Tribunners
Membangun Ketahanan Keluarga
Membangun ketahanan keluarga menjadi suatu keharusan, karena keluarga yang kuat akan menciptakan individu-individu yang stabil secara emosional
Oleh: Dr. Kartika Sari, M.Pd.I. - Pengawas Madya Kementerian Agama Kota Pangkalpinang, Satgas PPA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
KELUARGA adalah sel yang membentuk inti dari masyarakat. Dalam dinamika kehidupan sehari-hari, keluarga memainkan peran yang tak tergantikan dalam membentuk karakter, memberikan dukungan, dan menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis. Ketahanan keluarga diartikan sebagai kemampuan sebuah keluarga untuk bertahan dan pulih dari tekanan, tantangan, serta krisis yang mungkin dihadapi selama perjalanan kehidupan.
Membangun ketahanan keluarga menjadi suatu keharusan, karena keluarga yang kuat akan menciptakan individu-individu yang stabil secara emosional dan psikologis. Ketahanan keluarga juga menjadikan keluarga mampu sebagai pelindung dan penyeimbang dalam menghadapi krisis-krisis seperti permasalahan ekonomi, kesehatan, atau perubahan dalam dinamika keluarga.
Ketahanan keluarga juga memberikan dasar kuat untuk menanamkan nilai-nilai positif, moralitas, dan etika kepada anggota keluarga, yang kemudian membentuk individu yang berkontribusi positif pada masyarakat. Selain itu, ketahanan keluarga akan memberikan keseimbangan antara hidup pribadi dan profesional, pencegahan terhadap pergeseran nilai, peningkatan kesehatan mental dan emosional dan pemantapan generasi penerus serta kontribusi pada pembangunan sosial.
Dewasa ini, ketahanan keluarga dihadapkan pada sejumlah tantangan kompleks yang memengaruhi dinamika keberlanjutan keluarga. Beberapa persoalan yang melatarbelakanginya, di antaranya adalah perubahan pola hidup modern di mana globalisasi dan teknologi membawa perubahan signifikan dalam pola hidup masyarakat. Kesibukan yang tinggi, ketergantungan pada teknologi, dan mobilitas tinggi dapat menyebabkan keluarga terfragmentasi dan sulit untuk menjaga kualitas waktu bersama.
Kondisi ekonomi yang tidak stabil sering kali menambah tingkat stres di dalam keluarga. Tidak hanya itu, hal ini juga turut menyumbang peningkatan angka perceraian, pernikahan anak usia muda dan menggeser nilai-nilai keluarga tradisional. Selain itu, terjadinya krisis ekonomi yang disebabkan oleh faktor global seperti resesi ekonomi, dapat memberikan tekanan ekstra pada keluarga.
Pengaruh selanjutnya adalah perkembangan media sosial dan digitalisasi yang berdampak signifikan pada interaksi keluarga. Tidak semua anggota keluarga memiliki akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas. Ketidaksetaraan ini dapat membatasi potensi perkembangan anggota keluarga dan menambah tekanan ekstra pada sistem keluarga.
Selanjutnya adalah kurangnya kesehatan mental, di mana masih banyak keluarga yang kurang menyadari dalam mengatasi masalah kesehatan mental. Hal ini dapat berdampak pada hubungan dan ketahanan keluarga secara keseluruhan.
Adapun langkah-langkah untuk membentuk keluarga yang berkualitas, di antaranya adalah memperkuat ikatan antaranggota keluarga dengan melibatkan komunikasi yang baik. Keluarga yang mampu terbuka, jujur, dan mendengarkan satu sama lain dapat dengan lebih baik mengatasi konflik dan merespons perubahan. Keluarga yang tangguh harus mampu mengelola stres dengan baik dengan melibatkan seluruh anggota keluarga agar belajar merawat diri dengan baik secara fisik dan mental serta lebih mampu memberikan dukungan yang dibutuhkan satu sama lain.
Membangun ketahanan keluarga juga dibutuhkan perencanaan yang matang yaitu merencanakan keuangan yang sehat dan mengelolanya dengan bijaksana. Dalam hal ini, ibu sebagai pengatur keuangan dalam keluarga harus memberikan dan memperkenalkan anak-anak tentang konsep pendidikan keuangan sehingga muncul kebiasaan baik sejak dini, misalnya dapat mengelola uang jajan yang diberikan untuk belajar menabung.
Selain itu, keluarga yang tangguh harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan, baik perubahan dalam dinamika keluarga, pekerjaan, atau lingkungan serta memberdayakan anggota keluarga untuk mengambil tanggung jawab dan inisiatif dalam membantu meningkatkan fleksibilitas keluarga. Menanamkan nilai-nilai yang kuat dan tradisi yang positif seperti pendidikan nilai perlu menjadi fokus utama dalam pembentukan karakter seperti nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, dan empati. Kemudian diikuti dengan menjaga tradisi keluarga yang akan memberikan stabilitas dan identitas yang diperlukan agar membantu keluarga merasa terhubung dan bersatu.
Membangun keterampilan konflik dan menyelesaikan masalah juga merupakan hal yang tak terpisahkan dari kehidupan keluarga. Dengan pembelajaran keterampilan konflik dan komunikasi yang empati akan mengajarkan anggota keluarga dapat mengelola konflik secara konstruktif dan membangun keterampilan dalam menyelesaikan masalah serta membangun kemampuan untuk berempati dan memandang sudut pandang satu sama lain dalam mengurangi potensi konflik. Untuk memberikan arah dan tujuan yang jelas perlu adanya kebersamaan dalam membangun masa depan yang lebih baik. Untuk itu, menciptakan lingkungan yang penuh dukungan dan penerimaan akan membantu semua anggota keluarga sehingga muncul rasa dihargai dan didukung.
Keterlibatan pemerintah
Ketahanan keluarga bukan hanya tanggung jawab individu atau komunitas, tetapi juga merupakan bagian integral dari pembangunan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Membangun ketahanan keluarga dalam hal ini perlu adanya sinergisitas pemerintah termasuk Kementerian Agama. Kementerian Agama memiliki peran yang penting dalam membangun ketahanan keluarga melalui penyuluh agama dan Kantor Urusan Agama (KUA).
Penyuluh agama bertugas menyampaikan nilai-nilai keagamaan kepada keluarga, menjadikan agama sebagai panduan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui serangkaian penyuluhan dan pelatihan, penyuluh agama membantu keluarga memahami prinsip-prinsip agama yang dapat membentuk karakter, moralitas, dan spiritualitas yang kuat. Edukasi agama menjadi fondasi utama yang mendukung ketahanan spiritual keluarga, memberikan landasan keyakinan dan kearifan dalam menghadapi cobaan hidup.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.