Berita Bangka Belitung
Kembali Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Sosok HAS Hanandjoedin, Tokoh Pejuang Bangka Belitung
Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa Bangka Belitung kembali mengusulkan tokoh H.AS. Hanandjoeddin sebagai Pahlawan Nasional.
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: Hendra
BANGKAPOS.COM--Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos PMD) Provinsi Bangka Belitung berencana menggelar Forum Grup Discussion (FGD) untuk kembali mengusulkan tokoh H.AS. Hanandjoeddin sebagai Pahlawan Nasional.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial dan PMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Budi Utama, melalui Sub Koordinator Kepahlawanan, Panca Indrawan.
Pada Maret 31, 2022, sebenarnya telah diajukan usulan Hanandjoeddin sebagai Pahlawan Nasional.
Namun, keputusan dari Kementerian Sosial sebagai pahlawan nasional ditunda, bukan ditolak.
Alasannya adalah bahwa jasa besar dan luar biasa yang dilakukan oleh tokoh tersebut perlu digali lebih dalam.
"Pada 31 maret 2022 sebenarnya sudah kita usulkan, tapi keputusan dari Kemensos (sebagai pahlawan nasional) ditunda, bukan ditolak ya dalam hal ini. Alasannya jasa besar dan luar biasanya perlu di gali lagi," ujar Panca pada Bangkapos.com, Selasa (24/10/2023).
FGD yang direncanakan pada tanggal 16 November 2023 mendatang akan membantu untuk merumuskan syarat khusus seseorang yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional.
"Sebagai narasumber nanti kami akan mengundang sejarawan dan pihak terkait," sebutnya.
Sebagai narasumber dalam FGD tersebut, sejarawan dan pihak terkait akan diundang untuk memberikan masukan dan pandangan mereka.
Panca Indrawan juga menjelaskan beberapa persyaratan khusus yang harus dipenuhi oleh seorang tokoh agar bisa ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Persyaratan tersebut meliputi pernah memimpin dan melakukan perjuangan dalam mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta persatuan bangsa, tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan, melakukan pengabdian dan perjuangan sepanjang hidupnya, melahirkan gagasan besar yang mendukung pembangunan bangsa dan negara, menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi masyarakat, memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi, serta melakukan perjuangan yang berdampak nasional.
Selain H.AS. Hanandjoeddin, tokoh lainnya seperti Tony Wen juga sempat menjadi calon usulan sebagai Pahlawan Nasional, tetapi hingga saat ini belum ada kajian lebih lanjut yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.
Pemkot Pangkalpinang, hingga kini, belum mengusulkan lebih lanjut, mengingat bahwa sistemnya melibatkan pemerintah daerah yang melakukan kajian terlebih dahulu.
Langkah selanjutnya adalah kajian tim dari Pemkot, diikuti oleh pengkajian oleh tim di Kemensos untuk menilai kelayakan pengusulan tokoh tersebut sebagai Pahlawan Nasional.
Sosok HAS Hanandjoeddin
Sejak berdirinya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) baru satu tokoh yang mendapat gelar pahlawan nasional yaitu Depati Amir.
Sementara tokoh dari Belitung yang diajukan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung H AS Hanandjoeddin, hingga saat ini belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Menyikapi kondisi ini, Ketua DPRD Bangka Belitung, Herman Suhadi, memberikan dorongan agar H AS Hanandjoeddin dapat menyusul Depati Amir menjadi pahlawan nasional.
"Secara bersama-sama kita mendukung ini Hanandjoeddin dari Belitung (dapat gelar pahlawan nasional), kita berjuang secara bersama-sama. Sesuai tata cara perjuangannya, sehingga kita bisa mempunyai satu lagi pahlawan setingkat nasional," kata Herman kepada Bangkapos.com, Kamis (10/11/2022).
Apabila Babel memiliki dua pahlawan nasional nantinya, lanjut dia, tentunya akan berdampak pada semangat dan memaknai setiap perjuangan para pahlawan.
"Bisa menjadi penyemangat kita bahwa dulu orang tua, kakek kita berjuang bersama-sama dalam merebut kemerdekan. Ini diperjuangkan oleh seluruh masyarakat, tidak mengenal suku, agama, dan daerah. Seluruh rakyat dan anak bangsa berjuang bersama-sama sehingga terikrar kemerdekaan pada 17 Agustus 1945," tegas Politikus PDI Perjuangan ini.
Ia menegaskan, kemerdekaan yang dicapai oleh Negara Indonesia bukan merupakan hadiah, tetapi hasil perjuangan seluruh pahlawan dan masyarakat.
"Kemerdekan bukan hadiah dari penjajah, tetapi hasil perjuangan, sehingga banyak pahlawan-pahlawan dari Indonesia," ucapnya.
Sementara itu, Sub Koordinator Bidang Kepahlawanan, Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Babel, Panca Indrawan, menyampaikan mengenai penyebab H AS Hanandjoeddin belum dijadikan pahlawan nasional.
Yakni, karena masih adanya antrean untuk penetapan pahlawan nasional. Sementara, setiap tahunnya hanya lima pahlawan atau tokoh daerah yang dianugerahkan menjadi pahlawan nasional.
Ia mengatakan, sejak 2018 lalu nama H AS Hanandjoeddin dan Depati Amir diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Tetapi, hanya Depati Amir yang berhasil mendapat gelar pahlawan nasional, sedangkan H AS Hanandjoeddin masih kekurangan dua berkas.
"Kemensos menyatakan masih dua kekurangan berkas, yang pertama surat keterangan yang menyatakan beliau pernah menjadi teknisi Angkatan Udara (AU). Surat itu harus diminta dari Mabes TNI AU. Kedua, menyatakan beliau pernah jadi Bupati Belitung, bangunan apa misalnya patung selama beliau menjabat Bupati Belitung," jelas Panca Indrawan.
Ia menegaskan, pada 31 Maret 2022 bersama tim yang melibatkan tokoh adat dan budaya Babel, kembali mengusulkan nama H AS Hanandjoeddin ke Kementerian Sosial agar dapat menjadi pahlawan nasional pada November 2022.
"Dengan harapan 10 November 2022 ini diangkat, tapi ternyata kami hubungi pihak Kemensos, Hanandjoeddin bukan ditolak. Cuma ada peraturan dalam setiap tahun itu hanya 5 orang, masih pending, masih mengantre," bebernya.
Sejauh ini, lanjutnya, pemerintah daerah sudah berupaya memperbaiki kekurangan yang diminta oleh Kemensos dan Dewan Gelar Pengkaji Pusat.
"Kita dinyatakan tidak ada kekurangan. Beda dengan 2018, memang mereka menyatakan dua syarat kekurangan tadi. Kita tetap perjuangkan, karena sudah memenuhi syarat, namun memang dibatasi setahun lima orang. Kita optimis juga," imbuhnya.
Untuk diketahui, bahwa Presiden RI Joko Widodo telah menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2022 kepada lima tokoh dari berbagai daerah yang telah berjasa bagi bangsa dan negara, di Istana Negara, Jakarta, Senin (7/11/2022).
Penganugerahan ini berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 96/TK/Tahun 2022 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional yang ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 3 November 2022.
Sosok HAS Hanandjoeddin
Letnan Kolonel Pas (Purn.) Haji Ahmad Sanusi (HAS) Hanandjoeddin lahir di Tanjung Tikar, Sungai Samak, Badau, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, 5 Agustus 1910 dan meninggal di Tanjung Pandan, Kepulauan Bangka Belitung, 5 Februari 1995 pada umur 84 tahun) adalah tokoh militer Indonesia.
HAS Hanandjoeddin adalah tokoh militer Indonesia yang berperan besar dalam peristiwa Agresi Militer Belanda I dan II.
Ia dipercaya menjadi komandan beberapa satuan pasukan dalam pertempuran tersebut.
Atas jasa-jasanya, nama HAS Hanandjoeddin kini diabadikan menjadi nama bandar udara internasional di Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
Awal kehidupan
Pada 1931, ia menempuh pendidikan di Ambacht School (Sekolah Pertukangan) di Manggar, Bangka Belitung.
Setelah lulus, Hanandjoeddin ditetapkan sebagai karyawan teknik dan ditugaskan di perusahaan Belanda, Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton (GMB).
Dari GMB, kariernya kemudian berlanjut ke salah satu perusahaan Belanda juga, yaitu Naamloze Venootschap Indische Bauxit Exploitatie Maatschappij (NV NIBEM) di Pulau Bintan.
Namun, setelah dilakukan tanda tangan kontrak kerja di NIBEM, Hanandjoeddin ditarik kembali ke Belitung.
Setelah itu, ia pindah ke Bandung dan bekerja di Wolter&Co.
Di kota inilah, Hanandjoeddin mulai merambah ke dunia politik dengan tergabung dalam Partai Indonesia Raya (Parindra).
Kiprah militer
Ketika Jepang menduduki Indonesia pada 1942, HAS Hanandjoeddin pindah ke Malang dan tergabung dalam Ozawa Butai (Satuan Permukaan Darat Jepang), di mana ia dipercaya menjadi Hancho (pemimpin kelompok).
Setelah tiga tahun, Ozawa Butai dibubarkan seiring dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.
Beberapa waktu setelah Indonesia merdeka, Kelompok Pemuda Bagian Udara yang dipimpin oleh HAS Hanandjoeddin bergabung bersama Badan Keamanan Rakyat (BKR) Malang.
Kelompok ini kemudian berubah nama menjadi Divisi III Jawa Timur. Setelah itu, pada Oktober 1945, dibentuk BKR Udara (BKRO) Malang yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat.
Di BKRO Malang, HAS Hanandjoeddin diangkat sebagai pelaksana teknis lapangan, di mana ia bersama dengan teknisi lain mampu memperbaiki pesawat peninggalan Jepang, yaitu Cukiu 003 dan Cukiu 004.
Pasca-jatuhnya Surabaya ke tangan Sekutu pada 12 November 1945, Panglima Divisi III membuka sekolah militer yang berjalan selama dua bulan.
HAS Hanandjoeddin pun mengikuti sekolah tersebut dan lulus dengan pangkat Letnan Satu TKR Angkatan Darat.
Dengan pangkat barunya, HAS Hanandjoeddin ditugaskan sebagai Komandan Pertahanan Teknik Udara Pangkalan Bugis, pada Januari 1946.
Sebagai komandan, HAS Hanandjoeddin telah menyumbangkan beberapa keberhasilan, seperti memperbaiki pesawat pengebom Shoki (Ki-48) dan memberikan pesawat Cukiu kepada Sekolah Penerbangan Darurat Yogyakarta.
Setelah itu, pada 9 April 1946, HAS Hanandjoeddin diberi pangkat Opsir Muda III (Letnan Muda Udara) oleh Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma.
Peran dalam Agresi Militer Belanda
Ketika meletus Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, HAS Hanandjoeddin dan anggota teknik lainnya berhasil menyelamatkan 15 pesawat terbang yang ada di Pangkalan Udara Bugis.
HAS Hanandjoeddin kemudian dipercaya untuk menjadi Komandan Pertempuran Sektor I STC III Front Malang Timur dan Komandan Pertempuran Sektor II.
Selama Agresi Militer Belanda I berlangsung, HAS Hanandjoeddin terus memperjuangkan Indonesia bersama dengan anak buahnya.
Sampai akhirnya, pada 17 Januari 1948, Perjanjian Renville ditandatangani. Sayangnya, dampak dari perjanjian ini adalah ditarik mundurnya Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Jawa Barat dan Jawa Timur.
Akibatnya, HAS Hanandjoeddin harus pindah dari Malang Timur ke Tulung Agung, di mana ia ditugaskan sebagai Komandan Detasemen Pertahanan Udara Prigi.
Saat sedang mengampu jabatan tersebut, HAS Hanandjoeddin kembali terjun ke medan pertempuran, ketika Agresi Militer Belanda II berlangsung pada 19 Desember 1948.
Sebagai komandan, HAS Hanandjoeddin memimpin pasukannya di Sektor Watulimo.
Untuk meghadapi serangan Belanda, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintah seluruh Angkatan Perang RI untuk melakukan perang gerilya.
HAS Hanandjoeddin dipercaya menjadi Komandan Onder Distrik Militer Pakel hingga Agresi Militer Belanda II berakhir pada 20 Desember 1948.
Setelah dilangsungkan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949, Pangkalan Udara Bugis Malang diserahkan dari Belanda kepada Angkatan Udara RI (AURI).
Setelah itu, HAS Hanandjoeddin pun kembali ke Malang dan menjabat sebagai Kepala Jawatan Teknik Udara Pangkalan Udara Bugis.
Wafat
Ketika peperangan melawan bangsa penjajah usai, HAS Hanandjoeddin sempat menjabat sebagai Bupati Belitung sejak 1967 hingga 1972.
HAS Hanandjoeddin kemudian meninggal pada 5 Februari 1995 dan disemayamkan di kota kelahirannya.
Untuk mengenang jasanya, namanya kemudian diabadikan menjadi nama Bandar Udara Internasional H.A.S. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan.
Tidak banyak yang bisa diceritakan oleh Indra Cahya, anak dari H AS Hanandjoeddin, anggota TNI AU yang melegenda.
Bercerita dengan suara bergetar, Indra sesekali sempat mengusap air mata harunya karena sang ayah yang menjadi calon pahlawan nasional.
Anak ke-6 dari Hanandjoeddin ini mengenang ayahnya sebagai sosok yang bersahaja dan tidak membanggakan karir.
Bahkan ia sendiri tak banyak mengetahui jejak perjuangan ayahnya.
"Beliau tidak pernah cerita jadi kami (anaknya) tidak tahu, saat beliau meninggal saya cari arsip di lemarinya saya berikan pada Lanud Haris. Saat itu beliau bilang ke saya kaget karena bintang jasa bapak (H AS Hanandjoeddin) banyak. Saya lebih terkejut, karena baru lihat profil beliau," katanya pada Rabu (29/8/2018).
Ia mengatakan mungkin sang ayah tak pernah menceritakan karena tak ingin anak-anaknya besar kepala.
Namun sejarah mencatat, nama HAS Hanandjoeddin pernah mengharumkan nama Indonesia dengan kisah heroiknya.
(*/Bangkapos.com/Rifqi Nugroho.Riki Pratama)
| Resmi, Irjen Pol Viktor T. Sihombing Jadi Kapolda Bangka Belitung, Ini Rekam Jejak dan Karirnya |
|
|---|
| Kemenag Babel Teken MoU dengan Empat Instansi, Perkuat Sinergi Bangun Umat |
|
|---|
| Basarnas Babel Gelar Pelatihan Dasar SAR untuk CPNS, Cetak Personel Tangguh dan Profesional |
|
|---|
| Gubernur Babel Pangkas Anggaran Perjalanan Dinas Luar, Alihkan ke Sektor Perekonomian |
|
|---|
| UBB Dorong Pemanfaatan Sargassum lewat Pelatihan Pembuatan Pelet Ikan di Kayu Arang Babar |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/kampanye-pahlawan-nasional-depati-amir_20180919_123916.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.