Profil Dirut Agrinas Pangan Nusantara Joao Mota yang Mundur karena Malu Akibat Birokrasi Danantara

Dirut PT Agrinas Pangan Nusantara Joao Mota adalah orang dekat Prabowo Subianto yang mundur karena malu belum menghasilkan selama menjabat.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Tangkapan layar dari YouTube Kompas TV
MUNDUR AKIBAT BIROKRASI - Joao Angelo De Sousa Mota mengumumkan pengunduran diri dari posisi Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara (Persero). 

Dalam konferensi pers-nya, Joao Mota pun membeberkan alasan mundur sebagai Dirut PT Agrinas Pangan Nusantara.

Ia mengaku malu karena, meski sudah setengah tahun memimpin, belum ada kontribusi langsung yang bisa ia berikan untuk ekonomi negara maupun kesejahteraan petani. 

"Kami sudah menduduki jabatan ini persis hari ini kami menjabat selama enam bulan. Kami sampai hari ini belum dapat memberikan kontribusi yang nyata dan langsung kepada ekonomi negara maupun kontribusi kami dalam memajukan kesejahteraan petani," kata Joao Mota.

Ia menekankan bahwa hambatan terbesar justru datang dari masalah anggaran yang tak kunjung turun dari pemegang saham, yakni Danantara.

Joao Mota menuturkan bahwa tanpa anggaran, rencana kerja yang sudah disiapkan hanya akan menjadi tumpukan kertas. 

"Keseriusan Presiden dalam mendukung dan menggerakan segala upaya untuk mewujudkan kedaulatan pangan tidak didukung sepenuhnya oleh stakeholder atau orang-orang pembantu-pembantunya," tutur Joao Mota.

"Sehingga kami sampai hari ini tidak mendapatkan dukungan maksimal untuk bisa membuat langkah-langkah nyata yang sudah kami siapkan. Contohnya anggaran sampai hari ini, Agrinas Pangan Nusantara masih nol," jelas Joao Mota.

Akibat Birokrasi Berbelit di Danantara

Selain soal anggaran, Joao Mota merasa terjebak dalam pusaran birokrasi yang berbelit di lingkungan Danantara

Tiga kali studi kelayakan atau feasibility study (FS) sudah ia serahkan untuk proyek pangan, namun semuanya mentok tanpa persetujuan.

Bagi Joao Mota, ritme kerja seperti ini bertolak belakang dengan kebiasaannya di perusahaan swasta tempat dirinya berkarier sebelumnya, yang mengutamakan kecepatan dan hasil nyata.

"Sehingga sampai hari ini dimintakan lagi FS yang sampai hari ini mungkin ketiga atau keempat kali kita serahkan itu," katanya.

"Budaya ini ternyata sangat jauh daripada yang kami praktikkan selama ini. Sehingga, saya melihat semangat dan keseriusan Pak Prabowo yang luar biasa tidak didukung oleh pembantu-pembantunya," tutur Joao Mota.

Joao Mota mengaku tidak terbiasa dengan birokrasi yang berbelit.

Sementara di lingkup BUMN, semua harus mengikuti prosedur birokrasi yang panjang.

"Termasuk teman-teman di Danantara masih terbelenggu dengan administrasi yang sangat panjang, bertumpang tindih, dan tidak pernah selesai," jelas Joao Mota.

(Wartakota/ Kompas.com/ Bangkapos.com)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved