BANGKAPOS.COM, BANGKA - Dunia peternakan sedang dikejutkan dengan infeksi virus Penyakit Mulut dan Kulit (PMK) yang menyerang sejumlah hewan ternak.
Di Provinsi Bangka Belitung, virus ini sudah menginfeksi ratusan sapi ternak.
Diketahui, virus PMK ini membuat hewan ternak menjadi tidak nafsu makan, yang kemudian sangat berpengaruh pada proses penggemukan.
Selain itu, virus tersebut membuat hewan ternak mengalami sejumlah gangguan kesehatan. Seperti mengeluarkan air liur yang berlebih, muncul ruam merah pada mulut dan lidah seperti melepuh serta suhu tubuh yang tinggi hingga mencapai 39-41 derajat Celcius.
Dokter hewan di Dinas Pertanian Kabupaten Bangka Tengah, drh Rahmawati, menjelaskan, virus PMK ini menyerang hewan yang berkuku belah, seperti sapi, kambing, domba dan babi.
"Maka dari itu, kalau penyakitnya sudah parah, biasanya kuku-kuku hewan tersebut menjadi rapuh dan mudah copot. Dan biasanya memang lebih rentan terjadi pada sapi," kata Rahmawati kepada Bangkapos.com, Jumat (13/5/2022).
Alhasil, jika kuku yang menjadi penopang hewan tersebut untuk berdiri sudah terlepas, maka akan membuat hewan itu ambruk dan lama-kelamaan akan mati.
Rahma menjelaskan, virus PMK ini merupakan satu dari penyakit prioritas atau penyakit paling bahaya bagi hewan ternak yang ada di Indonesia.
"Jadi selain Avian Influenza (AI), rabies dan penyakit lainnya, PMK ini juga masuk dalam kategori penyakit prioritas," ujarnya.
Pada tahun 1986 silam, lanjutnya, Indonesia sudah dinyatakan bebas virus PMK. Sejak tahun itu sampai tahun 2022 ini, belum ditemukan ada kasus hewan ternak yang terjangkit virus PMK.
Kemudian, barulah pada tanggal 27 April 2022 lalu terjadi outbreak (wabah/kejadian luar biasa) di Provinsi Jawa Timur.
"Dan saat itu kita juga belum tahu. Dan tiba-tiba pada tanggal 2 Mei kemarin sudah ada laporan kasus terkonfirmasi di Bangka Belitung," sebutya.
Menurut Rahma, awalnya pihaknya tidak mengira bahwa itu adalah virus PMK karena beranggapan PMK sudah tidak ada di Indonesia sejak 36 tahun lalu.
"Kami kira awalnya penyakit lain. Tapi ternyata setelah dikonfirmasi ke Pemerintah Provinsi Babel dan Balai Veteriner yang ada di Lampung, barulah diketahui bahwa itu adalah PMK," jelasnya.
Setelah itu, dilakukan berbagai upaya seperti membuat Surat Edaran (SE) kewaspadaan dan penelusuran hasil uji lab di Jawa Timur.
Setelah dilakukan penelusuran, diketahui bahwa beberapa sapi ternak yang ada di Provinsi Bangka Belitung didatangkan dari Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Tengah.
"Kapal-kapal yang mengangkut sapi-sapi tersebut berasal dari sana (Madura, red). Dan memang terbukti bahwa banyak sapi ternak di Jawa Timur yang terkonfirmasi positif virus PMK," terangnya.
Biasanya, para peternak sapi memang ada yang membeli dari Madura untuk kemudian digemukkan di Bangka Belitung.
"Misalanya, ada peternak ngambil dua ekor (sapi, red) untuk di bawa dan digemukkan di Babel. Dua ekor ini sudah bisa menyebarkan virus PMK ke hewan ternak lainnya dalam waktu cepat," bebernya.
Pasalnya, virus ini juga bisa menyebar melalui udara dan air. Bahkan virus ini juga dapat menempel pada benda apapun termasuk tubuh manusia.
"Untungnya, sejauh ini virus PMK tidak menginfeksi dan berdampak terhadap manusia. Tapi bisa saja virus itu menempel pada tubuh atau pakaian seseorang sehingga membuat orang tersebut menjadi media penularan ke hewan ternak lainnya," jelas Rahmawati.
Meski demikian, dia menyebut, bahwa daging hewan yang terjangkit virus PMK masih bisa dikonsumsi dengan catatan harus dimasak dengan steril, higienis dan benar-benar matang.
"Tapi kalau ada penjual daging sapi yang menjual dengan harga murah dan dicurigai terjangkit virus PMK, alangkah baiknya untuk lebih berwaspada lagi dan kalau bisa jangan dibeli dan dikonsumsi," kata Rahmawati. (Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra)