Bangka Pos Hari Ini

Tahun 2024 Momen Kebangkitan Harga Lada, Hanya 50 Kg Bisa Dapat Rp6 Juta

Tahun seakan menjadi momen kebangkitan Lada. Setidaknya demikian jika dilihat dari fluktuasi harga jual Lada

Editor: M Ismunadi
Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra
Lada putih Bangka yang siap dijual. Foto diambil Minggu (8/12/2024). 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Tahun seakan menjadi momen kebangkitan Lada. Setidaknya demikian jika dilihat dari fluktuasi harga jual Lada yang ditampilkan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Pada 5 Januari 2024, Bappebti merilis harga jual Lada di tingkat petani sebesar Rp79.000 per kilogram. Dan jelang tutup tahun, tepatnya pada 5 Desember 2024, harga itu naik menjadi Rp123.500 per kilogram.

Kenaikan harga Lada sempat dinikmati Sainah (71), petani Lada di daerah Sungaiselan, Kabupaten Bangka Tengah. Dia menjual 50 kilogram Lada hasil panen kebunnya saat harga jual menyentuh angka Rp120.000. Alhasil, Sainah bisa mengantongi Rp6 juta dari penjualan tersebut.

Sainah memiliki 100 pohon Lada yang ditanamnya sejak dua tahun lalu. Penjualan 50 kilogram belum lama ini merupakan hasil panen kedua dari kebun Lada tersebut.

“50 kilo (Kg) itu bukan sekali panen, tapi dikumpul-kumpul, disimpan dulu. Kemarin dapatnya Rp120 per kilo,” kata Sainah, Selasa (3/12/2024).

Baca juga: Bertahan di Ketinggian 395 MDPL, Perjuangan Petani Babel Menanam Lada Putih

Dulu, Sainah merawat 1.000 pohon Lada. Sayangnya, seiring berjalan waktu, batang-batang lada itupun mulai berkurang. Sainah mengungkap, banyak tanaman ladanya yang mati dan tidak ditanami lagi.

Gairahnya berkebun lada berkurang lantaran harganya yang saat itu tak kunjung bagus. Bahkan pernah suatu ketika dia menjual lada yang sudah kering seharga Rp78 ribu/kg. Menurutnya itu tidak sebandang dengan harga pupuk yang mencapai Rp300-400 ribuan/kg.

“Murah harganya, kita pun jadi malas mau nanam lagi,” ungkapnya.

Hal tersebutlah yang kemudian membuat kebun lada miliknya kini hanya tersisa sekitar kurang lebih 100 batang. Diakuinya, 100 batang pohon tersebut pun ditanam sekitar 2 tahun lalu dan sudah 2 kali panen.

Panen yang pertama, kata dia dilakukan tahun lalu dan mendapat sebanyak kurang lebih 50 kg lada. “Yang pertama itu kalau enggak salah jualnya sekitar 80-an ribulah per kilonya,” jelasnya.

Sedangkan panen kedua, dirinya juga memperoleh sekitar 50-an kg lada yang dia sejual sekitar satu bulan yang bulan.

Bertahan di 395 MDPL

Suara deru mesin sepeda motor terdengar seakan menjerit. Hal itu seiring tarikan gas yang dilakukan pengendaranya. Bukan karena ingin cepat tiba di tujuan, pria itu memacu kendaraan roda duanya menaiki Kawasan Bukit Mangkol, Kecamatan Pangkalanbaru, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Setiap hari Hendri menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 25 kilometer dari tempat tinggalnya di Desa Air Mesu. Jalan berliku dan tanjakan yang terbilang curam dilaluinya. Ditambah lagi berjalan 500 meter dari tempatnya memarkir sepeda motor untuk tiba di kebun lada yang berada di ketinggian 395 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Perjuangan Hendri tak berhenti sampai di situ. Dia memberikan perhatian ekstra untuk merawat 600 batang Lada yang ditanamnya di kebun. Dua tahun berlalu, Hendri harus menelan pil pahit. Dia hanya bisa mendapat panen sebanyak 30 kilogram dari 600 batang Lada tersebut. Seharusnya, 1 batang lada tersebut dapat menghasilkan lada sebanyak 1 kilogram dalam sekali panen.

Sumber: bangkapos
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved