Konglomerat Dato Tahir Bingung Ditanya Pernah Dengar Bunyi Token Listrik: Token Listrik Apa Ya?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Dato Sri Tahir Wantimpres Jokowi, Kekayaannya Rp 72,8 Triliun, Dikenal Pengusaha yang Dermawan

BANGKAPOS.COM -- Nama konglomerat, Dato Sri Tahir mendadak jadi sorotan setelah muncul dalam kanal YouTube milik sang anak, Grace Tahir.

Seperti diketahui, banyak kisah inspiratif dari setiap orang sukses di negeri ini.

Salah satunya dari konglomerat pemilik Mayapada Group, Dato Sri Tahir.

Kesuksesan yang diraihnya hingga masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia tidak dilalui dengan mudah.

Penuh perjuangan dan kerja keras sampai berada di posisi saat ini.

Baca juga: Ruben Onsu dan Sarwendah Tak Jadi Orang Tua Asuh Betrand Peto Lagi : Orang Salah Bilang Anak Angkat

Baca juga: Sosok Egianus Kogoya Pimpinan KKB Nduga, Terpelajar, Masih Muda 23 Tahun, Ayahnya Ternyata Tokoh OPM

Baca juga: Gus Baha Sebut Berzina dengan Wanita Ini Dosanya Paling Besar, Jangan Sampai Terjadi

Baca juga: Kisah Cinta Salmiati, Bunga Desa yang Setia 10 Tahun Dipacari Cowok Sederhana, Kini Petik Hasilnya

Baca juga: Reaksi Anwar Usman soal Jalinan Asmaranya dengan Adik Jokowi: Seolah Duda Tak Boleh Punya Rasa Cinta

Namun selain kisah inspiratifnya, ada cerita menarik yang tak banyak orang tahu.

Konglomerat Dato Sri Tahir mengaku tak pernah mendengar suara token listrik. (YouTube Grace Tahir/Tangkapan Layar)

Hal itu diketahui dalam video yang diunggah di kanal YouTube Grace Tahir, Kamis (24/3/2022).

Sang konglomerat sempat mendapat pertanyaan dari netizen saat berbincang dengan putrinya, Grace Tahir.

Salah satu pertanyaan yang dibacakan Grace adalah perihal bunyi token listrik.

"Papa pernah nggak sih dengerin bunyi token listrik?" tanya Grace.

Mendengar pertanyaan Grace, Tahir justru terlihat bingung.

Suami Rosy Riady ini mengaku tak tahu apa itu token listrik.

Baca juga: Azka Corbuzier vs Vicky Prasetyo, Akankah Sang Gladiator Remuk di Tangan Putra Deddy Corbuzier?

Baca juga: INILAH Tampang Buronan yang Habisi Nyawa Buruh Cantik di Bekasi, Polisi: Kamu Tidak Bisa Sembunyi!

Baca juga: Maria Ozawa Kirim Video Bersuara Lirih ke Vicky Prasetyo, Ngebet Ingin Ketemu, Sang Gladiator Girang

Baca juga: Rusia Luncurkan 4 Roket Serang Ukraina Barat Saat Joe Biden Kunjungi Polandia, Sengaja Kah?

"Token listrik apa ya?" jawab Dato Tahir.

Dato Sri Tahir ternyata lahir dari keluarga miskin sebelum akhirnya sukses menjadi konglomerat. (Istimewa)

Jawaban Tahir tentu saja langsung membuat Grace tertawa.

Grace langsung menyimpulkan sendiri bahwa sang ayah tak pernah mendengar suara token listrik.

"Berarti nggak pernah ya?" jelas Grace.

"Iya, nggak pernah," ucap Dato tahir.

Masuk Daftar Orang Terkaya, Dato Tahir Lahir di Keluarga Miskin

Dato Tahir ternyata lahir dari keluarga miskin sebelum akhirnya sukses menjadi konglomerat.

Dalam wawancara bersama Grace Tahir, pria 70 tahun itu sempat berbincang mengenai kehidupannya.

Baca juga: Lima Fakta Dokter Terawan Dipecat IDI, dari Terapi Cuci Otak Hingga tak Bisa Buka Praktik Lagi

Baca juga: Reaksi Luna Maya Ketika Ditanya Lebih Pilih Musisi atau Pebisnis, Ganteng atau Karismatik

Baca juga: Bacaan Doa Agar Diwafatkan Dalam Keadaan Husnul Khotimah dan Doa Penghapus Dosa

Baca juga: Istri Tak Pulang Hingga Pukul 3, Suami Malah Dapati Mobilnya di Supermarket, Syok saat Melihat ini

Baca juga: Dipersatukan Aming, Ariel Noah dan Luna Maya Kembali Bersama: Jodoh Pasti Bertemu

Tahir mengatakan dirinya anak dari penyewa becak yang menggantungkan hidupnya dari uang setoran para tukang becak.

Meski sudah bergelimang harta, Tahir mengaku masih merasa tak percaya diri karena latar belakang keluarganya yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Dato Sri Tahir tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia. (Syahrizal)

"Ini pasti berkaitan dengan waktu kecil proses, karena kita dari poor family (keluarga miskin)," kata Tahir.

"Orang tua saya kan nyewain becak dan kita hidup dari setoran orang-orang tukang becak kepada keluarga kita."

"Pasti itu membuat kita ada inferiority complex yang sangat dalam. Lalu kita bertumbuh, kita melihat bagaimana orang luar menginjak orang tua saya."

"Menekan ataupun menghina termasuk family sendiri. Itu memperberat kita punya inferiority complex," paparnya.

Keadaan hidup yang sulit pada masa lalu membuat Tahir selalu menghargai orang susah yang berjuang dan berusaha.

Bahkan, ia tidak terima saat melihat ada orang miskin yang selalu diinjak-injak oleh orang kaya.

"Akibatnya saya tidak bisa terima ada kejadian-kejadian orang susah ditekan sama orang kaya," ujar Tahir.

"Ini saya nggak bisa terima, saya selalu merasa habitat saya itu orang lemah," sambungnya.

Tahir menambahkan, meski namanya tercatat sebagai orang kaya, ia selalu merasa bahwa dirinya lebih nyaman jika bersama orang-orang miskin.

"Meskipun ada majalah mengatakan saya salah satu orang terkaya, tapi saya punya habitat adalah orang-orang miskin," terang Tahir.

"Kalau saya kembali ke rombongan orang-orang miskin saya merasa comfortable, peace of mind, actually they are my habitat, ini penting," lanjutnya.

Karena itulah, kata Tahir, untuk mengatasi rasa tak percaya diri tersebut ia banyak membantu orang-orang yang membutuhkan.

"Jadi inferiority complex itu pelan-pelan hilang dengan masa kita lebih tua, lebih banyak membantu orang lain," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Indah Aprilin)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Berita Terkini