Bangka Belitung Memilih

Dugaan Dinasti Politik Pada Fenomena Istri Mantan Kepala Daerah di Babel Dominasi Suara Pileg

Mendominasinya perolehan suara caleg yang merupakan istri mantan kepala daerah pada pileg tahun 2024.

Penulis: Sepri Sumartono | Editor: nurhayati
ISTIMEWA
Ariandi A Zulkarnain, S.I.P., M.Si. - Dosen Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Mendominasinya perolehan suara caleg yang merupakan istri mantan kepala daerah pada pileg tahun 2024 di Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dapat dinilai dari berbagai perspektif.  

Pengamat Politik Bangka Belitung, Ariandi Zulkarnain menilai kaderisasi di dalam internal partai justru tidak berjalan begitu baik sejauh ini. 

Dapat dilihat dari kurangnya proporsi atau distribusi kader-kader potensial terkhusus perempuan dalam konteks fenomena istri mantan kepala daerah yang menjadi caleg. 

"Dominasi ini membuktikan bahwa proporsi masyarakat lebih terhubung terhadap sosok memang lebih dominan," kata Ariandi, Kamis (22/2/2024).  

Sebab tidak menguatnya identitas kepartaian dan lemahnya kaderisasi di internal partai sehingga demokratisasi jutsru hanya terhubung pada beberapa sosok nama.  

Situasi masyarakat yang sangat kental terhadap patronase dan klientelisme dinilai memperkuat kondisi ini.  

Apalagi, secara tidak langsung mantan istri kepala daerah yang maju pileg memiliki sumberdaya yang cukup membuat posisi dan privilege keuntungan mendominasi ketimbang caleg perempuan lainnya.  

Persoalan biaya pileg yang besar tentu pengaruh pembiayaan menjadi satu hal yang krusial.   Ariandi menjelaskan, peran suami yang merupakan mantan kepala daerah tentu memberikan pengaruh terhadap istri yang menjadi caleg.  

"Cukup besar bahwa baliho-baliho baik itu media kampanye yang disajikan kepada masyarakat cenderung mendompleng popularitas suami," katanya.  

Sehingga, tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa baliho dari caleg yang merupakan istri dari mantan kepala daerah itu mengikutsertakan suaminya dalam media kampanye.  

"Mudah-mudahan upaya pada pileg 2024 ini bukan bagian dari usaha mendesign dinasti politik daerah, ketika sirkulasi kekuasaan hanya berkutat pada elit-elit tertentu," ujarnya.  

Panduan utama partai politik dalam melakukan kandidasi dan dominasi itu memang selalu dengan indikator popularitas.  

Baik karena adanya ketergantungan suatu sosok dengan sosok lainnya seperti istri dan anak pejabat atau yang memiliki modal popularitas kemudian menjadi indikator yang cukup umum diberikan kepada publik untuk menjadi bagian dari kontestasi. 

(Bangkapos.com/Sepri Sumartono) 

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved