Berita Pangkalpinang

Mengenal Filariasis, Penyakit Kronis yang Sering Diabaikan Masyarakat, 82 Kasus Ada di Babel

Penyakit Filariasis atau biasa yang disebut kaki gajah merupakan penyakit infeksi yang tergolong berbahaya apabila tidak ditangani secara cepat. 

Penulis: Cepi Marlianto | Editor: khamelia
(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)
Sejumlah petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka Selatan saat mengambil sampel darah warga di beberapa wilayah beberapa waktu lalu. Pengambilan sampel darah itu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya masyarakat mengidap filariasis. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Penyakit Filariasis atau biasa yang disebut kaki gajah merupakan penyakit infeksi yang tergolong berbahaya apabila tidak ditangani secara cepat. 

Walaupun tidak menyebabkan kematian, namun bila dibiarkan secara terus menerus, akan mengakibatkan peradangan (pembengkakan) hingga berujung cacat fisik permanen. 

Saat ini di Bangka Belitung (Babel) tampaknya masih cukup banyak masyarakatnya yang terkena atau menderita penyakit kaki gajah

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Babel, selama tahun 2023 tercatat ada 82 kasus penyakit kaki gajah yang diderita oleh masyarakat. 

Menyikapi hal tersebut, Pengelola Program Penyakit Filariasis Dinkes Babel, Yuli Erika mengatakan, tak seperti penyakit berbahaya lainnya, penyakit kaki gajah merupakan penyakit kronis yang sering terabaikan oleh masyarakat.

"Penyakit kaki gajah ini merupakan penyakit kronis yang sering terabaikan. Memang penyakit ini tidak langsung menyebabkan kematian seperti penyakit lain. Namun dia ini sifatnya kronis, mengidapnya bisa sampai seumur hidup," kata Yuli kepada Bangkapos.com, Senin (5/2/2024). 

Selain itu menurutnya penyakit kaki gajah merupakan penyakit yang tidak mudah untuk dideteksi, sehingga penderita cenderung tidak sadar ketika terkena penyakit. 

"Penyakit ini tahunan masa inkubasinya kurang lebih 5 tahunan. Artinya sudah terinfeksi sebelum itu, maksudnya pas digigit tidak langsung jatuh sakit, tapi butuh waktu tahunan biar menjadi besar dan bengkak. Terus penyakit ini juga gejalanya tidak spesifik, hanya demam yang sering berulang saja, makanya banyak yang tidak menyadari," jelasnya. 

Yuli menyebutkan dari kasus yang telah terjadi, kebanyakan diderita oleh kalangan umur 31 tahun ke atas atau orang dewasa hingga orang tua. 

"Kalau dari data yang kita rekap saat ini, mulai dari umur 31 tahun sampai yang paling tua 98 tahun. Rata-rata orang dewasa atau orang tua yang kena," tuturnya. 

Sementara itu Plt Kabid P2P Dinkes Babel, Muhammad Rais Haru menjelaskan, penyakit ini biasanya terjadi karena pengaruh rawannya perubahan cuaca dan kehadiran nyamuk itu sendiri. 

"Jadi penyakit ini dari cacing micro filaria yang dibawa oleh segala jenis nyamuk. Biasanya nyamuk ini kan banyak ketika masuk musim hujan. Ada genangan-genangan air, itu berpotensi untuk tempat berkembang biak nyamuk," ucapnya. 

Untuk itu Yuli menjelaskan perlu agar semua stakeholder mendorong agar masyarakat sadar dan paham akan pentingnya menjaga rumah, terutama terhadap kehadiran nyamuk. 

"Jadi kita kan melakukan melakukan survey dan menggali pengetahuan masyarakat tentang filariasis, ternyata hampir 90 persen mereka tidak tau apa yang namanya filariasis. Untuk itu perlu digiatkan lagi proses sosialisasi dan edukasi buat masyarakat. 

Agar mereka paham dan mereka sadar akan pentingnya menjaga kesehatan, terutama terhindar dari filariasis ini. Agar dimanapun mereka berada mereka tetap waspada dan terhindar dari gigitan nyamuk" terangnya. 

(Bangkapos.com/gogo prayoga)

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved