Tomy Winata 9 Naga Anak Siapa? Tak Disangka Punya Ayah Angkat Kepala Desa, Kisah Hidupnya Misterius
Sosok ayah Tomy Winata bisa dibilang misterius. Namun, menurut penulis Sam Setyautama, Tomy Winata memiliiki ayah angkat seorang kepala desa.
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM - Inilah kisah Tomy Winata mulai dari siapa ayahnya hingga bagaimana awal mula ia berbisnis dan menjadi besar di Orde Baru hingga dijuluki 9 Naga Indonesia.
Satu di antara yang menarik dari kisah Tomy Winata adalah tentang siapa ayah dari pemilik Artha Graha Group ini.
Sosok ayah Tomy Winata bisa dibilang misterius.
Namun, menurut penulis Sam Setyautama, Tomy Winata memiliiki ayah angkat seorang kepala desa.
Seperti apa kisahnya?
Berdasarkan banyak narasi, Tomy Winata dikabarkan lahir pada tanggal 23 Juli 1958 di Pontianak, Kalimantan Barat.
Namun, dalam wawancara bersama Karni Ilyas yang tayang di YouTube, pria yang akrab disapa TW itu membantah narasi informasi tersebut.
TW mengaku lahir di Jakarta.
Ia juga kerap dinarasikan sebagai sosok yang berasal dari keluarga kurang mampu.
TW juga membantah narasi tersebut dalam wawancara bersama Karni Ilyas.
Tomy Winata menyebut saat pertama kali merantau ke Kalimantan, ia membawa modal Rp30 ribu yang menurutnya lumayan besar kala itu.
Memang sejak dulu, ada beberapa versi yang saling bertentangan mengenai kehidupan awal Tomy Winata.
Menurut The Washington Post , ia memulai kariernya sebagai "tukang cuci mobil dan anak kantor".
Sementara, laporan media Indonesia menyebutkan bahwa Tomy Winata berasal dari keluarga miskin dan menjadi yatim piatu sejak kecil.
Penulis Sam Setyautama menulis bahwa Winata memiliki ayah angkat bernama Bisri Artawinata, yang merupakan kepala desa di Takokak, Sukabumi, Jawa Barat.
Sebaliknya, penulis Joe Studwell menulis bahwa "ayah Winata membangun barak untuk Angkatan Darat meskipun Winata lebih suka mengatakan bahwa ia memulai kariernya dengan menjual es loli dan mencuci mobil".
Sebuah biografi daring yang banyak disalin menyatakan bahwa pada tahun 1972 ketika berusia 15 tahun, Winata diperkenalkan kepada kepala Komando Distrik Militer Singkawang di Kalimantan Barat, yang mengakibatkan dia diminta untuk membangun kantor untuk militer.
Biografi daring tersebut menyatakan hubungan bisnisnya dengan militer tumbuh dan dia diminta untuk membangun barak dan sekolah Angkatan Darat, dan mendistribusikan barang-barang ke markas besar Angkatan Darat provinsi di tempat-tempat seperti Irian Jaya, Ujungpandang dan Ambon.
Majalah Tempo pada tahun 1999 melaporkan bahwa Tommy memulai bisnisnya ketika berusia 15 tahun setelah menerima pesanan untuk pembangunan barak asrama militer di Irian Jaya.
Tumbuh karena Peran TB Silalahi
Tempo menyatakan keberhasilan bisnisnya adalah karena kedekatannya dengan almarhum Jenderal Tiopan Bernard (TB) Silalahi, mantan sekretaris jenderal Kementerian Pertambangan dan Energi dan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara di Kabinet Pembangunan keenam Presiden Suharto.
Kemudian, kerajaan bisnis Winata berkembang di bawah Artha Graha Group.
Ia menjadi terkenal secara nasional pada akhir 1980-an ketika ia bekerja dengan Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat Indonesia untuk menyelamatkan bank lokal yang bermasalah, Bank Propelad.
Pada tahun 1986, Menteri Keuangan Radius Prawiro mengancam akan menutup Bank Propelad karena menderita kerugian.
Propelad dimulai pada tahun 1967, sebuah perusahaan perhotelan yang dibentuk oleh yayasan Komando Militer Siliwangi Angkatan Darat .
Sebagai PT Propelad, perusahaan tersebut menjadi kontraktor utama untuk proyek konstruksi perusahaan minyak negara, PT.Pertamina , di Jawa Barat dan kemudian menjadi sebuah bank.
Ketika bank tersebut menghadapi penutupan, Jenderal Raden Ahmad Kosasih campur tangan dengan mengusulkan kepada Kepala Angkatan Darat Jenderal Edi Sudradjat agar Yayasan Kartika Eka Paksi terlibat dalam rekapitalisasi bank tersebut.
Bank tersebut diambil alih oleh Angkatan Darat dan Winata diundang untuk mengambil bagian dalam restrukturisasinya pada tahun 1987, karena ia telah memiliki rekam jejak panjang dalam berbisnis dengan militer dan merupakan rekan Edi Sudradjat dan TB Silalahi.
Menurut biografi TB Silalahi tahun 2008, Bank Propelad dibeli melalui Winata dan rekannya Sugianto Kusuma (lebih dikenal sebagai Aguan).
Angkatan Darat mengambil 40 persen saham, yang tidak dibayarkan apa pun, sementara perusahaan Winata dan Aguan masing-masing mengambil 30 persen saham.
Bank Propelad kemudian mengubah namanya menjadi Bank Artha Graha.
Pada pertengahan tahun 1997, bekerja sama dengan Bank Indonesia Winata, Bank Arta Prima diselamatkan, yang kemudian digabung dengan Bank Artha Graha.
Pada tahun 2003, Artha Graha Group mengambil alih Bank Inter-pacific, Tbk (perusahaan publik). Pada tahun 2005, Bank Inter-pacific, Tbk mengakuisisi Bank Artha Graha menjadi Bank Artha Graha Internasional, Tbk (INPC.JK).
Winata terlibat dalam sektor properti melalui PT Jakarta International Hotels and Development, Tbk (JIHD.JK, perusahaan publik yang terdaftar), yang memiliki Hotel Borobudur di Jakarta Pusat , dan PT Danayasa Arthatama, Tbk (SCBD.JK, perusahaan publik yang terdaftar), yang memiliki Sudirman Central Business District (SCBD) di jantung kota Jakarta. SCBD mencakup Gedung Bursa Efek Indonesia .
Winata berencana untuk membangun Gedung Signature Tower -Jakarta, gedung pencakar langit setinggi 111 lantai, yang akan menjadi gedung tertinggi kelima di dunia, di pusat SCBD.
Ia mengatakan megaproyek tersebut adalah bagian dari misinya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa "Indonesia bisa". Visinya adalah menjadikan SCBD sebagai "Manhattan-nya Indonesia".
Tomy Winata aktif di sektor infrastruktur, melalui perusahaan PT Bangungraha Sejahtera Mulia yang memperoleh dukungan dari Gubernur Provinsi Banten dan Lampung untuk menjadi investor utama untuk proyek Jembatan Selat Sunda yang jika dilanjutkan akan menjadi proyek infrastruktur tunggal terbesar yang pernah dilakukan di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 tanggal 2 Desember 2011, konsorsium Lampung-Banten dengan PT Bangungraha Sejahtera Mulia ditunjuk menjadi Pemrakarsa Proyek untuk mengerjakan studi kelayakan Proyek Jembatan Selat Sunda dan Pengembangan Kawasan Strategis.
Menyusul Peraturan Presiden tersebut, Provinsi Banten dan Lampung bersama PT Bangun Sejahtera Mulia mendirikan perusahaan patungan bernama PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS) untuk melakukan studi kelayakan Selat Sunda. Berdasarkan pra-studi kelayakannya, biaya konstruksi Proyek Selat Sunda diperkirakan sekitar US$10 miliar dan akan memakan waktu sekitar 8 hingga 10 tahun untuk dikembangkan.
Proyek Jembatan Selat Sunda telah berkembang dari sebuah “mimpi yang mustahil” pada tahun 2002 menjadi “hampir menjadi kenyataan” pada tahun 2012, namun pada tahun 2014 presiden baru Joko Widodo mengesampingkan proyek tersebut.
Winata juga mempunyai usaha bisnis di luar Indonesia, termasuk di Timor Leste , di mana ia diduga diberi persetujuan secara rahasia untuk membangun hotel dan kompleks perbelanjaan di tanah milik pemerintah tanpa harus mengajukan penawarannya melalui proses tender.
Munculnya 9 Naga
Sebuah kabel diplomatik yang bocor menggambarkan Tomy Winata memiliki "hubungan yang sangat dekat" dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan menuduh bahwa dia adalah kepala "The Gang of Nine" atau "The Nine Dragons".
Kabel tersebut juga menuduh bahwa Winata telah menyalurkan uang kepada Yudhoyono untuk "tujuan politik yang dipertanyakan".
Dengan tegas, Winata membantah tuduhan tersebut, menganggapnya sebagai gosip dari politisi pesaing dan menyatakan, "Saya lebih suka menjilati sepatu Anda... daripada Anda mempercayai rumor WikiLeaks."
Winata menyatakan bahwa hubungannya dengan Presiden adalah "warga negara lainnya".
Di sisi lain, media massa Indonesia sempat menduga Winata terlibat dalam pemberian cek perjalanan yang digunakan pada tahun 2004 untuk sejumlah politisi Indonesia agar memilih Miranda Swaray Goeltom sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia .
Namun, Miranda Goeltom membantah mengenal pemilik Bank Artha Graha.
Jawaban Tomy Winata Saat Dituduh sebagai Mafia Segala Macam
Ya, dalam dunia politik Indonesia, Tomy Winata selalu dikaitkan dengan pengusaha yang dekat dengan para politisi.
Ia pernah buka suara soal tuduhan yang menyebutnya sebagai mafia, stigma yang melekat pada nama Tomy Winata.
Padahal melalui Artha Graha Peduli, Tomy Winata mengaku sangat rutin menyumbang dan membantu masyarakat.
Mulai dari bencana alam hingga gelaran pasar murah jelang hari-hari raya.
"Bencana alam, lebaran pun ada pasar murah sembako murah yang merangsang Pak Tomy selalu berbuat begitu," kata Karni Ilyas ke Tomy Winata dikutip TribunnewsBogor.com dari akun YouTube Karni Ilyas Club.
Tomy Winata menerangkan moto yang ia kedepankan ialah kepedulian.
"motonya adalah kepedulian jadi kita berbagi dan peduli, jadi dengan satu wadah kelompok Artha Graha Grup kita sama-sama selalu bekerjasama selalu melaksanakan CSR. dan dimana masyarakat memerlukan kami berpatner dengan pemerintah dari tingkat kecamatan kami berperan serta, kami punya relawan AGP yang selalu full time menangani program CSSR itu sebagai bagian komponen modal kerja kita bukan cost," ujar Tomy Winata dalam wawancaranya pada 26 September 2020 dengan Karni Ilyas dan diunggah di YouTube.
Dengan begitu kata Tomy Winata, keterlibatannya dalam membantu masyarakat menjadi sebuah kewajiban bagi dirinya.
"jadi dengan begitu keterlibatan kami dalam program kerja untuk bantu masyarakat sudah menjadi bagian dari kepedulian, menurut saya mewajibkan berperan aktif termasuk saat lebaran, puasa natal, imlek,murni hanya untuk kami aktif maju membantu masyarakat," kata Tomy Winata.
Meski begitu, kata Karni Ilyas, hingga kini banyak masyarakat memiliki persepsi berbeda soal Tomy Winata.
Menurut Karni, nama Tomy Winata masih lekat dikaitkan dengan mafia.
"kalau lihat cerita Artha Graha Peduli dan ketika bencana terjadi dan yang sayaa saksikan sendiri, kok agak terbalik dengan persepsi banyak orang terhadap Pak Tomy bawha Pak Tomy dituduh macam macam, mafia ini lah, mafia ini, bahkan mafia narkoba, ini gimana pak Tomy ngehadepinnya," tanya Karni Ilyas ke Tomy Winata.
Tomy Winata mengaku justru menikmati tuduhan tersebut.
Tomy Winata menganggap bila diisukan berarti ia masih diingatkan.
Pun bila dijelek-jelekan Tomy Winata mengatakan itu berarti dirinya diperhitungkan.
"ya saya hanya apapun yang orang tuduhkan saya hanya menikmati kita diperhitungkan, saking diperhitungkannya, maka segala macam hal yang bisa ditempelin ke kita tempelin aja pak, dan saya pikir itu semua harus saya hadapi dengan tegar karena saya selalu menikmati kalau masih diisukan berarti masih diingat, kalau dijelekin berarti diperhitungkan, " lata Tomy Winata.
"coba bayangin, kalau TW tidak pernah dijelekin mungkin saya hari ini gak sematang ini, kalau tw gak pernah digebukin mungkin juga gak sematang ini, dan kalau orang tidak melihat cerita saya kontroversial mungkin bang karni pun tidak ketemu saya sekarang," kata Tomy Winata ke Karni Ilyas.
(*/Tribun-medan.com/Wikipedia/The Washington Post)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com
Fakta Pembunuhan Joel Tanos Cucu 9 Naga Sulut, Nenek Korban Maafkan Pelaku: Kami Tidak Menuntut |
![]() |
---|
Sosok Tony Tanos Kakek Joel Tanos Disorot, Dijuluki 9 Naga Sulut Ini Bisnis Menterengnya |
![]() |
---|
Teka-teki Pacar Joel Alberto, Disebut Pemicu Tewasnya Cucu 9 Naga Sulut, Dugaan Akun IG-nya Beredar |
![]() |
---|
Siapa Pacar Joel Alberto Disorot Usai Tewasnya Cucu 9 Naga Sulut, Dipergoki Saat Pesta Miras |
![]() |
---|
Sosok Alberto Tanos Cucu 9 Naga Sulut Tewas Ditikam usai Pergoki Pacar Pesta Miras di Manado |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.