Kisah Pedagang Pakai Penglaris, Awalnya Pembeli Jadi Ramai Lalu Selanjutnya Begini

Editor: Iwan Satriawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Minyak Penglaris

BANGKAPOS.COM-- Siapa yang tak senang belanja alias shopping. Beli baju, mainan, ponsel sampai makanan.

Tapi sadarkah Anda, barang yang dibeli itu sebenarnya bukan kebutuhan primer atau kebutuhan mendesak.

Namun, karena memiliki daya tarik secara magis sehingga Anda mau saja keluar uang untuk memborong barang-barang tersebut.

Perlu pembeli sadari, ada berbagai macam cara yang dilakukan pedagang agar jualannya laris manis, pertama memberikan harga murah, kedua mengandalkan keramahannya kepada pembeli, ketiga menghias tempat berjualannya, keempat memberikan kredit dan terakhir adalah dengan Penglaris.

Di Indonesia khususnya masyarakat Banjar sebutan penglaris yang digunakan pedagang sudah tidak asing lagi.

Bahkan banyak berseliweran cerita orang-orang tentang Penglaris ini. Salah satu yang paling terkenal adalah mitos penglaris di Gunung Kawi, Jawa Timur.

Konon, kalau mau jualannya laris harus mengikuti ritual-ritual tertentu, dari meletakkan sesaji, membakar dupa, dan bersemedi berjam-jam, berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.

Namun di daerah Kalsel, khususnya Kota Banjarbaru, Penglaris juga ada, seperti pengalaman orang yang pernah memakainya, sebut saja namanya Mama Aman.

Penjual baju perempuan dewasa ini mengatakan sempat menggunakan Penglaris berupa minyak yang dioleskan ke barang dagangan.

"Kalau saya gelar dagangan saya oleskan ke barang terserah saja dimana, sedikit saja," ujarnya kepada reporter Banjarmasinpost.co.id, Sabtu (07/04/2018).

Awalnya ungkap Mama Aman dagangannya laris, banyak pembeli dan penghasilan pun lumayan banyak.

Namun entah sudah kadaluwarsa atau apa, lama kelamaan jimat minyak Penglaris sudah tidak ampuh lagi. "Pembeli pun akhirnya biasa-biasa saja," ungkap Mama Aman.

Ditanya dimana mendapatkan Penglaris tersebut, Mama Aman menyebutkan di Kabupaten Tabalong.

Sedang harganya Mama Aman menyebutkan cuma Rp 150 Ribu per botol.

"Saya juga coba-coba saja dulu," ujarnya.

Bisa saja menurutnya, karena harga Penglaris yang belinya tergolong murah, sehingga efeknya tak bertahan lama.

Sejak saat itu, ujar Mama Aman, dirinya tak pernah lagi membeli Penglaris untuk dagangannya. "Pokoknya seadanya saja," katanya.

Beda Pakai Penglaris Atau Tidak

Tak semua orang mampu membedakan antara warung atau toko berpenglaris dengan tidak.

Ketua komunitas Buana Mistik Banjarbaru, Shiba kepada Banjarmasinpost.co.id memaparkan cara membedakan toko dan warung berpenglaris atau tidak.

Memang ujar Shiba, Sabtu (07/04/2018) hanya orang-orang tertentu yang merasakan bahwa toko atau warung yang datangi berpenglaris.

Biasanya orang tersebut merasakan nuansa berbeda karena kepekaannya terhadap makhluk astral yang turut membantu larisnya dagangan.

"Biasanya ada menaruhnya di atas pintu masuk, ada yang di laci uang, ada juga penjual makanan yang mengoleskan di piring atau mangkok kalau itu berupa minyak biasanya," jelasnya.

Selain itu membedakan tempat usaha berpenglaris atau tidak dari warna cat bangunan.

Toko berpenglaris biasanya dominan berwarna hijau atau merah. Dua warna ini merupakan warna favorit orang sebelah.

Tipe bangunan pun juga bisa menjadi pembedahan, biasanya jelas Shiba bangunan dengan angin-angin yang tampak berbeda, bisa jadi memiliki penglaris.

Berdasarkan penglihatannya, di Banjarbaru juga ada beberapa warung dan toko yang berpenglaris. Loktabat Utara misalnya.

Dampaknya Mengerikan

Salah satu penjual Penglaris berupa benda-benda asal Kota Banjarbaru, Oshe mengatakan sudah ada puluhan pembeli barang Penglaris miliknya.

Warga Kemuning ini mengatakan kebanyakan pembelinya berasal dari pedagang di daerah Hulu Sungai atau daerah HSS, HST, HSU , Balangan, dan Tabalong. Sisanya dari Banjarbaru, Banjarmasin hingga pulau Jawa.

Bukan untuk makanan, namun Penglaris justru digunakan untuk barang dagangan baju, dan barang mainan.

"Kalau pakai Penglaris supaya orang 'rambang mataan' jadi handak aja pas melihat," ujarnya kepada Banjarmasinpost.co.id , Sabtu (704/2018).

Barang Penglaris yang ia jual pun beragam, mulai dari keris Semar, hingga minyak.

Harganya pun beragam mulai dari Rp 1,5 juta hingga dibawah Rp 500 ribu. Kebanyakan pembelinya jelasnya memilih yang harga di bawah Rp 500 ribu.

"Masyarakat yang beli juga ekonomi menengah ke bawah, jadi harga yang murah-murah," ujarnya.

Selain itu juga efek dari Penglaris juga berbeda-beda, ada yang tahan selama dua tahun, tiga tahun hingga sangat lama.

Namun untuk Penglaris yang bertahan sangat lama tambah Oshe bisa menimbulkan dampak negatif ke penggunanya.

"Bisa ada anggota keluarganya yang cacat," ujarnya.(Banjarmasinpost.co.id/Milna)




Berita Terkini