Deretan Fakta Sosok Provokator Unjuk Rasa, Asal Daerah hingga Dalang Dibaliknya, Dibayar Rp 6 Juta

Editor: M Zulkodri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi membubarkan ratusan massa yang masih berunjuk rasa didepan kantor Bawaslu RI, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019). Menurut pantauan Kompas.com dilokasi, ratusan massa mulai dibubarkan karena merusak pagar besi yang diletakkan kepolisian di depan kantor Bawaslu RI pada pukul 22.15 sambil menyanyikan lagu Pak polisi tugasmu mengayomi, berulang kali

Deretan Fakta Sosok Provokator Unjuk Rasa, Asal Daerah hingga Dalang Dibaliknya, Dibayar Rp 6 Juta

BANGKAPOS.COM - Aksi unjuk rasa yang terjadi mulai dari Selasa hingga Rabu (22/5/2019) masih ramai diperbincangkan.

Satu di antaranya terkait fakta sosok-sosok provokator yang mengakibatkan kericuhan hingga timbulkan korban jiwa.

Beberapa titik vital menjadi lokasi tempat massa menunjukkan aksinya yang anarkis.

Hingga, Kamis (23/5/2019), polisi masih terus mendalami sosok-sosok di balik kericuhan yang terjadi.
Bentrok antara polisi dan massa aksi di Jalan KS Tubun, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Bentok terjadi setelah massa dipukul mundur dari kericuhan di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019) malam. (Kompas.com)

Berikut TribunJatim.com mencoba mengumpulkan fakta-fakta terkait sosok-sosok para provokator aksi tersebut.

Dalang di Baliknya

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan, pemerintah sudah mengetahui dalang dari aksi kerusuhan yang terjadi setelah unjuk rasa di depan Kantor Bawaslu, Jakarta, Selasa (21/5/2019).

Wiranto memastikan, aparat keamanan akan bertindak tegas.

Hal itu disampaikan Wiranto dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (22/5/2019).

"Kami sebenarnya, dari hasil investigasi saat ini, sudah tahu dalang aksi tersebut. Aparat keamanan dengan seluruh kekuatan akan bertindak tegas secara hukum," kata Wiranto.

Wiranto, Menkopolhukam (Tribun Jakarta)

Wiranto mengatakan, berdasarkan rangkaian peristiwa hingga kerusuhan pecah, pihaknya melihat ada upaya membuat kekacauan nasional.

Hal itu, kata dia, terlihat dari pernyataan tokoh-tokoh yang kemudian menyalahkan aparat keamanan atas jatuhnya korban jiwa.

Wiranto melihat ada upaya membangun kebencian hingga antikepada pemerintah.

Padahal, kata dia, ada aksi brutal yang dilakukan kelompok lain selain pengunjuk rasa.

Waspada Frekuensi Gempa Dahsyat Semakin Tinggi Penyebabnya Rotasi Bumi Melambat Secara Misterius

Para Preman Bayaran

Wiranto juga menyebutkan terkait kelompok yang menjadi provokator.

Kelompok tersebut adalah preman bayaran.

Mereka menyerang petugas, merusak asrama Polri di Petamburan, membakar sejumlah kendaraan, dan aksi brutal lain.

"Saya katakan tidak, jangan sampai diputarbalikkan. Pada saat menghadapi demonstrasi, aparat keamanan diinstruksikan Kapolri, Panglima TNI, untuk tidak bersenjata api. Senjata disimpan di gudang. Aparat menggunakan perisai dan pentungan," kata Wiranto.

"Sehingga tidak mungkin aparat keamanan membunuh rakyat aksi demo," kata Wiranto.

Polisi mengamankan pendemo yang rusuh di Jalan KS Tubun, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Bentok terjadi setelah massa dipukul mundur dari kericuhan di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019) malam. (Kompas.com)

Asal Para Provokator

Peristiwa kericuhan yang terjadi di beberapa titik di Jakarta menjadi perhatian pemerintah.

Sejak Selasa (21/5/2019) malam hingga Rabu (22/5/2019) dini hari, polisi berhasil mengamankan 69 orang yang diduga provokator dalam kerumunan pengunjuk rasa di kawasan Tanah Abang, Jakarta.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal mayoritas mereka datang dari luar Jakarta.

"Dari hasil pemeriksaan sementara, mayoritas massa dari Banten, Jabar, dan Jateng, dan ada bukti-bukti, ada satu ambulans penuh dengan batu," katanya dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu.

Kapolri Tito Karnavian Ungkap Kelebihan Senapan M4 Seludupan yang Disita, Bisa Tembak Tanpa Suara

Dari 69 provokator itu, sebanyak 58 orang ditangkap setelah polisi berusaha memukul mundur massa pengunjuk rasa di depan kantor Bawaslu.

Pukul mundur ini dilakukan kepolisian setelah negosiasi yang dilakukan beberapa kali gagal karena massa menolak membubarkan diri meskipun polisi sudah membebaskan beberapa orang yang sempat ditahan karena dianggap melakukan provokasi.

Sementara itu, 11 orang sisanya diamankan karena terkait pembakaran mobil di Asrama Brimob, Petamburan, Jakarta.

Seperti diketahui, ada 11 mobil yang dibakar pada pukul 04.00 di depan Asrama Brimob.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian memberikan keterangan terkait penangkapan terduga teroris kepada wartawan usai menghadiri acara silaturahmi di Pondok Pesantren Al Kautsar Medan, Sumatera Utara, Selasa (12/3/2019) malam. Kapolri mengatakan para pelaku terduga teroris di Sibolga dan Lampung merupakan bagian dari jaringan yang berafiliasi dengan ISIS dan saat ini pihak kepolisian masih melakukan proses negoisasi terhadap istri terduga teroris di Sibolga agar menyerahkan diri. (Kompas.com)

Total Bayaran

Kericuhan yang terjadi setelah pembubaran aksi demonstrasi di depan gedung Bawaslu ternyata dipicu juga oleh massa bayaran.

Polisi menemukan sejumlah amplop berisi uang dari massa yang diamankan.

"Ada juga massa yang masih simpan amplop, uangnya masih ada, dan kami sedang mendalami itu," ujar Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal dikutip dari Kompas.com, Rabu (22/5/2019).

Begini Kondisi Cucu Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan Kiai Lain Saat Ikut Aksi di Bawaslu

Iqbal memastikan bahwa demonstran yang sejak siang melakukan aksi di depan gedung Bawaslu sudah bubar sejak pukul 21.00 setelah menggelar shalat tarawih.

Namun, sebelum itu polisi menemukan ada 200 orang yang berkerumun di Jalan KS Tubun. Massa ini diduga bukan demonstran di depan gedung Bawaslu.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul FAKTA Sosok Provokator Tolak Pemilu 2019, Dibayar Rp 6 Juta, Daerah Asal hingga Dalang di Baliknyahttp://jatim.tribunnews.com/2019/05/22/fakta-sosok-provokator-kericuhan-dibayar-total-rp-6-juta-daerah-asal-hingga-dalang-di-baliknya?page=all.
Penulis: Ignatia
Editor: Januar Adi Sagita

 

Berita Terkini