Berita Pangkalpinang

10 Tahun Lestarikan Kain Cual Khas Bangka Belitung hingga Mendunia, Nina: Menenun Penuh dengan Cinta

Galeri Destiani merupakan satu di antara galeri produk UMKM yang memproduksi pengrajin tenun cual berbasis Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Bangkapos.com/Sela Agustika
OWNER GALERI DESTIANI - ,Pengrajin dan Owner Galeri Destiani, Nina Sarju saat menunjukkan produk tenun cual dan batik yang dipasarkan di Galeri Destiani Pangkalpinang 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Bangka Belitung memiliki warisan budaya yang kaya, satu di antaranya kain tenun cual.

Di tengah perkembangan zaman, Pengrajin sekaligus Owner Galeri Destiani, Nina Sarju terus berkomitmen melestarikan kain khas daerah. 

Genap 10 tahun, Galeri Destiani merupakan satu di antara galeri produk UMKM yang memproduksi pengrajin tenun cual berbasis Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Tenun cual yang diproduksi di Galeri Destiani bukanlah sekadar kain, tetapi karya seni yang dibuat dengan cinta dan ketekunan.

Setiap helai benang yang ditenun secara manual mencerminkan nilai budaya dan identitas masyarakat Bangka Belitung.

"Kain cual yang kita produksi memiliki ciri khas yakni kita masih manual atau menggunakan teknik ATBM. Untuk motif kita juga punya motif khas yang telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), seperti Bunga Ketuyut dan Bunga Pelawan," ujar Nina kepada Bangkapos.com, Jumat (7/2/2025).

Dia menjelaskan produk tenun, cual dan batik yang dipasarkan terbuat dari berbagai jenis bahan, seperti dari katun hingga sutra, dengan harga jual yang bervariasi, mulai dari Rp350 ribu hingga Rp7,5 juta.

"Untuk harga kita katun yang biasa itu mulai dari Rp350 ribu. Jadi harganya ini bervariasi tergantung bahan baku dan tingkat kesulitan pengerjaan," ujar Nina Sarju.

Produk tenun,cual dan batik yang diproduksi tidak hanya dikenal di tingkat lokal tetapi juga mendunia yang dipamerkan dalam berbagai ajang nasional dan internasional, seperti pameran di London dan Moskow.

"Peminat produk kita terutama yang lokal lumayan, dan kita pernah ikut pameran di London dan Moskow, dalam 7 hingga 10 hari, produk yang kita bawa ludes. Ini membuktikan bahwa kain cual memiliki daya tarik tersendiri di pasar internasional," ucapnya.

Seiring perkembangan zaman, Nina menyebut pihaknya aktif melakukan pemasaran secara online dan offline, baik melalui berbagai bazar, serta pameran bergengsi seperti KKI (Karya Kreatif Indonesia) dan lainnya.

Diakui Nina, dukungan dari pemerintah daerah dan provinsi membantu mereka dalam mempromosikan warisan budaya.

"Kita juga didukung pemerintah provinsi atau daerah yang ikut mensupport, termasuk mengunakan seragam khas bangka Belitung yang menjadi bentuk melestarikan warisan budaya,"ucapnya.

Nina menyebut, keberadaan sumber daya manusia (SDM) masih menjadi kendala saat ini. Menurutnya, menenun kain cual memerlukan keterampilan khusus, kesabaran dan ketelitian tinggi.

"Butuh ketekunan dalam menenun, karena di setiap helaian benang terselip cinta dan kerja keras para pengrajin. Saat ini kami memiliki 10 pegawai produksi dan 4 pegawai galeri, yang tetap semangat mempertahankan warisan ini," jelas Nina.

Sumber: bangkapos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved