Berita Pangkalpinang
Petani Bangka Ungkap Alasan Sawi Siap Panen Ditebas, Abu Bakar Ngaku Rugi Jutaan Karena Tak Laku
Abu mengatakan, tanaman sayur sawi yang seharusnya sudah siap dipanen tersebut sengaja ditebas agar tidak mengundang hama jika dibiarkan begitu saja.
Penulis: Sepri Sumartono | Editor: khamelia
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Abu Bakar (31) atau yang kerap dipanggil Giral mengaku bahwa video petani menebas sayur sawi saat malam hari yang viral di media sosial merupakan salah satu tukang kebunnya.
Abu mengatakan, tanaman sayur sawi yang seharusnya sudah siap dipanen tersebut sengaja ditebas agar tidak mengundang hama jika dibiarkan begitu saja.
"Ada yang sudah waktu panen tapi karena dak laku, jadi ditebas, karena bahaya kalau dibiarkan lama-lama bakal muncul hama, membuat sulit apabila mau nanam tanaman baru," kata Abu Bakar, Kamis (6/7/2023).
Sudah tiga kali hasil panen milik Abu tidak laku dijual di pasar, sehingga ada beberapa hasil panen yang dijual dengan harga rendah seadanya agar dapat menutupi biaya upah panen untuk tukang kebunnya.
"Jadi sebagian beberapa kali panen ada yang dijual seadanya, paling terjual tiga puluh kilogram, cukup untuk upah panen, selainnya kembali karena tidak laku," katanya.
Abu mengungkapkan, untuk saat ini harga jual semua jenis sayuran turun drastis, bahkan tiga jenis sayuran yang ditanamnya seperti bayam, sawi dan kangkung berkisar di bawah Rp2000 saja per kilogramnya.
"Sekarang ini kan tiga hari bawa hasil panen ke pasar tidak laku, tidak ada yang mau beli, bayam biasanya paling murah Rp5000, sawi biasanya Rp7000, kalau kangkung Rp5000," jelasnya.
Padahal, modal yang dikeluarkan oleh Abu untuk berkebun di lahan seluas 3/4 hektar tersebut cukup banyak, sekitar tujuh sampai delapan juta per bulan dengan hasil panen normal sebanyak rata-rata 200 kilogram untuk setiap jenis sayurannya.
"Kalau pas normal sih omzet dari jualan hasil panen sampai belasan juta, tapi pas kondisi seperti ini cuma cukup untuk bayar upah tukang panen, Rp150 ribu sehari, kalau panen setengah hari Rp75 ribu, biasanya per bulan setorannya," ungkapnya.
Menurut Abu, harga jual sayuran murah dan tidak laku karena musim panen serempak sehingga membuat sayuran banyak di pasaran.
Hasil panen yang tidak laku terjual, sisanya Abu bagi-bagi ke masyarakat, panti asuhan, pesantren dan sisanya terbuang sia-sia karena terlalu banyak.
"Yang jelas misal kita mampu meminimalisir modal, masih mendingan, tapi sayangnya tidak bisa, karena pupuk subsidi kan tidak masuk lagi, ada peraturan baru ini kan, sayuran tidak masuk kategori dapat pupuk subsidi," keluhnya.
Abu menyampaikan, harga sayuran sudah turun menjadi murah sejak lebaran haji atau sekitar kurang lebih selama seminggu.
"Bertahan ya seperti ini lah apa adanya, yang jelas untuk bulan ini modal habis, tidak balik modal, mungkin bulan depan nutupnya," ungkapnya.
"Permasalahan harga turun seperti ini bukan kali pertama yang saya alami, setiap tahun ada tapi tidak sering, dan tidak parah turunnya seperti sekarang karena pupuk naik, racun naik, harga anjlok," lanjutnya.
| Kronologi Dokter Ratna Setia Asih Gugat UU Kesehatan ke MK : Bermula dari Meninggalnya Anak 10 Tahun |
|
|---|
| Wali Kota Pangkalpinang Sebut 2026 Jadi Tahun Pengetatan Fiskal, APBD Defisit Rp27 Miliar |
|
|---|
| Pedagang di Alun-Alun Pangkalpinang Ungkap Kelakuan Tukang Parkir Liar yang Memukulnya |
|
|---|
| MA Batalkan Vonis Bebas Eks Sekwan DPRD Babel, Marwan Divonis 6 Tahun Penjara, Kasus Korupsi |
|
|---|
| Didit Srigusjaya Kembali Duduki Kursi Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bangka Belitung 2025-2030 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20230706-Abu-Bakar-di-lahan-kebun-sayur-miliknya-di-Desa-Balun-Ijuk.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.