Buaya Penunggu Kolong Retensi Kacangpeedang Jembatan 12 Pangkalpinang, Sosok Ini Sering Beri Makan

Kolong Retensi Kacangpedang Pangkalpinang ternyata memiliki penuggu satu buaya berukuran cukup besar.

Penulis: Teddy Malaka CC | Editor: Teddy Malaka
(Dok Pribadi)
Buaya yang sedang makan satu ekor ayam di sungai Jembatan 12. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Kolong Retensi Kacangpedang Pangkalpinang ternyata memiliki penuggu satu buaya berukuran cukup besar. Reptil ganas itu diberi makan hampir setiap hari oleh seseorang.

Adalah Febriansyah, seorang pria berusia 33 tahun yang memberi makan hewan buas itu. Selama dua bulan terakhir, ia tak pernah absen melakukannya.

Ia melakukannya dari bawah jembatan 12 Kota Pangkalpinang yang membelah kolong atau danau retensi Kacangpedang.

Saat Bangkapos.com berusaha melihat aksi Febriansyah memberikan makan, sayangnya buaya pun enggan datang untuk menyambut satu ekor ayam yang sudah disiapkan.

Namun dari beberapa video di kanal YouTube Epri Ketumen Mancing yang dimiliki Febriansyah, terlihat buaya memang mendatangi satu ekor ayam yang sudah disiapkan oleh Febriansyah.

Febriansyah mengatakan kegiatan memberikan makan kepada buaya, berawal dari keisengannya dalam membuat konten video miliknya.

"Kalau untuk buaya jembatan 12 setiap hari sejak dua bulan terakhir, awalnya saya lagi mancing iseng-iseng pakai tangkai daun ternyata memang datang buayanya," ujar Febriansyah kepada Bangkapos.com.

Meski berhadapan dengan buaya yang merupakan binatang buas, namun Febriansyah tidak pernah terluka atau mendapatkan serangan dari buaya.

"Paling hanya agresif saja, itu karena saat ngasih makan banyak anak-anak yang berisik jadi mungkin merasa terganggu," bebernya.

Lebih lanjut untuk ayam yang digunakan Febriansyah untuk memberikan makan buaya, merupakan ayam yang sudah mati dan didapatkan dari tempatnya bekerja.

"Kalau ayam saya kerja di tempat kakak saya pemotongan ayam, jadi kalau ada ayam misal turun dari truk itu ada yang mati daripada kita buang mending saya kasih buaya," jelasnya.

Diketahui tak hanya memberikan makan kepada buaya di jembatan 12, namun pria kelahiran 8 Februari 1991 ini juga sudah beberapa kali memberikan makan buaya di tempat yang berbeda di Kota Pangkalpinang.

Sejumlah lokasi sungai di Semabung, Teluk Bayur dan di daerah Kulan yang terdapat buaya pernah disambangi Febriansyah untuk diberikan makan satu ekor ayam.

Untuk buaya terbesar yang pernah diberikan makan secara langsung, diungkapkan Febriansyah ada yang sepanjang lima meter yang ditemuinya di daerah Muara Jagal Teluk Bayur.

"Karena saya punya konten YouTube saya hobi ngasih buaya liar makan, karena bagi saya itu hal aneh hewan buas bisa dipanggil. Fokusnya karena wilayah dekat, lalu juga di Pangkalpinang ini juga banyak buayanya," ucapnya.

Sementara itu Febriansyah berharap masyarakat tak mencoba-coba ikut memberikan makan buaya, guna menghindari kejadian yang tak diinginkan.

"Untuk masyarakat jangan ditiru karena buaya tetap hewan buas, saya ingin menunjukkan buaya sudah berkeliaran kemana-mana. Untuk masyarakat juga tolong diperhatikan anak-anak, jangan sampai anak main di sungai," ungkapnya. (Bangkapos.com/Rizky Irianda Pahlevy). 

Buaya Makan Kerupuk

Kemunculan buaya di sejumlah sungai di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) semakin sering. Beragam kisah tentang buaya pun di sungai-sungai di Bangka terkuak, mulai dari buaya yang menyerang manusia, mati tanpa diketahui penyebab hingga buaya yang doyan makan kerupuk.

Jika beberapa waktu lalu kita menyaksikan sebuah video yang viral bagaimana seorang perempuan di Kalimantan mencuci piring, sementara buaya berada di bawahnya terlihat tidak mengganggu perempuan itu.

Lain pula di Bangka, di Sungai Mancung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, masyarakat dihebohkan dengan adanya buaya makan kerupuk dan bergoyang-goyang di air ketika mendengar musik dambus.

Hampir setiap hari jembatan Sungai Mancung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi perhatian warga.

Mereka penasaran melihat buaya yang kerap muncul di sekitar jembatan tersebut.

Uniknya, buaya- buaya menyantap makanan yang tidak biasa.

Kemunculan reptil ganas ini tentunya sesuatu yang jarang terjadi. Karena biasanya buaya liar sangat jarang menampakan diri.

Menurut Karman, kebiasaan tak lazim bermula saat sejumlah pedagang yang kerap singgah dan membuang kerupuk-kerupuk kedarluarsa ke Sungai Mancung.

Kerupuk-kerupuk itu yang kemudian menjadi santapan buaya.

“Ceritanya pedagang-pedagang kerupuk yang dari Pangkalpinang sering membuang kerupuk yang sudah tak laku ke sungai itu. Jadi sampai sekarang kebiasaan itu terus berlanjut. Bahkan buaya itu lebih doyan kerupuk dari pada daging ayam," ujarnya.

Masih menurut Karman,  sebulumnya ada tiga buaya yang doyan menyantap kerupuk. Namun seiring waktu dua di antaranya menghilang.

Kades Mancung, Karman mengaku tidak begitu paham penyebab kebiasaan buaya mondar-mandir di sekitar Jembatan Mancung. Hanya saja dia khawatir keberadaan buaya itu mengancam keselamatan jiwa masyarakat.

"Makanya baru-baru ini kami menggelar pertemuan membahas soal itu untuk diusulkan dipindah tempatkan. Karena khawatir juga, ya, apalagi kadang banyak anak-anak bermain dan melihat di sana,” kata Karman.

Kebiasan buaya di dekat Jembatan Sungai Mancung dibuktikan seorang netizen yang memposting sebuah video di akun jejaring sosial Facebook (FB).

Selain makan kerupuk, akun FB Aurel Yudhi Haryanto juga mengatakan buaya seakan berjoget saat ada alunan musik dambus.

"Ia ( buaya-red) berputar-putar, muncul ke permukaan. Warga pun berbondong-bondong melihatnya, jadi heboh," kata Yudhi, warga Pangkalpinang yang mengaku sedang ada pekerjaan di wilayah Desa Mancung.
Yudhi menambahkan dirinya bahkan sempat berwelfie dengan latar buaya yang sedang muncul di bawah jembatan. Video itu saat ini menjadi viral dan dibagikan sejumlah orang.

"Warga sekitar Mancung Kecamatan Kelapa memang heboh kabar ini. Makanya saya coba pancing pakai kerupuk, ternyata muncul," kata Yudhi.

"Buaya itu sekitar 3 meter ukurannya, mungkin masih remaja, masih anaknya," lanjutnya.

Sampai saat ini kasus penyerangan buaya dan sebaliknya masih terjadi di Bangka Belitung.

(bangkapos.com/FeryLaskari/TeddyMalaka/)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved