Tafsir dan Arti Surat Ad Dhuha Ayat 3 Ma Wadda Aka Rabbuka Wamaa Qalaa: Tuhanmu Tidak Meninggalkanmu

وَلَـلۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ لَّكَ مِنَ الۡاُوۡلٰىؕ Artinya: Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.

|
Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: Evan Saputra
Bangkapos.com / Tribun
Tafsir Surat Ad Dhuha Ayat 3 Ma Wadda Aka Rabbuka Wamaa Qalaa: Tuhanmu Tidak Meninggalkanmu 

BANGKAPOS.COM -- Berikut ini adalah tafsir dari surat Ad Dhuha ayat 3 yang berbunyi ma wadda aka rabbuka wamaa qalaa.

Surat Ad Dhuha kerap dijadikan sebagai surat motivasi bagi orang-orang yang berputus asa.

Sebab surat Ad Dhuha ayat 3 ini memiliki makna yang sangat luar biasa.

Surat Ad Dhuha sendiri turun pada saat Nabi Muhammad hampir berputus asa sebab hampir enam bulan wahyu tidak turun.

Wahyu merupakan kalam atau perkataan dari Allah yang diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. 

Dalam keadaan sangat terpuruk tersebut, Allah menurunkan surat Ad Dhuha untuk menjawab semua kegelisahan Nabi Muhammad saw.

Keadaan yang dirasakan oleh Nabi Muhammad tersebut mungkin juga dirasakan oleh umatnya saat ini.

Terkadang kita merasa sangat tidak berdaya dan tidak tahu harus berbuat apa saat segala upaya dan usaha telah dilakukan, namun tidak membuahkan hasil yang diharapkan.

Tak jarang pikiran negatif muncul, apakah Allah swt sudah tidak menyayangiku lagi, atau apakah Allah tidak menginginkan aku untuk menjadi seorang hamba yang baik.

Oleh karenanya, turunlah Surat Ad Dhuha ini untuk menegaskan bahwa Allah tidak pernah meningalkan hambanya dan tidak pula membenci hambanya.

Kalimat tersebut ada di ayat ketiga dalam surat Ad Dhuha yang berbunyi ma wadda aka rabbuka wamaa qalaa.

وَلَـلۡاٰخِرَةُ خَيۡرٌ لَّكَ مِنَ الۡاُوۡلٰىؕ

Artinya: Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.

Tafsir Surat Ad Dhuha 

Mengutip di salah satu kanal YouTube Terverifikasi 'Lampu Islam', Syekh Tawfique Chowdhury pernah menjelaskan terkait tafsir dari surah Ad Dhuha ini.

Beliau mengatakan bahwa surah Ad Dhuna ini turun ketika Nabi Muhammad saw sedang menunggu wahyu dari Allah SWT. yang tak kunjung turun hingga 6 bulan lamanya.

"Selama 6 bulan Rasulullah saw tidak menerima wahyu apapun dari Allah. Jibril tidak turun, beliau tidak menerima mimpi," kata Syekh Tawfique Chowdhury.

Beliau kemudian menjelaskan perasaan yang Nabi Muhammad saw ini rasakan mungkin juga pernah dirasakan oleh kita saat ini.

Seperti perasaan gelisah, kekhawatiran, ketakutan, kebingungan, keputusasaan, bahkan hambarnya rasa ketika beribadah.

Hal ini dikarenakan kita jauh dari Allah, kita merasa Allah tidak memperhatikan kita, Allah sedang abai dengan kita.

Sehingga kita kehilangan arah dan harapan hidup, ingin meminta, mengadu, dan berhadap kepada siapa lagi, sementara Allah tidak mempedulikan kita.

"Terkadang aku merasa shawalat dan ibadahku tidak berpengaruh pada hatiku dan hidupku, sehingga aku merasa agak jauh dari Allah Azza wa Jalla. Pernahkan terkadang kalian merasa begitu?," tanya Syekh Tawfique Chowdhury.

"Allah tidak menjawabku, Dia tidak meresponku, aku tidak melihat mimpi baik lagi, aku tidak merasa hatiku bergetar lagi, aku tidak merasa tenang lagi, apa yang terjadi," sambung Beliau.

Itulah yang dirasakan oleh Nabi Muhammad saw selama 6 bulan lamanya saat ia tak kunjung mendapatkan wahyu dari Allah SWT.

Bahkan Rasulullah saw beranggapan bahwa Allah telah membencinya, ia beranggapan Allah sudah tidak ingin lagi menganggapnya sebagai nabi.

Perasaan berkecamuk menghantui Nabi Muhammad saw saat itu.

"Bukankah begitu? Kita terkadang berfikir seperti itu juga? Sebagian dari kita berfikir 'Allah membenciku, lihat hidupku, Allah pasti tidak menginginkanku, lihatlah situasiku, aku pasti orang yang dibenci dan teramat hina, Allah tidak peduli apapun, bahkan doaku tidak dipedulikan',"

"terkadang pikiran ini datang kepada kalian, beginilah keadaan Rasulullah saw ketika surat ini diturunkan," imbuh Syekh Tawfique Chowdhury.

Di tengah berkecamuknya perasaan yang hampir hilang harapan itu, Allah SWT kemudian menurunkan dua surat sekaligus kepada Nabi Muhammad saw, salah satunya adalah Surat Ad Dhuha.

Awal ayat ini memiliki makna, seterpuruknya apapun dirimu, bangunlah dan lihat cahaya matahari, bahwa dunia belum berakhir.

Tidak semuanya suram dan gelap seperti anggapanmu, bahwa di sana ada matahari yang memiliki cahaya luar biasa, cahaya yang sangat indah.

Ayat selanjutnya mengatakan bahwa saat orang depresi akan suatu masalah, pasti orang tersebut akan terus terjaga sepanjang malam dan menganggap begitu sempitnya dunia ini.

Namun Allah hadir dengan menurunkan ayat kedua dalam surat Ad Dhuha ini yang berbunyi Wal laili iza sajaa, Ma wad da'aka rabbuka wa ma qalaa.

"Allah tidak membencimu ya Muhammad, Allah tidak benci kita. Allah tidak membencimu Muhammad dan tidak melupakanmu,"

"Begitu juga wahai hamba Allah, Allah tidak benci padamu dan Allah tidak melupakanmu," terang beliau.

"Walal-aakhiratu khairul laka minal-uula, sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada dunia ini. Apa yang akan datang jauh lebih baik bagimu daripada situasimu sekarang,"

"Wa la sawfa y'utiika rabbuka fatarda, dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) mu menjadi puas. Wahai umat Muslimin, insya Allah, Allah akan memberikan kita surga," tambah Syekh Tawfique Chowdhury.

Bukankah itu yang kita harapkan dari kesedihan yang selama ini kita rasakan? Dan itulah jawaban dari Allah SWT.

Tidak ada alasan bagi seseorang untuk berputus asa terhadap Allah SWT, karena Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam ayat yang ke-6 hingga ke-11 yang berbunyi:

Alam ya jidka yatiiman fa aawaa, Wa wa jadaka daal lan fahada, Wa wa jadaka 'aa-ilan fa aghnaa, Fa am mal yatiima fala taqhar, Wa am mas saa-ila fala tanhar, Wa amma bi ni'mati rabbika fahad dith.

Yang artinya: 6. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu), 7. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, 8. dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. 9. Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. 10. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya). 11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).

(Bangkapos.com)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved