut langkah-langkah pengendalian pandemi mereka, Amerika Serikat (AS) masih menerapkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, yang akan berakhir minggu depan.
Menurut data statistik WHO, lebih dari 1,1 juta orang meninggal karena Covid-19 di AS, angka ini lebih banyak daripada negara manapun di dunia.
Awal pekan ini, organisasi tersebut mengumumkan bahwa kepala misi internasional yang dikirim ke China untuk menyelidiki asal-usul pandemi telah diberhentikan karena pelanggaran seksual.
Peter Ben Embarek mengklaim tekanan politik diberikan pada timnya, termasuk dari luar China.
Frustrasi oleh kurangnya respons global yang terkoordinasi terhadap deklarasi daruratnya, WHO telah menempatkan 194 negara anggotanya untuk bekerja menyusun perjanjian global demi mengatasi pandemi di masa depan.
Saat perjanjian tersebut seolah-olah ditujukan untuk melindungi penduduk dari ancaman kesehatan global, para kritikus telah memperingatkan bahwa hal itu dapat mendahului kedaulatan nasional tiap negara dan hak-hak individu.
Kasus Covid-19 di Indonesia Meningkat
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan bahwa kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Meningkatnya kasus Covid-19 tersebut diketahui berdasarkan data yang tercatat oleh Kemenkes per Rabu (3/5/2023).
Diketahui terdapat sebanyak 2.647 kasus konfirmasi COVID-19 di Indonesia dengan 25 kasus kematian.
Selain itu, kenaikan kasus juga diiringi oleh peningkatan perawatan pasien di rumah sakit.
Berdasarkan data dari RS Online pada 03 Mei 2023 Pukul 14.00 WIB dan Dinkes Provinsi menunjukan keterisian bed atau BOR di rumah sakit sebesar 8,1 persen secara nasional, baik bed isolasi maupun bed intensif, dari 42.293 tempat tidur yang ada.
Sebanyak lima rumah sakit mengalami peningkatan keterisian lebih dari 50 persen pada tanggal 3 Mei.
Adapun 5 rumah sakit tersebut yakni RSUP Dr. M. Djamil, RS Dr. Tadjuddin Chalid, MPH, RSP Dr. Ario Wirawan, RSUP Prof Dr. R.D.Kandou, dan RSUP Dr. kariadi.
Tak hanya itu, pada tanggal 1 Januari sampai 3 Mei 2023 total pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit sebanyak 22.666.
Sementara pasien yang masih dirawat hingga Rabu (3/5/2023) berjumlah 2.696, yang terdiri dari 2.556 pasien isolasi dan 140 pasien intensif.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril menyampaikan bahwa pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 rata-rata belum tervaksinasi.
“Dan selama periode tersebut sebanyak 1.423 pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit, hampir separuhnya belum divaksinasi” ungkap Syahril pada Kamis (4/5/2023), dikutip dari laman Kemkes.
Bertambahnya kasus Covid-19 ini dipengaruhi oleh mobilitas masyarakat yang semakin tinggi.
“Semua pihak harus memahami bahwa dengan tingkat pergerakan masyarakat yang semakin tinggi, maka risiko penularan juga semakin tinggi. Namun risiko itu bisa dicegah jika masyarakat patuh dan disiplin menjalankan protokol kesehatan,” jelas Syahril.
Oleh sebab itu, Syahril mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap Covid-19.
“Masyarakat jangan lengah. Perketat kembali protokol kesehatan terutama memakai masker dan segera lakukan booster,” imbuh Syahril.
Diketahui sebelumnya, Kemenkes menambahkan menambahkan regimen vaksin jenis Indovac sebagai booster kedua untuk vaksin primer Pfizer selain vaksin AstraZeneca.
Penambahan vaksin booster tersebut dilakukan oleh Kemenkes untuk memperkuat proteksi masyarakat Indonesia terhadap Covid-19 khususnya sub Varian Arcturus.
Aturan tersebut tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor IM.02.04/C/2034/2023 tanggal 23 April 2023.
(Tribunnews.com/Fitri Wulandari/Enggar Kusuma Wardani)
JN.1 Varian Baru Covid-19 Menyebar, Kemenkes: Cepat Menular tapi Tidak Ganas |
![]() |
---|
Lansia Mesti Waspada, Kasus Covid-19 di Indonesia Mulai Meningkat Lagi |
![]() |
---|
Kasus Baru Covid-19 di Indonesia Naik, Ini Penyebabnya, Masyarakat Tak Usah Panik |
![]() |
---|
Tak Usah Panik Jika Anak Demam, Batuk dan Pilek, Ini Cara Menangani Anak Kena Covid-19 Omicron |
![]() |
---|
Anak Demam, Batuk dan Pilek, Apa Bedanya Kena Omicron dan Demam Biasa Pada Anak? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.