Kisah Bayi Tertukar di Bogor
UPDATE Kasus Bayi Tertukar di Bogor : Kronologi Awal hingga Profil RS Sentosa dan Pemiliknya Disorot
Terkini, setelah hasil tes DNA silang di Puslabfor Polri menyatakan kedua bayi fix tertukar, kronologi dan profil RS Sentosa serta pemiliknya disorot.
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Teddy Malaka
BANGKAPOS.COM - Kasus bayi tertukar di Bogor terus jadi sorotan.
Setelah hasil tes DNA silang di Puslabfor Polri menyatakan kedua bayi dalam kasus ini fix tertukar, kronologi dan profil RS Sentosa serta pemiliknya disorot lagi.
Ya, seperti diketahui Polres Bogor telah mengumumkan hasil tes DNA silang dari bayi yang tertukar di Rumah Sakit Sentosa, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pihak Polres Bogor mengumumkan bahwa hasil tes DNA menyatakan bayi yang dirawat Ibu Siti dan Ibu Dian memang benar-benar tertukar.
"Ditemukan memang fix 99,99 persen berdasarkan data yang diberikan oleh Kapuslabfor yang
diwakili oleh beliau bahwa anak tersebut memang tertukar," kata Kapolres Bogor AKBP Rio
Wahyu Anggoro dalam jumpa pers di Bogor, Jumat (25/8/2023) dikutip dari Tribun Bogor.
Selain itu, seusai sah anaknya dinyatakan tertukar, beredar video kedua orang tua saling berpelukan dan merelakan anak yang selama ini diasuhnya diserahkan kepada orang tua masing-masing.
Momen tersebut turut mengundang haru warganet yang menyaksikannya.
Kejadian bayi tertukar ini mendapat sorotan dari publik di media sosial.
Banyak pula warganet yang bertanya-tanya bagaimana bisa awal mula cerita bayi ini bisa tertukar.
Dilansir dari Kompas.com, berikut awal mula Siti tahu bayinya tertukar dengan pasien lain.
Kronologi Awal Bayi Tertukar
Bayi laki-laki dari pasangan Siti Maulia (37) dan M Thabrani (52), tertukar di Rumah Sakit Sentosa, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (18/7/2022).
Peristiwa tersebut terungkap pada Juni 2023 atau setahun kemudian usai warga Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, itu melakukan tes DNA.
Kejadian ini bermula usai Siti melahirkan secara sesar di RS Sentosa pada 18 Juli 2022.
Bayi laki-laki yang baru dilahirkan tersebut merupakan anak keempat Siti dan Thabrani.
Siti sempat menggendong bayinya sebelum pada Selasa malam dibawa oleh suster ke ruangan perawatan bayi.
Kemudian pada Rabu pagi, Siti kembali menggendong dan menyusui bayinya.
Namun, dia merasakan kejanggalan dengan bayi tersebut.
"Sesar hari Senin, Selasa gendong bayi yang asli, terus Rabu pagi jam 06.00 itu saya merasa bayi berbeda pas digendong. Dari bajunya yang awalnya kuning kok jadi pink. Dari fisik, muka, rambut, dan kulit berbeda. Kalau yang bayi saya rambutnya tipis, enggak tebal," ujar Siti saat ditemui di kediamannya, Jumat (11/8/2023) dikutip dari Kompas.com.
Namun, saat itu Siti tidak menanyakannya ke perawat meskipun ada kegelisahan di hatinya.
Setelah tiga hari dirawat, Siti membawa bayinya pulang.
Namun, sesampainya Siti di rumah, nama gelang yang ada di kaki bayi itu berbeda alias nama ibu dari pasien lain.
Hal ini membuat Siti semakin gelisah dan curiga bahwa bayi tersebut bukan anak kandungnya.
Siti mencoba mengonfirmasi hal itu ke rumah sakit.
Seorang perawat kemudian menjawab yang tertukar hanya gelang saja dan bukan bayinya.
Selama setahun, Siti dan suaminya terus bertanya-tanya.
Empat bulan kemudian atau November 2022, Siti meminta alamat pasien B (penyebutan pasien di rumah sakit) yang diduga ibu dari bayi yang tertukar.
Saat ditemui Siti, pasien B membantah anaknya tertukar dengan anak Siti.
Tes DNA
Untuk meyakinkan bahwa bayi yang kini dirawatnya bukan anak kandungnya, Siti kemudian melakukan tes DNA.
Hasilnya negatif, Siti ternyata bukan ibu biologis bayi tersebut.
Siti kembali menemui pasien B dan meminta agar pasien itu melakukan tes DNA.
Namun, pasien tersebut menolak.
Hingga akhirnya Siti melaporkan rumah sakit yang dinilai bertanggung jawab atas kejadian itu ke polisi.
"Saya akhirnya melapor ke polisi dan meminta bantuannya segera ditolong minta carikan anak saya. Sama pihak rumah sakit saya minta segera temukan anak saya supaya bisa kembali lagi, saya bisa pangku dia lagi," jelasnya.
Selama setahun, Siti tetap merawat bayi tersebut meski mengetahui bahwa bayi itu bukan anak kandungnya.
"Minta tolong segera cari anak saya, tolong kembalikan ke pangkuan saya. Saya memohon banget," ujar Siti.
Penjelasan rumah sakit
Juru Bicara Rumah Sakit Sentosa Gregg Djako mengatakan, manajemen rumah sakit baru mengetahui peristiwa bayi tertukar itu setelah 11 bulan kejadian.
"Selama ini pihak RS juga tidak tahu awalnya. Jadi informasi ini baru ketahuan setelah ibu Siti kemudian datang sampai bertemu manajemen," ucap Gregg saat dikonfirmasi di Ruang Humas Rumah Sakit Sentosa, Jumat (11/8/2023).
Gregg menduga ada kelalaian mengenai gelang atau label nama yang tertempel di bayi tersebut.
"Ada mekanisme internal yang sedang kami dalami. Kalau kesengajaan belum kami temukan karena kami sedang mendalami dan sementara kami mendalami ada dugaan kelalaian," ungkapnya.
Setelah mengetahui kejadian itu, pihak rumah sakit kemudian memeriksa perawat, bidan, dan dokter yang saat itu berdinas yang jumlahnya 12 orang.
Manajemen rumah sakit juga menemui Siti untuk mendengarkan informasi atau fakta yang sebenarnya.
Rumah sakit kemudian mencocokan data administrasi dengan bayi pasangan suami istri lainnya atau yang diduga bayinya tertukar dengan pasien B.
Selanjutnya, rumah sakit memeriksa sejumlah dokumen. Setelah itu, pihak rumah sakit melakukan tes DNA terhadap Siti dan bayinya.
Hasil DNA Siti dan bayinya tidak identik atau negatif.
"Kalau tertukar itu setelah hasil tes DNA ya. Kami memfasilitasi tes DNA dan tes darah. Ternyata, itu bukan anak ibu Siti," ujar dia.
Rumah sakit kemudian menghubungi pasien B. Namun, pasien itu menolak untuk melakukan tes DNA.
Rumah sakit juga sudah dua kali menyurati pasien B, tapi kedua surat itu tidak dijawab.
"Kami juga sudah menghubungi pihak atau ibu B untuk melakukan tes DNA juga. Tapi mereka menyatakan belum bersedia," lanjut Gregg.
"Minggu yang lalu kami mengundang lagi untuk hadir dan kita minta bersedia tes DNA. Belakangan kuasa hukumnya baru menjawab bahwa mereka harus melakukan pendekatan supaya ibu B bersedia. Yang kita mau lakukan tes DNA terhadap ibu B dengan anaknya supaya bisa tes silang dan mendapatkan hasil yang baik," ungkapnya.
Kini, rumah sakit sedang berupaya mencari titik terang penyebab bayi itu tertukar dan tertukarnya dengan siapa.
Manajemen rumah sakit juga akan memberikan sanksi kepada tenaga kesehatan jika memang ditemukan kesengajaan menukar bayi tersebut.
Sementara, Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Yohannes Redhoi Sigiro mengatakan, pihaknya akan memanggil manajemen rumah sakit dan pasien B.
Adapun polisi sudah mendapat keterangan dari Siti.
"Kami akan lakukan langkah teknis dan taktis membuat terang peristiwa ini, apakah ada unsur pidana yang terjadi dalam kejadian ini," terangnya.
Yohannes berjanji akan menangani kasus ini dan perkembangannya akan disampaikan.
Profil RS Sentosa di Bogor dan Pemiliknya
RS Sentosa di Bogor Jawa Barat belakangan menjadi perbincangan karena menjadi lokasi peristiwa bayi tertukar.
Patugas medis yang dianggap bertanggungjawab sudah mendapat sanksi dan hukuman atas peristiwa tersebut.
Namun, tentu kejadian ini mempengaruhi masyarakat terhadap RS Sentosa.
Lantas siapa sosok pemilik RS Sentosa? Berikut ulasannya.
Seperti diketahui, kasus bayi tertukar di RS Sentosa Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini menjadi perhatian publik.
Kejadian bayi tertukar sendiri acapkali jadi bumbu dalam cerita drama sinetron Tanah Air.
Dalam kejadian nyata, kasus bayi tertukar di rumah sakit ini diklaim sebagai kasus pertama di Indonesia.
Hasil tes DNA terhadap dua bayi di Bogor memastikan keduanya tertukar dari orang tua aslinya.
RS Sentosa yang jadi tempat bersalin dua bayi yang tertukar ini pun jadi sorotan.
Pihak rumah sakit maupun tenaga kesehatan yang bertugas juga dimintai pertanggungjawaban.
Siapa pemilik RS Sentosa?
Mengutip laman resmi Rumah Sakit Sentosa Bogor, rumah sakit ini didirikan pada tanggal 11 Agustus 2007 di bawah naungan Yayasan Sentosa.
Pada awalnya, fasilitas kesehatan ini masih berupa rumah bersalin.
Dalam perkembangannya, tepatnya pada tahun 2011 klinik bersalin ini berkembang menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sentosa pada tahun 2011 dengan akreditasi C dari Kementerian Kesehatan.
Karena perubahan status ini pula, status legalitas Yayasan Sentosa juga ikut berubah menjadi PT Pelita Medika Sentosa.
Tak puas hanya berstatus RSIA, PT Pelita Medika Sentosa kemudian terus melakukan pengembangan untuk menjadi Rumah Sakit Umum (RS) Sentosa yang bertahan hingga saat ini.
Sosok di balik PT Pelita Medika Sentosa adalah dr Frits Max Rumintjap.
Saat ini, ia menjabat sebagai Komisaris Utama RS Sentosa.
Frits Max Rumintjap sendiri merupakan seorang dokter spesialis kandungan yang juga merupakan mantan dokter militer di TNI AU dengan pangkat terakhir kolonel.
Saat masih berdinas di TNI AU, Frits Max Rumintjap sempat menjabat sebagai Kepala RS TNI AU Atang Sanjaya Bogor. (*/Serambi News /Tribun Jateng/ Bangkapos.com)
Takut Psikologis Terganggu, Dian Batasi Pertemuan Siti dengan Daanish Bayi Tertukar di Bogor |
![]() |
---|
Bayi Tertukar yang Dirawat Siti Mauliah Dulu Kini Diberi Nama Daanish, Penampilannya Modis |
![]() |
---|
7 Perawat dan Bidan RS Sentosa Stres, Sebaliknya 2 Bayi Tertukar Kini Punya Fans |
![]() |
---|
Bayi Tertukar Anak Siti Mauliah Telah Terbiasa Dipanggil Nama Lama dari Dian, Rencana Pun Berubah |
![]() |
---|
Ikatan Batin, Bayi Tertukar di Bogor Peluk Cium Ibu Kandungnya, Siti Terkejut Dipanggil Mamah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.