Ternyata Ini yang Jadi Penyebab Harga Beras Mahal, di Antaranya Benih, Pupuk hingga Kenaikan BBM

Ternyata Ini yang Jadi Penyebab Harga Beras Mahal, di Antaranya Benih, Pupuk hingga Kenaikan BBM

Penulis: Evan Saputra CC | Editor: Dedy Qurniawan
Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah
Wisata Sawah Pelangi Pelawan Desa Namang, Hamparan Luas Sawah Memanjakan Mata, Sabtu (14/1/2023). 

BANGKAPOS.COM - Ternyata Ini 3 yang Jadi Penyebab Harga Beras Mahal, di Antaranya Benih, Pupuk hingga Kenaikan BBM

Harga beras saat ini menjadi keluhan masyarakat karena harganya yang terus merangkak naik.

Banyak pihak yang menyoroti kenaikan harga beras ini, di antanya ada Ombudsman Republik Indonesia (RI)

Ombudsman mengungkapkan tiga penyebab utama yang menyebabkan harga beras di Indonesia menjadi mahal.

Menurut Ombudsman RI, kenaikan harga beras berkaitan dengan permasalahan iklim, permasalahan di hulu, dan permasalahan di hilir.

Dalam hal permasalahan iklim, Ombudsman RI menjelaskan bahwa dampaknya terhadap kenaikan harga beras sebenarnya tidak begitu signifikan.

Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika mengatakan iklim tidak memiliki dampak signifikan terhadap kenaikan harga beras meskipun beberapa daerah mungkin mengalami penurunan produksi padi akibat iklim yang buruk, produksi masih dapat dipasok dari daerah lain yang tidak terpengaruh oleh perubahan iklim.

"Sejauh mana apakah permasalahan iklim ini bisa disimpulkan. Misalnya saat ini nasional terjadi penurunan produksi padi karena iklim? Kami tidak bisa jawab itu, namun kalau kita berbicara spesifik lokasi maka pengaruh iklim itu ada di lokasi tertentu. Apakah berlaku secara umum di semua wilayah? Belum tentu," jelasnya dikutip dari Kompas.com, Senin (18/9/2023).

Faktor kedua yang dijelaskan oleh Yeka adalah permasalahan di hulu, yang mencakup penurunan luas lahan pertanian, keterbatasan sarana produksi pertanian, permasalahan benih, dan subsidi pupuk.

Yeka mengatakan, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), setiap tahunnya terdapat penurunan sebanyak 200.000 hektar luas lahan pertanian di Indonesia.

Dia mengkhawatirkan jika tidak ada langkah-langkah seperti pencetakan lahan baru atau inovasi untuk meningkatkan intensitas tanaman, maka luas lahan pertanian di Indonesia akan terus menyusut dan produksi pertaniannya akan menurun.

Yeka juga menyoroti keterbatasan sarana produksi pertanian, masalah benih, dan persoalan subsidi pupuk sebagai faktor-faktor penting di hulu yang berkontribusi pada kenaikan harga beras.

"Ada keterbatasan sarana produksi pertanian, ada permasalahan benih. Nah benih ini menarik, siapa di republik ini yang menjamin benih ini berkualitas? Tidak ada. Belum lagi persoalan subsidi pupuk. Itu permasalahan di hulu," katanya.

Faktor terakhir adalah permasalahan di hilir, yang meliputi naiknya komponen produksi seperti sewa lahan, pupuk, dan BBM.

Selain itu, permasalahan di hilir juga mencakup berkurangnya pasokan gabah dari petani, penutupan pabrik penggilingan padi kecil, penurunan produksi beras, serta ketidakpastian atau keterlambatan dalam impor beras yang mengakibatkan pasokan beras menjadi tidak stabil.

"Kalu permasalahan di hilirnya ada komponen produksi naik, sewa lahan naik, pupuk, BBM naik. Dari yang 2021 di luar sewa lahan Rp8 juta sekarang naik Rp12-16 juta per hektar per musim tanam di luar sewa lahan," pungkasnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved