Tribunners

Merdeka dari Apatis dan Pragmatis

Apatis dan pragmatis telah menjadi kekuatan konyol yang jelas justru menggerogoti kemerdekaan bangsa ini dari dalam.

Editor: suhendri
ISTIMEWA
Chairul Aprizal, S.K.M. - Alumnus Aktivis PMII Pangkalpinang 

Oleh: Chairul Aprizal, S.K.M. - Alumnus Aktivis PMII Pangkalpinang

KEMBALI lagi, bulan kemerdekaan Indonesia menjadi pengingat bangsa ini bahwa sudah sejauh mana tapak jejak perjuangan negeri ini mengarungi setiap masanya. Bulan Agustus memang sebagai bulan istimewa untuk bangsa ini yang dihadiahkan oleh pendahulu negeri dalam memperjuangkan republik tercinta. Kemerdekaan hadiah dari pejuang bangsa kepada kita, tetapi diraih dengan perjuangan dan perlawanan terhadap penindas bangsa ini.

Tepat pada Agustus tahun 2023 ini usia kemerdekaan Republik Indonesia sudah menginjak 78 tahun. Refleksi kita semua bahwa 78 tahun yang lalu peristiwa yang mengharukan negeri, menggemparkan bangsa lain, penuh dengan patriotisme dan nasionalisme telah tercipta sebagai kebanggaan kita semua.

Mungkin orang-orang yang di mana sejak detik proklamasi itu dikumandangkan sekarang sudah menginjak masa lansianya dan sebagian laginya sudah tiada. Ini menandakan kalau usia kemerdekaan itu adalah usia manusia maka kemerdekaan kita sudah menginjak masa lansia. Tetapi tidak, kemerdekaan harus terus diwariskan kepada anak cucu kita, harus terus dikenang sepanjang masa.

Bung Hatta menyatakan bahwa "Indonesia merdeka bukan tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat". Mengingat juga arti merdeka saat ini, Soekarno menyatakan "Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba. Jadi tetaplah bersemangat elang rajawali".

Dua kalimat dari tokoh besar pemimpin bangsa ini memiliki arti yang mendalam bagi kita semua sebagai bangsa yang menjadi pengisi kemerdekaan Indonesia. Bagaimana tidak, pesan yang disampaikan harus menyadarkan kita bahwa bangsa ini harus terus maju dan berkembang, terutama untuk seluruh individu yang saat ini sedang memeriahkan kemerdekaan Republik Indonesia. "Maka dengan tercapainya penyerahan kedaulatan, perjuangan belum selesai," ucap Bung Hatta.

Lantas sebagai insan-insan yang merdeka dari penjajahan oleh bangsa lain, apa yang dapat kita lakukan selain dari sekadar ikut memeriahkan pesta kemerdekaan pada Agustusan sekarang? Setidaknya kita harus tetap berjuang menjadi pahlawan untuk diri sendiri.

Mengaitkan dengan fenomena yang saat ini umumnya dirasakan kalau karakter sumber daya manusia Indonesia sekarang dipenuhi dengan konflik kepentingan baik ekonomi, politik, dan sosial budaya. Dinamika yang terjadi saat ini telah memberikan efek perubahan pada setiap orang untuk mulai tidak peduli atau apatis terhadap urusan orang banyak. Lebih memilih mementingkan diri sendiri atau kelompok.

Kalangan elite barangkali makin berpikir bagaimana cara menguatkan oligarki di dalam etalase demokrasi bangsa ini. Adapun kalangan menengah dan ke bawah juga sibuk mengurusi diri sendiri dengan tidak lagi memikirkan hal siapa dan apa yang memimpin dan mengatur kebijakan. Sebagian dari orang-orang ini sudah tidak lagi berpikir kritis untuk menjadi kepentingan umum.

Contohnya saja, money politics sampai sekarang masih menjadi senjata terkuat oleh kelompok kapitalis untuk merebut suara rakyat. Bilamana ingin melawan money politics maka rakyat perlu menjadi manusia yang melek politik dan terberdayakan dengan konsisten menolak money politics dengan dasar kuat untuk peduli terhadap negeri. Tetapi sayangnya karakter kita yang kebanyakan apatis dan pragmatis menjadi celah bagi penguatan sebuah oligarki dan kapitalis untuk terus tumbuh dalam tubuh demokrasi.

Apatis dan pragmatis telah menjadi kekuatan konyol yang jelas justru menggerogoti kemerdekaan bangsa ini dari dalam. Sebagai kesadaran dalam kemerdekaan penting bagi bangsa ini untuk memulai introspeksi diri baik kaum bawah hingga kaum atas. Berusaha untuk bangkit dengan memerdekakan diri sendiri dari rasa apatis dan pragmatis demi mencapai kepentingan yang baik bagi bangsa ini ke depan.

Sejalan dengan tema HUT ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia ini, "Terus Melaju untuk Indonesia Maju", maka diharapkan roda perjalanan ini berputar cepat dengan gagah, tidak terpincang-pincang hanya karena karakter yang terus apatis dan pragmatis. Mulailah dari diri sendiri, mengevaluasi diri sudahkah berbakti kepada negeri ? Kemudian menjadi pahlawan untuk diri sendiri supaya tokoh pendiri bangsa ini tak sia-sia mengorbankan segalanya untuk kita saat ini. (*)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved