BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Pemerintah provinsi Bangka Belitung (Babel) melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Bangka Belitung mendorong program diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan sumberdaya pangan lokal.
Hal ini bertujuan agar masyarakat Bangka Belitung tidak ketergantungan hanya pada bahan pokok beras saja, untuk asupan dari karbohidrat.
"Ada program diversifikasi pangan, penganekaragaman pangan. Kita berusaha mengoptimalkan sumberdaya pangan lokal," ujar Kabid Ketahanan Pangan DPKP Bangka Belitung, Sulastri, Sabtu (11/2/2023).
Bangka Belitung memiliki pangan-pangan lokal yang bisa menjadi alternatif dikonsumsi selain beras.
"Di sini ada rumbia atau sagu, ubi, keladi, bijur, kita usaha mensosialisasikan agar ketergantungan terhadap beras itu, minimal seminggu sekali bisa konsumsi makanan tersebut," katanya.
Dia membeberkan beras aruk dan tepung leker sudah dikembangkan untuk memperkenalkan contoh dari penganekaragaman pangan.
"Namanya pembangunan ya tidak harus cepat, karena dari lahir kita dikenalkan nasi, tapi kita terus perkenalkan kepada masyarakat," katanya.
Dia menilai masyarakat bisa saja menerima penganekaragaman pangan ini, maka perlu peran kabupaten kota juga untuk memberi edukasi kepada masyarakat.
"Kita berusaha memberikan edukasi baik melalui media elektronik, pasang baliho dan menyebarkan brosur serta kita ajak teman-teman kabupaten kota untuk masif mengaungkan ini," katanya.
Dihubungi terpisah sebelumnya, Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Bangka Belitung, Dr Eries Dyah Mustikarini mengatakan upaya untuk swasembada pangan yang digerakkan oleh pemerintah saat ini memang adalah tidak bergantung pada sumber karbohidrat tunggal yaitu beras.
"Istilahnya adalah diversifikasi pangan. Kegiatan ini merupakan kegiatan positif karena meningkatkan variasi bahan pangan bagi masyarakat. Sehingga kebutuhan akan beras basa bagi masyarakat bisa ditekan.
Di samping itu sumber karbohidrat lain selain beras juga memiliki keunggulan nutrisi dan serat yang tidak semua ada dalam beras," katanya
Program ini perlu didukung terutama dengan pemanfaatan sumber daya genetik lokal Bangka Belitung. Jika masyarakat sudah memanfaatkan sumber daya lokal maka akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras yang mayoritas berasal dari daerah lain.
"Kegiatan diversifikasi pangan ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Mengingat masyarakat Bangka juga memiliki sumber daya genetik lokal tanaman yang potensial seperti kemili, ubi kayu, ubi jalar, talas, jagung dan jenis kacang-kacangan," katanya.
Jenis-jenis makanan lokal ini selain bersifat adaptif terhadap tanah masam di Bangka Belitung juga merupakan kekayaan lokal yang harus terus dilestarikan.
"Dengan pemanfaatan produk tersebut sebagai bahan makanan maka akan menjaga dari kepunahan," katanya.
Bangkapos.com/Cici Nasya Nita