BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Tak sepopuler pantai-pantai lain yang ada di Pulau Bangka, Pantai Tanah Merah kini seakan jarang dikunjungi oleh wisatawan.
Terletak di Dusun Tanah Merah, Desa Baskara Bakti, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, pantai yang disebut juga dengan nama Pantai Lisum itu kini hanya menjadi tempat bersantai warga sekitar saja.
Dulunya, pantai ini cukup banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal yang datang untuk mukat (menjaring ikan-red) ataupun hanya sekedar menikmati semilir angin sepoi-sepoi.
Sebuah dermaga yang dulu biasanya menjadi tempat tambatan dan bersandar kapal atau perahu-perahu nelayan, kini sudah roboh dan hanya menyisakan pilar-pilar beton yang berlumut dan hampir ambruk.
Kini, para nelayan pun terpaksa mengikat perahunya ke pohon-pohon di pinggir pantai menggunakan tali panjang bermeter-meter.
Sukardi (27), warga setempat menyebutkan bahwa dulunya pantai ini cukup banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal.
Bahkan kata dia, ada yang sampai camping (berkemah-red) sembari bakar-bakar ikan di pinggir pantai yang airnya cukup jernih tersebut.
"Kalau sekarang ini jangankan hari-hari biasa, weekend (akhir pekan-red) pun sekarang sepi. Paling cuma warga-warga sini lah yang main ke sini (Pantai Tanah Merah-red)," kata Sukardi saat diwawancarai Bangkapos.com, Jumat (9/12/2022).
Menurutnya, sepinya pengunjung ke Pantai Tanah Merah itu bermula ketika dermaga tempat bersandar kapal yang ada di sana rusak dan roboh sehingga tidak bisa berfungsi kembali.
"Dermaga itu udah rusak sekitar 10 tahun lebih lalu dan semenjak itu pengunjung pantai jadi sepi," terangnya.
Padahal menurutnya, Pantai Tanah Merah tersebut mempunyai potensi yang luar biasa.
Selain hamparan pasir putih dan airnya yang jernih, di salah satu pantai juga terdapat semacam batu granit yang unik dan sulit dijumpai di tempat lain.
Oleh karena itu, dirinya ingin agar pemerintah setempat lebih memperhatikan kondisi pantai itu dan berharap agar dermaga tersebut dibangun kembali.
"Kalau ada dermaganya, saya yakin Pantai Tanah Merah ini pasti banyak wisatawannya. Selain itu, nanti dermaga itu pasti sangat bermanfaat untuk bongkar muat kapal nelayan," ungkapnya.
Sukardi berujar, pihaknya juga telah beberapa kali mengajukan ke pemerintah setempat agar dermaga tersebut diperbaiki atau dibangun kembali.
Akan tetapi, hal tersebut belum membuahkan hasil dan tidak ada respon ataupun tanda-tanda akan diperbaiki.
Terpisah, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Bangka Tengah, Triyono Aries Kusuma menyebutkan bahwa setau dirinya tidak ada pernah ada usulan ataupun pengajuan perbaikan dari warga nelayan Dusun Tanah Merah terkait dermaga tersebut.
"Kalaupun memang ada, nanti akan saya konfirmasi kepada penyuluh. Coba kedepannya diajukan lagi," ungkapnya.
Lebih lanjut, dirinya menyebutkan bahwa di sekitar Pantai Tanah Merah tersebut kemungkinan terdapat IUP (Izin Usaha Pertambangan) milik PT. Timah.
Dengan begitu, maka bisa saja menggunakan CSR (Corporate Sosial Responsibility) untuk membangun dermaga.
"Jadi kalau ada (IUP PT. Timah-red), maka pembangunan dermaga itu bisa kita upayakan melalui CSR," terangnya.
Triyono berujar, pada dasarnya pembangunan dermaga tersebut bisa saja menggunakan APBD Bangka Tengah.
Akan tetapi, hal tersebut tentu akan menghabiskan biaya yang sangat besar sementara ada hal lain yang perlu diprioritaskan.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa pembangunan dermaga laut sudah menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi, bukan pemerintah Kabupaten.
"Tetapi kalau ada pengajuan dari masyarakat nelayan melalui penyuluh dan disampaikan ke Pemkab, kami akan tetap bantu memfasilitasi untuk pengajuan secara vertikal, baik ke Pemprov maupun pemerintah pusat," imbuhnya.(Bangkapos.com/Arya Bima Mahendra)