Berita Pangkalpinang

Antisipasi Keparahan Infeksi Virus Dengue, dr Bangun Cahyo Sebut Masyarakat Harus Paham Gejala DBD

Penulis: Cici Nasya Nita
Editor: Novita
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Pangkalpinang, dr Bangun Cahyo Utomo

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sedang mengintai Bangka Belitung.

Pada enam bulan terakhir saja, sebanyak 11 orang di Bangka Belitung meninggal dunia karena DBD. Sementara orang yang terpapar DBD di Bangka Belitung sebanyak 919 orang.

Kondisi ini tentu menjadi kekhawatiran dan perhatian dari pemerintah provinsi. Berbagai upaya dilakukan demi menekan kasus DBD agar tidak berkembang masif.

Ahli Epidemiologi sekaligus Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas III Pangkalpinang, dr Bangun Cahyo Utomo, mengatakan, masyarakat perlu memahami gejala DBD sebagai upaya mengantisipasi keparahan infeksi virus dengue ini.

Apalagi, kasus DBD dominan dialami anak-anak, maka penanganannya mesti tepat.

"Kalau penanganan bagus dan tepat, maka tidak berbahaya. Cuma waktu ditangani harus tepat. Penularan lewat nyamuk. Banyak air yang tergenang, maka mudah berkembangbiak, ini mesti jadi perhatian," kata Bangun kepada Bangkapos.com, Rabu (20/7/2022).

"Kalau demam berdarah itu gejala demam tinggi. Kadang kita tidak tahu pendarahan di mana, biasanya di bawah kulit ada bercak-cak merah. Kadang tidak tahu terjadi pendarahan internal juga di pencernaan misalnya, maka masyarakat harus tahu gejala dari DBD ini," jelasnya.

Dia mengatakan, gejala DBD itu biasanya demam. Kemudian pada hari ketiga terjadi penurunan deman. Di hari kelima terjadi demam lagi, nyeri perut dan kalau ada bercak merah, maka sudah terjadi pendarahan.

"Masyarakat harus paham gejalanya. Kalau tidak segera ditangani dan diberi pertolongan pertama, dikhawatirkan berbahaya. Orang tua juga harus peduli dan paham gejala demam pada anak. Apalagi musim DBD, perlu segera diperiksa ke puskesmas dan rumah sakit," imbuhnya.

Penanganan penderita DBD akan sesuai gejala yang dialami pasien. Hal terpenting, memperbaiki nutrisi menjadi penunjang kesembuhan.

"Virus itu ditangani dengan pemberian terapi, (memperbaiki) kekurangan kalori dan nutrisi supaya meningkatkan daya tubuh sehingga bisa melawan virus. Pemberian nutrisi jambu bisa saja karena nutrisi tinggi, tapi diberi terapi cairan yang paling utama," bebernya.

Disinggung mengenai banyaknya kasus DBD, Bangun mengatakan, faktor lingkungan perlu menjadi perhatian, serta menghalau tempat berkembangbiak nyamuk sebagai vektor virus dengue ini.

"Banyak kasus karena penularan dari nyamuk. Jadi pengendalian DBD, ada vektor, maka ada perkembangbiakan. Ditangani harus dengan (cara) nyamuk dewasa ditekan dan tempat perindukan harus dibersihkan, maka genangan tidak ada. Makanya pengamatan tidak hanya (pada) yang sakit, tapi juga kualitas lingkungan harus dilihat juga," ucapnya. (Bangkapos.com/Cici Nasya Nita)

Berita Terkini