Sejarah

Sejarah Bubur Asyura, Bentuk Rasa Syukur atas Keselamatan, Sudah Ada Sejak Zaman Nabi nuh

Bubur asyura atau bubur suro merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur umat muslim atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Fitri Wahyuni
Banjarmasin Post - Tribun
Sejarah Bubur Asyura, Bentuk Rasa Syukur atas Keselamatan, Sudah Ada Sejak Zaman Nabi nuh 

BANGKAPOS.COM -- Bulan Muharram merupakan bulan yang sangat spesial bagi umat muslim.

Sebab bulan Muharram menjadi penentu pergantian tahun bagi umat muslim.

Seperti yang diketahui, satu Muharram atau tahun baru Islam akan jatuh pada tanggal 19 Juli mendatang.

Setiap 10 Muharram, umat Islam di berbagai wilayah menggelar tradisi khusus, yakni Puasa Asyura.

Selain berpuasa, umat Islam juga biasa merayakannya dengan membuat makanan spesial, yaitu bubur asyura atau bubur suro.

Membuat bubur asyura di tanggal 10 bulan Muharram sudah menjadi suatu tradisi.

Baca juga: Sejarah Jepang Menjajah Indonesia, Disebut Paling Kejam Dibandingkan Belanda, Rakyat Kelaparan Hebat

Di balik itu semua, ternyata bubur asyura memiliki makna yang sangat mendalam.

Bubur asyura atau bubur suro merupakan bentuk pengungkapan rasa syukur umat muslim atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.

Mengutip dari Kompas.com, konon katanya tradisi Bubur Asyura berkaitan dengan kisah ketika Nabi Muhammad masih hidup.

Saat itu Perang Badar sedang berlangsung.

Usai perang, jumlah prajurit Islam menjadi lebih banyak.

Saat itu seorang sahabat Nabi Muhammad saw memasak bubur.

Namun jumlah bubur yang ia buat tidak mencukupi karena jumlah prajurit yang begitu banyak.

Akhirnya Nabi Muhammad memerintahkan para sahabatnya mengumpulkan bahan apa saja yang tersedia untuk kemudian dicampurkan ke bubur tersebut.

Tujuannya agar bubur yang dibuat menjadi lebih banyak dan bisa didistribusikan kepada semua prajurit.

Selain itu, 10 Muharram bertepatan juga dengan peristiwa penting dalam sejarah Islam, yakni Perang di Karbala ketika Husain, cucu Nabi Muhammad, terbunuh.

Jika dirujuk menurut sejarah atau asal usulnya, ternyata bubur asyura sudah ada sejak masa Nabi Nuh kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu.

Baca juga: Sejarah Nama Indonesia, Resmi Digunakan Lewat Proklamasi Kemerdekaan 1945

Dinukil dari laman PISS-KTB, dihikayatkan bahwa tatkala perahu Nabi Nuh as sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari ‘asyuro, beliau berkata kepada kaumnya 'kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian'.

Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata '(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum, dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)'.

Kemudian Nabi Nuh berkata 'pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat'.

Dari peristiwa ini, kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian.

Kejadian di atas juga merupakan bentuk praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi setelah kejadian topan.

Peristiwa ini kemudian dijadikan (inspirasi) sebagai kebiasan setiap hari ‘asyuro.

Resep Bubur Asyura

Dilansir dari Kompas.com, bubur asyura sangat unik karena terbuat dari campuran 41 jenis bahan.

Jika bahan tidak genap 41, maka pembuatnya bisa menambahkan bahan sayuran, kacang-kacangan, dan daging apa saja sesuai selera.

Jumlah 41 bahan ini harus dicukupi karena sudah menjadi tradisi.

Meski begitu tidak ada resep pasti dalam membuat bubur ini.

Biasanya memang ada beberapa bahan wajib yang selalu digunakan oleh orang-orang Banjar, seperti kangkung, jagung manis, wortel, kentang, daun pucuk waluh, dan beberapa bahan lainnya.

“Ciri khasnya (bubur asyura di Banjar) itu ada cekernya. Bikinnya ramai-ramai, enggak satu orang tapi beberapa kelompok."

"Terus nanti dibagi-bagi, gratis siapa yang mau bisa ambil,” kata Executive Chef Grand Dafam Hotel Banjarbaru, Bambang Adi ketika dihubungi Kompas.com, Senin (17/8/2020).

Tradisi memasak Bubur Asyura ini selalu dilakukan bersama-sama.

Di Banjarmasin, biasanya warga berkumpul untuk memasak bubur tersebut di masjid-masjid kemudian membagikannya ke warga sekitar.

Bahan bubur asyura:

  • 150 gram beras
  • 30 gram bayam
  • 30 gram kangkung
  • 40 gram jagung manis
  • 40 gram wortel
  • 40 gram kentang
  • 20 gram kacang tanah
  • 20 gram kacang hijau
  • 20 gram kacang kedelai
  • 20 gram kacang panjang
  • 50 gram ayam potong kecil
  • Ceker ayam sesuai selera
  • 50 gram daun pucuk waluh
  • 30 gram daun kemangi
  • 100 ml santan
  • 3 lembar daun salam
  • 1 ikat daun melinjo
  • 40 gram buah melinjo
  • Bawang putih secukupnya, cincang
  • Jahe secukupnya, geprek
  • Garam dan lada untuk penyedap
  • Air secukupnya
  • Aneka bahan lainnya agar genap 41 bahan

Pelengkap:

  • Abon sapi secukupnya
  • Sambal goreng tempe secukupnya
  • Telur dadar iris secukupnya

Baca juga: Sejarah 1 Muharram Tahun Baru Islam, Berkaitan dengan Peristiwa Penting, Hijrahnya Rasulullah saw

Cara membuat:

1. Pertama, rendam beras dengan air agar beras cepat lunak dan mudah dimasak.

2. Siapkan panci stainless atau panci anti lengket, panaskan lalu tuang minyak. Panaskan minyak, tumis bawang putih dan jahe hingga harum.

3. Masukkan beras yang sudah direndam ke dalam panci. Tumis bersama minyak, jahe, dan bawang putih kurang lebih 5 menit. Pastikan beras tercampur rata dengan minyak.

4. Tuang air secukupnya dan daun salam, lalu masak bubur.

5. Masukkan bahan yang membutuhkan waktu memasak lebih lama, yakni ayam potong, ceker ayam, dan aneka kacang-kacangan.

6. Lanjut dengan memasukkan aneka sayur dengan tekstur keras, seperti kentang, wortel, dan jagung manis.

7. Masak sambil diaduk secara berkala dengan api sedang hingga hampir matang.

8. Jika sudah hampir matang, masukkan sayuran yang mudah matang seperti kangkung, bayam, daun kemangi, daun melinjo, buah melinjo, daun pucuk waluh, dan lain-lain.

9. Aduk rata, masukkan santan dan bumbu. Koreksi rasa, lalu masak hingga matang.

10. Sajikan bubur asyura bersama pelengkap.

(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved