Berita Pangkalpinang

Sempat Vakum Selama Musim Panas, Petani Hidroponik di Pangkalpinang Mulai Kembali Tanam Sayuran

Petani sayuran hidroponik mulai kembali bercocok tanam setelah vakum selama beberapa bulan terakhir karena terkendala air selama musim kemarau.

Penulis: Sela Agustika | Editor: nurhayati
Bangkapos.com/Sela Agustika
Sayuran selada yang masih dalam proses penyemaian yang siap dipindahkan ke modul 

BANGKAPOS.COM,BANGKA -- Petani sayuran hidroponik di Kampak, Kecamatan Tuatunu, Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mulai kembali bercocok tanam setelah vakum selama beberapa bulan terakhir karena terkendala air selama musim kemarau.

Metode penanam sayur hidroponik dengan mengunakan media air ini menjadi satu diantara strategi yang cocok dilakukan ditengah tinginya harga jual sayuran saat ini.

Petani sayuran hidroponik, Juman satu diantaranya yang mulai kembali bercocok tanam sayur hidroponik setelah empat bulan vakum karena terkendala air selam musim kemarau.

Menurutnya, selama kurang lebih satu tahun mengeluti profesi sebagai petani sayuran hidroponik, keuntungan yang didapat cukup tinggi.

Bahkan dalam satu modul sayuran bisa meraup omzet diatas Rp1 juta.

"Kebetulan kemaren selama musim kemarau empat bulan off karena terkendala air, terus sekarang mulai Jumaat kemarin kita sudah lakukan penanaman kembali. Dan memang sebenarnya selama air dan cahaya matahari tersedia, hidroponik ini tidak begitu berpengaruh. Beda dengan sayur yang ditanam biasa saat musim hujan yang terganggu," kata Juman kepada Bangkapos.com, Rabu (13/12/2023).

Diakuinya, harga sayuran hidroponik memang cukup tinggi dibandingkan harga sayuran biasa, namun kualitas sayur hasil hidroponik lebih bagus dan bersih.

"Harga jual kita belum tau juga sekarang karena memang kita belum panen. Tapi kalau dibandingkan harga sayur biasa memang agak tinggi sedikit. Terutama selada, sawi, green biasanya dikisaran Rp25 ribu hingga Rp35 ribu," ucapnya.

Menurut vJuman, rata-rata penjualan sayuran hidroponik hasil panen dijual langsung ke restoran ataupun para pedagang.

Senada, baru kembalinya bercocok tanam sayuran hidroponik ini juga dilakukan oleh petani lainnya Hery.

Pasalnya selama musim kemarau ia memilih untuk off bercocok tanam karena terkendala air.

"Selama musim kemarau off susah air karena hidroponik ini butuh air yang banyak dan baru mulai tanam lagi. Kalau musim penghujan ini dari kualitas kalau cahaya tidak maksimal paling kondisi sayurnya agak berkurang dari biasanya," ungkap Hery. 

(Bangkapos.com/Sela Agustika) 

 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved