Siapa Nasywa Adivia Wardana, Siswi Asal Jambi yang Jadi Speaker di Pertemuan Internasional di Dubai

Nasywa baru saja mewakili Indonesia alam pertemuan internasional yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA)

IST/Tribun Trends
Siapa Nasywa Adivia Wardana, Siswi Asal Jambi yang Jadi Speaker di Pertemuan Internasional di Dubai,Nasywa baru saja mewakili Indonesia alam pertemuan internasional yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) 

BANGKAPOPS.COM- Prestasi membanggakan datang dari Nasywa Adivia Wardana.

Nasywa baru saja mewakili Indonesia alam pertemuan internasional yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Ia terpilih menjadi speaker atau pembicara pada pertemuan internasional perubahan iklim di Dubai, yang berlangsung 30 November hingga 12 Desember 2023.

Tentu saja publik begitu takjub dengan sosoknya.

Pasalnya di usia yang terbilang muda Nasywa telah menorehkan pencapaian mentereng.

Lantas siapa sih sosok Nasywa Adivia ini?

Sosok Nasywa Adivia Wardana

Siapa Nasywa Adivia Wardana, Siswi Asal Jambi yang Jadi Speaker di Pertemuan Internasional di Dubai
Siapa Nasywa Adivia Wardana, Siswi Asal Jambi yang Jadi Speaker di Pertemuan Internasional di Dubai (IST/Tribun Trends)

Nasywa Adivia Wardana merupakan seorang siswi SMA Negeri 2 Kabupaten Tebo, Jambi.

Siswa kelas 12 ini menjadi pembicara pada pertemuan internasional perubahan iklim di Dubai.

"Ini merupakan pengalaman paling tinggi saya ikut jadi pembicara pada ajang pertemuan internasional di Dubai, bersama petinggi negara yang hadir pada pertemuan tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang perubahan iklim atau Conference of Parties-United Nation Framework Convention on Climate Change (COP-UNFCCC) ke-28," kata gadis 16 tahun ini.

Pertemuan ini para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas penanganan perubahan iklim, di tengah keadaan iklim dunia semakin sulit untuk dikendalikan.

Salah satu pembicara pada pertemuan ini, adalah Gubernur Jambi, Al Haris.

Turut hadir pula pelaku usaha tingkat dunia, ilmuwan, termasuk para aktivis yang menaruh perhatian dan melakukan aksi dalam penyelamatan iklim dan lingkungan hidup dari berbagai belahan dunia.

Nasywa Adivia Wardana hadir pada acara itu karena dinilai mampu melakukan aktivitas berharga dalam rangka penanganan perubahan iklim bersama organisasi yang membinanya, Serikat Perempuan Indonesia (Seruni).

Posisi dan peran yang dijalani Nasywa memang jauh melampaui usianya, bersuara di forum dunia tentang perubahan iklim, sebuah isu yang tidak mudah dicerna dan diterima oleh anak seusianya.

Keberanian dan kepekaan sosialnya tentu tidak lahir begitu saja.

Lingkungan alam dan manusia tempat dia tumbuh sejak kecil adalah salah satu faktor yang berpengaruh kuat atas pembentukan karakter Nasywa.

Nasywa menjadi pembicara pertemuan internasional di Dubai, UEA
Nasywa juga berkesempatan menjadi salah satu pembicara termuda (16 tahun) mewakili Indonesia di COP28 Women and Gender Pavilion Session, bertajuk Young and Fearless the Powerfull Voices of Young Women Environmental Ringht Defenders.

"Sejak kecil saya sudah menjadi korban bencana kabut asap di Pulau Sumatera, khususnya di Provinsi Jambi dan tinggal di rumah berbulan-bulan ditemani masker dan tabung oksigen serta tidak bisa ke sekolah dan bermain dengan kawan sebaya.” kata Nasywa.

Dia menuturkan, setiap hari dirinya mendengarkan tentang kabut asap akibat kebakaran lahan gambut dan hutan untuk perkebunan besar kelapa sawit secara berulang-ulang.

Itulah mengapa, ia dan anak-anak lainnya juga sering terlibat aksi menuntut penanganan kabut asap, melakukan pelayanan terhadap korban asap, menulis puisi dan tampil menyanyikan lagu-lagu tentang alam.

Di usia remaja, Nasywa mulai terlibat dalam perjuangan dan kegiatan pemulihan lingkungan hidup secara langsung.

Hingga akhirnya memutuskan tinggal dan melanjutkan sekolah di pedesaan, terlibat serta membangun taman ekologis Rivera Park di Kabupten Tebo, mengubah tanah dan sungai yang rusak akibat pertambangan emas tradisional menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Provinsi Jambi.

Nasywa juga aktif mempromosikan penanaman tanaman pangan organik yang ramah lingkungan.

Dia merasakan perjuangan pemulihan lingkungan hidup itu tidak mudah.

Dukungan pemerintah yang terbatas terhadap pembangunan ekowisata, terbatasnya penghidupan ekonomi dan pengetahuan masyarakat, sehingga masih bergantung hidup, mau tidak mau, dari produksi yang merusak lingkungan adalah tantangan tersendiri.

Kehadirannya di COP28 Dubai adalah suatu kebanggaan.

Semakin mengukuhkan perhatiannya pada dunia aktivis, terutama dalam isu lingkungan hidup dan keadilan gender.

Dia mengaku matanya semakin terbuka melihat dunia, penderitaan yang dia alami juga dirasakan oleh jutaan remaja dan perempuan di seluruh dunia.

(Bangkapos.com/Vigestha Repit)

Sumber: bangkapos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved