Dirumorkan Terancam Bangkut, Ladang Minyak Timor Leste Kini Bakal Hasilkan Uang Triliunan Gegara Ini

Editor: Iwan Satriawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi, Timor Leste dan minyak bumi.

BANGKAPOS.COM-Pasca lepas dari Indonesia dan menjadi sebuah negara, ladang minyak dan gas menjadi sumber ekonomi terbesar bagi Timor Leste.

Negara Timor Leste diberkati dengan pendapatan minyak dan gas sebesar US$23 miliar atau sekitar Rp 329 triliun selama 15 tahun terakhir.

Angka tersebut dilaporkan mampu membayar 86% kegiatan negara.

Tapi era ini hampir berakhir, dan mengekspor sisa minyak serta gas mungkin hanya bisa membiayai pemerintah satu atau dua tahun lagi.

Bahkan jika investasi dana kekayaan negara US$19 miliar (Dana Perminyakan) terus berjalan dengan baik, Timor Leste hanya punya waktu sedikit dengan masa depan tidak pasti dan menakutkan.

Akan tetapi kini sepertinya pemerintah Timor Leste bisa bernapas lega.

Dilansir dari energyvoice.com via intisari-online, pada Sabtu (6/11/2021), Timor Leste bisa mengantongi lebih dari 600 juta Dollas AS jika sumur eksplorasi Buffalo-10, yang akan dibor akhir Oktober, berhasil.

Operator, Carnarvon Petroleum Australia, serta mitra Inggris, Advance Energy, mengatakan kemarin bahwa mereka telah mengamankan rig pengeboran jack-up untuk penyelidikan di ladang bersejarah Buffalo di lepas pantai Timor Leste.

Carnarvon and Advance mengatakan mereka telah memilih rig pengeboran jack-up untuk sumur eksplorasi Buffalo-10 dan kontak formal sekarang sedang diselesaikan.

Hingga kini, semua baik-baik saja.

Oleh karenanya, pengeboran akan dimulai akhir Oktober ini dan hasil penyelidikan akan tersedia pada awal Desember.

Carnarvon Petroleum yang terdaftar di Australia dan Advance Energy yang terdaftar di Inggris, berharap untuk mengembangkan lebih dari 30 juta barel minyak yang tampaknya ditinggalkan oleh operator sebelumnya.

Ini termasuk BHP dan Nexen Petroleum, di lepas pantai Timor Timur, yang juga dikenal sebagai Timor Leste.

Ladang minyak Buffalo awalnya ditemukan pada tahun 1996 oleh BHP dan menghasilkan 20,5 juta barel minyak ringan antara tahun 1999 dan 2004.

BHP kemudian mengoperasikan lapangan tersebut selama dua tahun sebelum dijual ke Nexen.

Halaman
12

Berita Terkini