Breaking News

Sejarah

Sejarah Lempah Kuning Khas Bangka, Simbol Kehidupan Masyarakat yang Menunjukan Keharmonisan

Masyarakat Bangka biasa menyantap lempah kuning sebagai lauk makan sehari-hari, hidangan ini juga populer sebagai pelengkap berbagai macam acara.

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Fitri Wahyuni
Bangkapos.com/Cici Nasya Nita
Lezatnya lempah kuning ikan tenggiri di Warung Makan Mang Bewok di Jalan Perkantoran Gubernur Bangka Belitung Air Itam Pangkalpinang. 

BANGKAPOS.COM -- Lempah kuning adalah salah satu kuliner khas Bangka yang sangat populer.

Ternyata, lempah kuning memiliki filosofi sejarah yang sarat akan makna, hingga menjadi kuliner khas bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Diketahui bahwa pulau Bangka memiliki sumber daya alam berupa kekayaan hasil laut, seperti ikan.

Mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai penalayan.

Hal inilah yang kemudian mendasari lempah kuning menadi kuliner khas Bangka.

Baca juga: Sejarah Kuburan Cina Sentosa di Pangkalpinang, Terbesar se-Asia Tenggara, Luasnya 19,9 ha

Baca juga: Sejarah Idul Adha dan Perintah Berkurban, Bermula dari Kisah Pengorbanan Nabi Ibrahim AS

Mengutip dari wonderful.pangkalpinangkota.go.id, lempah kuning merupakan makanan khas masyarakat Pulau Bangka yang telah ada sejak dahulu kala.

Lempah kuning menggambarkan kehidupan masyarakat di Pulau Bangka yang tinggal di wilayah kepulauan, dekat dengan laut.

Wajar jika makanan khas masyarakat Pulau Bangka memiliki bahan utama dari hasil laut , khususnya ikan.

Masyarakat Bangka mengolah ikan, hasil dari laut, menjadi berbagai macam makanan salah satunya adalah lempah Kuning.

Lempah kuning menjadi wujud ekspresi masyarakat Pulau Bangka dalam menggambarkan lingkungan tempat tinggal mereka.

Untuk diketahui, lempah kuning merupakan kuliner yang dijadikan sebagai lauk makan, terbuat dari bahan utama ikan tenggiri segar.

Ikan tersebut kemudian diolah dengan beragam rempah-rempah khas hingga menghasilkan aroma yang harum dan berwarna kuning.

Penamaan kuning pada 'lempah kuning' merujuk pada bumbu utamanya yaitu kunyit.

Tak hanya itu, ikan tenggiri kemudian diolah dengan bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, cabe merah, dan juga cabe rawit.

Untuk membuat cita rasaya semakin nikmat, ditambah pula terasi bakar, serai, potongan buah tomat, nanas, daun salam, dan juga air asam jawa.

Hasil akhirnya, ikan tenggiri yang dikenal memiliki cita rasa lezat, dihidangkan dengan kuah kuning yang terbuat dari bahan-bahan pilihan tadi. Rasanya pedas, asam, dan gurih.

Kuliner khas Bangka yang satu ini sangat menggugah selera makan, paling enak dinikmati bersama nasi hangat.

Dijamin setiap lidah yang mencobanya jadi enggan berhenti bergoyang menikmati lempah kuning.

Baca juga: Sejarah Kota Pangkalpinang, Sempat Menjadi Ibu Kota Negara, Buktinya Tugu Prasasti di Taman Sari

Baca juga: Sejarah PNS di Indonesia, Sudah Ada Sejak Awal Kemerdekaan, Berawal dari Pegawai Negara RI

Masyarakat Bangka biasa menyantap lempah kuning sebagai lauk makan sehari-hari, hidangan ini juga populer sebagai pelengkap berbagai macam acara.

Selain sebagai gambaran ekspresi lingkungan tempat tinggal, cita rasa lembah kuning yang asam dan pedas juga menggambarkan bentuk adaptif masyarakat Pulau Bangka.

Khususnya terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal yang panas.

Pada saat mengkonsumsi makanan yang pedas suhu tubuh akan menjadi turun karena keluarnya keringat tubuh.

Nilai lainnya yang terkandung dalam masakan lempah kuning adalah nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan.

Lempah kuning selalu hadir sebagai menu utama dalam berbagai aktifitas adat.

Baik itu upacara adat, perayaan-perayaan hari besar, ritual adat, pada saat hajatan, maupun dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pulau Bangka.

Lempah kuning menjadi makanan yang dimakan secara bersama-sama oleh sebagian besar individu dalam masyarakat.

Pada akhirnya, baik secara sadar ataupun tidak, lempah kuning menjadi pengikat solidaritas individu dalam masyarakat Pulau Bangka.

Dengan kata lain, lempah kuning adalah simbol kehidupan masyarakat di Pulau Bangka yang menunjukan keharmonisan.

Dalam perkembangannya, lempah kuning kini memiliki varian yang beragam.

Masyarakat semakin berinovasi menghadirkan lempah kuning dengan bahan dasar hasil laut lainnya.

Seperti lempah kuning yang awalnya dibuat dengan bahan dasar ikan tenggiri, kini bisa diganti dengan beragam jenis ikan lainnya, bahkan udang, sotong, tulang iga sapi, dan lain sebagainya.

(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved