Berita Viral

Mengenal Kapal Selam Titan yang Hilang di Samudra Atlantik, Desainnya Tidak Memenuhi Standar?

Marine Technology Society menyebut desain kapal selam Titan tidak memenuhi sertifikasi DNV-GL untuk standar peralatan kelautan...

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: M Zulkodri
Tribun
Mengenal Kapal Selam Titan yang Hilang di Samudra Atlantik, Desainnya Tidak Memenuhi Standar? 

BANGKAPOS.COM -- Kapal selam Titan yang hilang di dasar Samudra Atlantik sejak Minggu, (18/6/2023) kini telah dinyatakan meledak.

Seluruh penumpang serta pilot yang berada di dalamnya juga telah dinyatakan meninggal dunia.

Diketahui, kapal selam Titan adalah kapal selam yang diperuntukan bagi perjalanan eksplorasi laut, termasuk untuk berkunjungan ke reruntuhan bangkai kapal Titanic.

Kapal selam Titan dioperasikan oleh perusahaan OceanGate Expeditions

Dilansir dari Kompas.com, OceanGate Expeditions adalah perusahaan swasta asal Kota Everett, Washington DC, AS.

Perusahaan tersebut didirikan pada 2009 oleh seorang pengusaha bernama Stockton Rush.

OceanGate Expeditions mengoperasikan tiga kapal selam berkapasitas lima orang untuk survei lokasi, penelitian ilmiah, produksi film, dan perjalanan eksplorasi laut pada kedalaman maksimal 4000 meter.

OceanGate menyelesaikan lebih dari 14 ekspedisi dan lebih dari 200 penyelaman di Samudra Pasifik, Atlantik, serta Teluk Meksiko.

Salah satu penawaran utama perusahaan ini adalah OceanGate Expeditions berupa menjelajah bangkai kapal Titanic.

Titan adalah kapal yang dibuat khusus yang desainnya tidak diklasifikasikan.

Terbuat dari titanium dan serat karbon filamen, kapal selam juga dibaut dari luar.

Ini berarti kru di dalam tidak dapat membukanya untuk dikeluarkan, tapi tim di permukaan lah yang harus membuka segel palka.

Kapal selam Titan dilengkapi dengan empat pendorong listrik yang dikemudikan dengan pengontrol permainan Logitech.

Selama melakukan penyelaman menggunakan kapal selam Titan menuju bangkai kapal Titanic, OceanGate juga menggunakan teknologi satelit Starlink Elon Musk.

Mekanisme sistem penyelaman kapal Titan memiliki banyak metode, baik untuk turun maupun saat kembali ke permukaan.

Termasuk baling-baling, tangki apung yang dibanjiri air atau diisi udara, dan bobot yang dapat dijatuhkan untuk memberikan daya apung positif.

Anggota kru sendiri dapat melihat ke luar kapal dan ke kegelapan laut dalam berkat serangkaian lampu, pemindai laser, dan sonar, serta kamera yang dipasang secara eksternal.

Penumpang juga dapat melihat keluar langsung dari viewport Titan atau jendela tahan tekanan dengan diameter internal 31,2 cm, menjadikannya viewport terbesar dari setiap kapal selam yang menyelam dalam.

Sementara itu, sensor tekanan di kapal selam Titan memantau integritas struktur lambungnya yang dapat menentukan apakah dikompromikan dengan baik sebelum situasi mengancam jiwa dan memungkinkan kapal untuk dengan aman kembali ke permukaan.

Tidak seperti kapal selam lainnya, kapal wisata bangkai Titanic ini tidak dapat diluncurkan sendiri dari pelabuhan dan kembali secara mandiri.

Sebaliknya, mereka mengandalkan kapal pendukung untuk membawanya dari pelabuhan ke lokasi penyelaman dan sebaliknya.

Kapal pendukung Titan adalah Polar Price yang terus berkomunikasi dengan kapal melalui tanda ping dengan waktu teratur hingga kontak hilang.

Menurut Mike Reiss, penulis dan produser televisi Amerika yang pernah menyelam ke Titanic, karena risiko dalam perjalanan, penumpang harus menandatangi surat pernyataan kematian sebelum mereka memulai perjalanan.

"Untuk naik kapal yang membawa Anda ke Titanic, Anda menandatangani surat pernyataan bahwa Anda bisa meninggal dalam perjalanan," kata Reiss.

Selama beroperasi, OceanGate dengan kapal selamnya beberapa kali memunculkan kontroversi serta gugatan dari karyawan dan penumpang.

Mengutip dari Kompas.com, berikut sederet kontroversi serta gugatan dari karyawan dan penumpang OceanGate lewat kapal selamnya, di antaranya:

Gugat dan Pecat Karyawan yang Pengkritik

Dilansir dari Al Jazeera, Direktur Operasi Kelautan OceanGate David Lochridge menuliskan laporan tentang teknis kapal selam perusahaan pada 2018.

Menurutnya, kapal tersebut masih membutuhkan pengujian lebih lanjut atau penumpang akan terancam saat berada di kedalaman ekstrem.

Mengetahui laporan tersebut, OceanGate justru menggugat Lochridge ke Pengadilan Distrik AS di Seattle atas tuduhan pelanggaran perjanjian kerahasiaan.

David Lochridge mengugat balik karena ia dipecat secara tidak sah akibat laporan tersebut.

Ia juga menjelaskan, OceanGate tidak membangun area pandang bagi penumpang di kapal selam sesuai sertifikat yang diajukan.

Kasus ini diselesaikan beberapa bulan setelah pengajuan ke pengadilan melalui perjanjian yang dirahasiakan.

Peringatan karena Terlalu Eksperimental

Pada tahun yang sama, OceanGate menerima peringatan dari Marine Technology Society, sebuah kelompok profesional berisi insinyur kelautan, pakar teknologi, pembuat kebijakan, dan pendidik.

Kelompok tersebut menyebut OceanGate melakukan pendekatan eksperimental dan tidak meminta uji coba pihak ketiga dalam aktivitasnya.

Hal ini dikhawatirkan mengakibatkan hasil negatif yang akan berdampak serius bagi semua orang di industri kelautan.

Dikutip dari Independent, perusahaan bersikeras mempertahankan kebijakan operasionalnya pada 2019.

Digugat Penumpang

Diberitakan oleh CBS News, Marc dan Sharon Hagle asal Florida menggugat CEO OceanGate, Stockton Rush pada Februari lalu.

Mereka meminta pengembalian dana deposit atas tiket perjalanan kapal selam yang dibatalkan.

OceanGate disebut membatalkan ekspedisi karena tidak bisa menjamin kapal akan sampai di kedalaman laut lokasi reruntuhan Titanic.

Perjalanan lain juga batal karena kapal mengalami kegagalan peralatan.

Alami Sejumlah Kerusakan

Tidak hanya itu, beberapa kerusakan juga dialami kapal selam Titan selama beberapa tahun terakhir.

Pada 2022, lambung kapal selam menunjukkan tanda-tanda "kelelahan" sehingga kedalaman penyelaman harus dikurangi.

Pada tahun yang sama, Titan mengalami masalah baterai sehingga harus dipasang secara manual.

Kapal juga mengalami masalah pada lampu dan jalur komunikasi yang terputus selama hampir tiga jam di bawah air.

Desain Tidak Memenuhi Strandar

Sementara itu, Marine Technology Society menyebut desain kapal selam Titan tidak memenuhi sertifikasi DNV-GL untuk standar peralatan kelautan.

Area pandang bagi penumpang kapal selam Titan hanya boleh untuk kedalaman 1.300 meter.

Padahal, kapal ini dibuat untuk menyelam hingga kedalaman 4.000 meter.

Bagi Marine Technology Society, kondisi tersebut menyesatkan publik dan melangar kode etik.

(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved