Sosok Harun Al Rasyid, Pendukung Prabowo di Pilpres 2019 Tewas Tertembak, Kasusnya Dipertanyakan
Harun Al Rasyid menjadi korban kerusuhan yang terjadi 22 Mei 2019 lalu, dirinya tewas tertebak. Empat tahun lalu, bentrok antara massa dan aparat...
Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Teddy Malaka
BANGKAPOS.COM -- Dalam debat capres Selasa malam (12/12/2023), paslon nomor urut 1 Anies Baswedan mempertanyakan terkait kasus Harun Al Rasyid kepada Prabowo Subianto.
Sosok Harun Al Rasyid adalah salah satu pendukung Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Harun merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang berasal dari Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Ia masih berusia 15 tahun dan duduk di bangku SMP saat tewas dalam kerusuhan 22 Mei 2019 di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Menurut penelusuran Tribunnews.com, Harun diketahui ditembak dan meninggal di tempat kejadian perkara (TKP).
"Harun Al Rasyid meninggal di TKP, kemudian dibawa ke rumah sakit," kata Direskrimum Polda Metro Jaya saat itu, Suyudi Ario Seto, di Mabes Polri, Jumat (5/7/2019), dilansir TribunJakarta.com.
Menurut Suyudi, berdasarkan hasil investigasi Polda Metro Jaya, ditemukan dua peluru di tubuh Harun.
Empat tahun lalu, bentrok antara massa dan aparat gabungan Brimob Polri dan TNI terjadi 21 dan 22 Mei 2019.
Bentrok terangkai dengan aksi-aksi demonstrasi di depan Kantor Bawaslu, Jakarta Pusat, menolak hasil pemilu.
Dari lokasi itu, bentrokan merembet ke kawasan Tanah Abang dan juga Slipi, Jakarta Barat.
Harun Al Rasyid tercatat sebagai salah satu korban tewas akibat rangkaian kerusuhan 22 Mei 2019 itu.
Kasus tewasnya Harun Al Rasyid kembali jadi sorotan setelah disinggung Anies Baswedan dalam debat Capres yang digelar tadi malam.
“Tidak kalah penting hadir bersama saya di sini ayahnya Harun Al Rasyid."
"Harun Al Rasyid adalah anak yang meninggal, pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019 yang menuntut keadilan pada saat itu, protes hasil pemilu,” ujar Anies.
“Apa yang terjadi? Dia tewas sampai dengan hari ini tidak ada kejelasan. Apakah ini akan dibiarkan? Tidak, ini harus diubah,” sambung dia.
Kematian Harun saat itu menyisakan tanda tanya besar, khususnya bagi pihak keluarga.
Kronologo Tewasnya Harun Al Rasyid
Orang tua Harun, Didin Wahyudin dan Murni menceritakan kronologi kematian putranya, yang menyimpan beberapa kejanggalan.
Murni mengungkapkan, pada Rabu (22/5/2019) siang, Harun pergi dari rumah setelah meminta uang Rp5 ribu padanya untuk membuat layangan.
Lalu, hingga waktu berbuka tiba, Harun tak kunjung pulang, sehingga Murni mengira bahwa putranya itu berbuka bersama teman-temannya di luar.
Namun, hingga Kamis (23/5/2019) pagi saat tiba waktunya untuk sahur, Harun masih belum kembali ke rumah.
Murni pun sempat mencari Harun di rumah teman-temannya, sementara sang suami masih bekerja, tetapi hasilnya nihil.
Didin dan Murni pun memutuskan untuk bersama mencari Harun pada Kamis sore setelah salat dan berbuka puasa.
Di tempat Harun biasa berkumpul dengan teman-temannya, Murni mendapat sebuah informasi.
"Terakhir dapat informasi itu di Asem, di tempat laundry, ya memang di situ banyak teman-temannya. Saya bilang, 'Dek, maaf, lihat Harun enggak?' Saya gituin."
"'Oh iya, Bu, semalam kita ikut...' Kita katanya, tapi saya juga enggak tahu anak-anak itu, orang namanya kenal sekilas-sekilas doang,'" kata Murni dalam wawancara TV One untuk program Kabar Petang pada 27 Mei 2019.
Teman Harun Al Rasyid, Angga, membeberkan kronologi penembakan yang menewaskan Harun.
Sementara itu menurut teman Harun, Angga, insiden itu bermula saat Harun mengajaknya pergi ke kawasan Slipi untuk melihat kerusuhan, Rabu (22/5/2019).
"Dari siang sampai malam sama saya. Siang Harun ngajakin ke warteg, habis itu Harun ngerencanain ke sana (Slipi)."
"Dia bilang, 'Ayo kita lihat di Slipi yang perang'," ungkap Angga menirukan ucapan Harun.
Saat itu, Angga menuturkan Harun sempat terkena lemparan gas air mata petugas di bagian pahanya.
Angga lantas mengajak Harun untuk menjauh dari lokasi agar bisa mengobati lukanya.
Tetapi, menurut Angga, Harun bersikukuh ingin kembali ke lokasi dan menyaksikan kerusahan meski hari sudah malam.
Sayang, pada pukul 22.00 WIB, Angga kehilangan jejak Harun.
Didin, ayah Harun kemudian mendapat telepon dari seorang relawan yang merupakan teman kakak Harun.
Ia diminta mencocokkan foto Harun dengan foto mayat yang ada di Rumah Sakit Dharmais.
"Di Dharmais itu ada seorang anak umur 14 tahun korban tembak polisi, beritanya seperti itu, dan di-share di grup HP saya itu, saya lihat fotonya itu memang mirip seperti Harun, dari alisnya, dari matanya itu,"
"tapi saya lihat rambutnya agak keriting, jadi enggak mirip Harun. Jadi saya pikir, Sudahlah, itu bukan Harun," terang Didin.
"Enggak lama, berselang waktu, tim dari relawan datang ke rumah kami mencocokkan bahwa foto yang di-share ke grup itu mirip tidak dengan data yang mereka punya," tambahnya.
Didin juga tak mendapat informasi apa pun dari kepolisian mengenai penyebab kematian Harun.
Bahkan keluarganya dilarang melihat jenazah Harun.
"Tidak ada, tidak ada sama sekali. Bahkan waktu orang tua saya di Kramat Jati pun di rumah sakit itu tidak boleh melihat mayatnya. Dia hanya bisa melihat foto di HP."
"'Betulkah Bapak, anak ini namanya anak ini?' Gitu, dan namanya pun disebutkan Mr X," tutur Didin.
Harun Tewas Ditembak
Sementara itu, pada 30 Mei 2019, hasil autopsi kepada Harun oleh RS Polri Kramat Jati.
Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Brigadir Jenderal Polisi Musyafak mengatakan Harun mengalami luka tembak pada bagian lengan kiri atas hingga menembus dada.
"Sudah, hasil otopsinya luka tembak. Itu kita terima dari RS Dharmais sudah tidak ada."
"Dan belum tahu identitas alias Mr X kalau tidak salah tanggal 23 Mei dini hari jam 01.00 WIB kita terima rujukan korban dari RS Dharmais.Sudah dalam kondisi meninggal dunia," ungkap Musyafak saat dikonfirmasi, Kamis (30/5/2019).
Meski demikian, Musyafak belum dapat memastikan apakah Harun tewas terkena peluru tajam atau karet.
Pasalnya, hal tersebut telah menjadi wewenang dari pihak Puslabfor Mabes Polri.
"Wah itu yang menentukan bukan kita, tapi Puslabfor," tambahnya.
Ia mengatakan Harun ditembak dari jarak 30 meter dari sisi kanan, dari arah ruko di dekat flyover Slipi.
"Korban Harun Al Rasyid ditembak dari jarak 30 meter dari sisi kanan. Sisi kanan itu ruko-ruko di dekat flyover Slipi," terang Suyudi.
Sementara itu, terkait terduga pelaku, Dedi Prasetyo yang saat itu menjabat sebagai Karo Penmas Divisi Humas Polri, membeberkan ciri-cirinya.
Dedi mengatakan terduga pelaku memiliki tinggi 175 cm, serta berambut panjang dan lurus.
Ciri-ciri itu, ujar Dedi, didapatkan dari keterangan saksi.
"Ada seseorang yang tingginya sekitar 175 sentimeter, kemudian rambut panjang, kurus."
"Dia menembakkan dengan tangan kiri. Ini yang sedang kami dalami. Ada saksinya," ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (5/7/2019).
"Karena ada saksi yang melihat korban itu tertembak, jatuh, kemudian dievakuasi. Semuanya itu akan kami dalami," tambahnya.
Untuk diketahui, Harun yang tercatat sebagai warga RT 09 RW 10, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat meninggal dunia setelah terlibat kerusuhan 22 Mei di Jembatan Slipi Jaya, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (22/5) malam.(*)
(Bangkapos.com/Fitri) (TribunSumsel.com/Slamet Teguh)
| Realisasi Retribusi Parkir Pangkalpinang Capai Rp1,29 Miliar, Dishub Optimis Target Tercapai |
|
|---|
| Kalender 2025: Momen Penting 30 Oktober Lengkap Sisa Tanggal Merah Akhir Tahun |
|
|---|
| MUI Buka Suara soal Spanduk Bertuliskan Bakso Babi Tidak Halal di Bantul Jogja |
|
|---|
| Benarkah Presiden Prabowo Pulang Lebih Awal dari KTT ASEAN Karena Media Malaysia Salah Sebut Nama? |
|
|---|
| Peran Luhut dalam Proyek Whoosh Diungkap Mahfud MD |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20231213-Inilah-Sosok-Harun-Al-Rasyid-Pendukung-Prabowo-Tewas.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.