Sosok 'Orang Arab Pute' Memiliki Ilmu Kanuragan dan Linuwih Dalam Kisah Orang Lum dan Suku Mapur
Sosok Akek Antak sudah menjadi cerita turun temurun di Pulau Bangka dan Belitung. Orang Lom juga memanggil Akek Antak dengan sebutan "orang arab Pute"
Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
Oleh karena itu, menurutnya adanya konsep itu dituangkan dalam nisan tersebut menunjukkan sesuatu yang sepesial dari Akek Antak sebagai salah satu Wali Allah.
Hal itu dilihat dari digunakannya nisan khusus dari batu Aceh dan sudah berusia sekitar 1000 tahun, karena memiliki tahun 1182 Masehi.
Dari hal itu menunjukkan jika Akek Antak memang ada dan bukan tokoh sembarangan.
“Sosoknya tidak hanya sebuah mitologi atau legenda yang digambarkan sebagai sebuah raksasa, tetapi seorang Wali Allah. Namun orang mapur menyatakan Akek Antak merupakan leluhur atau dewa nya mereka, itu karena tidak adanya pemahaman mereka mengenai para wali,” tegas Deqy.
Orang Lum dan Suku Mapur
Dalam buku tersebut, Deqi menyampaikan mengenai keberadaan suku Mapur, yang dikenal dengan nama orang Lum.
Di Pulau Bangka, banyak yang menganggap bahwa orang Lum tidak memiliki agama, namun hasil penelitiannya mengungkapkan perspektif yang berbeda.
Menurut Deqi, suku Mapur merupakan kelompok masyarakat tertua di Pulau Bangka dengan tingkat kemistisan yang tinggi.
Melalui penelitiannya, Deqi menemukan bukti empiris yang menyatakan bahwa keberadaan agama Islam sudah ada sejak Abad ke-10.
Kedatangan orang Mapur ke Pulau Bangka pada Abad ke-9 atau 10 disebabkan oleh serangan dari dinasti Nguyon.
Orang-orang Mapur, yang berasal dari negara Champa-Kamboja, telah memiliki hubungan dengan agama Islam melalui interaksi perdagangan dengan pedagang dari India dan Persia.
Meskipun mereka belum sepenuhnya mengamini agama Islam, namun pengaruh agama tersebut sudah terlihat pada mereka.
Dari hasil penelitiannya, Deqi juga menemukan bahwa orang Lum, atau orang Mapur, memiliki pemahaman yang terbatas tentang Islam.
Mereka menganggap Akek Antak sebagai sosok yang sakti dan memiliki kekuatan ghaib, bahkan dianggap sebagai dewa, bukan sebagai tokoh Muslim.
Namun, Deqi menegaskan bahwa Akek Antak sebenarnya adalah seorang ulama yang berdakwah di Pulau Bangka. Dakwahnya meliputi wilayah Mapur, Gunung Pelawan, Pesaren, Air Abik, Gunung Muda, Tuing, dan sekitarnya.
”Orang Lum identik dengan suku Melayu non muslim atau orang adat primitif yang wilayah pemukimannya di dalam hutan dan sekitar pesisir. Pandangan mengenai jejak Islam Orang Lum merupakan pernyataan yang banyak mengundang kontroversi karena secara umum dan menurut kepercayaan publik Bangka bahwa Orang Lum memang belum beragama, apalagi Islam,” salah satu isi dari karya yang ditulis Teungku Sayyid Deqi.
Wilayah Tertua
Masih mengutip dari buku tersebut, Mapur disebutkan sebagai wilayah tertua dengan segala rahasia supranaturalnya yang luas dan disegani.
Peradaban wilayah ini digambarkan sebagai awal peradaban Orang Lum dengan tingkat kemistisan yang paling tinggi.
Melalui penelitian yang ia lakukan, disebutkan telah melahirkan hal lain yang lebih memberikan peluang untuk meneliti kembali hubungan Islamisasi di ranah magis Bangka.
“Padahal dalam penelitian saya, ada simpulan-simpulan secara empiris, yang menyatakan keberadaan agama Islam sudah ada sejak Abad ke 10 lalu. Kedatangan orang Mapur terjadi pada abad 9 atau 10 dari daratan Indo-Cina secara tidak sengaja karena adanya serangan dari dinasti Nguyon,” jelas Deqi kepada Bangkapos.com.
Suatu permasalahan yang kompleks dialami leluhur Orang Lum di Champa-Kamboja itu berkaitan, dengan adanya penyerangan Dinasti Nguyen dan Annamese-Vietnam, sehingga mereka lari menggunakan sebuah kapal.
Deqy melanjutkan, orang-orang yang berasal dari Negri Champa itu, pada awalnya sudah berinteraksi dengan ajaran agama Islam.
Mereka mendapatkan ajaran itu, dari para pedagang sekaligus penyebar agama Islam yang berasal dari India ataupun juga Persia.
Sehingga, hal itu membuat adanya pengaruh dari agama Islam pada diri mereka.
“Dahulu negara Cina itu multi monarki, yang kebanyakan Hindu Mahayana, kemudian mereka berinteraksi dengan para pedagang dan belajar agama Islam. Pada proses itu, akhirnya mendapat serangan, sehingga memilih lari dan sampai ke tanah Bangka,” ungkap Deqi.
Selanjutnya, ia juga menjelaskan jika asal meraka dari negara maritim yang besar, membuat kedatanganya juga menggunakan kapal.
Saat melakukan perjalanan dengan kapal itu, akhirnya mereka mendarat di perairan Mapur, Pulau Bangka.
Kemudian membentuk komunitas kelompok masyarakat di Kawasan tersebut.
“Karena ada trauma dengan orang luar, takut akan diserang mereka mengasingkan diri ke dalam hutan. Asal-usul itulah, yang banyak belum diketahui masyarakat. Akan tetapi, mereka memang berasal dari negeri Champa yang membuat mereka berbeda dengan orang Melayu serta orang Cina dari suku Haka ” tuturnya.
Menurut Deqi, jika dikembalikan pada tatanan sejarah mereka sebenarnya lebih suka disebut sebagai Suku Mapur tempat mereka, dari pada adanya label sebagai Orang Lum karena memiliki arti keterbelakangan.
“Asal-usul kenapa disebut orang Lum itu, pada abad 18 pemerintah Hindia Belanda yang menguasai Pulau Bangka melakukan sensus penduduk. Mereka menemukan komunitas melayu yang belum beragama, nah ini yang menjadi popular padahal disebut Orang Mapur itu lebih baik,” tegas Deqi.
Ia juga menyampaikan jika dalam penelitiannya, menemukan hasil jika Suku Mapur sudah memiliki hubungan kuat dengan agama Islam melalui interaksi perdagangan mereka dengan orang-orang dari India ataupun juga Persia.
“Mereka sudah mengenal tokoh Nabi Muhammad, Fatimah, dan Hasan-Husein, maupun kota mekah dan Madinah. Namun mereka belum mengimaninya dengan baik, karena baru bersentuhan dalam situasi konflik luar biasa,” ungkapnya.
Oleh karena itu saat sampai di Pulau Bangka, pengetahuan itu terkikis dan kembali pada konsep alam.
Sehingga terjadi penggabungan konsep islam yang baru sedikit dipahami dengan teologi dari alam yang membuat mereka tidak ada peribadatan tersendiri.
“Seperti dilihat dalam naskah-naskah kuno orang mapur, berisi ratapan untuk konsep kematian mereka. Dalam beberapa baris, adanya pengaruh Islam seperti contohnya tanah keramat Mekah, Ali bin Abi Thalib yang disebut dengan Akek Ali,” terang Deqi.
Penelitian ini membuka wawasan baru tentang sejarah penyebaran Islam di Pulau Bangka dan mengungkapkan peran penting tokoh-tokoh seperti Akek Antak dalam proses Islamisasi di wilayah tersebut.(*)
(Bangkapos.com/Zulkodri/Rifqi Nugroho)
Akek Antak dan penyebaran Islam di Bangka Belitung
Orang Arab Pute
Orang Lum
Suku Mapur
Sejarah Peradaban Islam
| Merdeka Sinyal di Suku Melayu Tertua Pulau Bangka, Orang Lum Bisa Telpon Bebas dari Perbukitan |
|
|---|
| PT Timah Tbk Serahkan 1.050 Eksemplar Buku Mapur Mendulang Kisah Meraup Berkah ke Dindik Babel |
|
|---|
| Jejak Islam di Bangka, Sosok Akek Antak dalam Peradaban Suku Orang Mapur |
|
|---|
| Jejak Awal Islam di Bangka, Keberadaan Orang Mapur |
|
|---|
| Konsisten Jaga Kearifan Lokal, PT Timah Tbk Turut Partisipasi Lakukan Pemberdayaan Adat Orang Lum |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20230325-makam1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.