BANGKAPOS.COM, BANGKA - Penelusuran Islam di Pulau Bangka kali ini, akan membahas mengenai masjid yang sejak dahulu memiliki banyak sejarah berkembangnya agama Islam.
Tempat ibadah umat Islam yang berada di ujung wilayah pulau Bangka, tepatnya Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat itu juga menjadi simbol harmonisasi masyarakat sampai saat ini.
Keharmonisan itu tergambar dari berdiri kokohnya Masjid dan Klenteng, dua tempat ibadah yang sejak ratusan tahun lalu berdampingan pada satu halaman.
Sub Koordinator Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Muhammad Ferhad Irvan menyampaikan, bangunan yang memiliki nama Masjid Jamik Muntok tersebut telah dibangun sekitar tahun 1880an lalu.
"Dari catatan yang ditemukan, masjid ini dibangun sekitar 1881. Atas prakarsa, Abang Muhammad Ali dengan gelar Tumenggung Kartanegara II," ungkap Ferhad.
Ferhad menjelaskan, pada saat itu Abang Muhammad Ali melakukan kerjasama dengan tiga orang kaya di wilayah Muntok, untuk bersama-sama mendirikan Masjid batu pertama di Pulau Bangka.
"Bersama Haji Nuh, Haji Odong dan Haji Yakub bersepakat mendirikan masjid. Mereka berkumpul dan merencanakannya, Abang Muhammad menyediakan tempat sementara yang lain memberikan bantuan dalam pembangunannya," jelasnya.
Selain itu ferhad juga menyampaikan jika, bentuk Masjid ini memiliki model arsitektur campuran mulai dari gaya eropa, melayu dan beberapa bagian memiliki ciri khas asli jawa.
"Saya pikir arsitekturnya gabungan seperti tiang besi ini dari Jerman, sedangkan lantai marmer diimpor langsung dari Italy, jadi ada pengaruh eropa. Jika dilihat memang bentuk bangunan bisa dibilang arsitektur jawa, tetapi juga ada persamaan dengan yang ada di Malaka," tuturnya.
Sejarawan Bangka Belitung itu juga menjelaskan jika pada proses pembangunannya, tempat ibadah agama islam ini dilakukan dengan bergotong royong oleh seluruh masyarakat Kota Muntok pada waktu itu.
"Pada tulisan dari Raden Alfan Alwi, ada pembagian hari kerja, misal hari senin dari kampung belo. Kemudian hari lain dari kelapa, dan saat malam hari khusus warga sekitar untuk menyetok pasir," jelas Ferhad.
Sementara itu setelah Masjid ini selesai dibangun ia menjelaskan, jika Tumenggung Kartanegara II bersama beberapa orang yang lain menggelar sayembara untuk mencari siapa yang akan mengisi sebagai guru agama.
"Dari sumber yang saya baca sayembara itu disebarkan di Muntok, pada masa itu ada keluarga pendatang dari Banjar yang mengirimkan pada anak muda dari daerahnya yang memang ingin menimba ilmu langsung ke kota Mekah," tandasnya.
Ia menjelaskan jika anak muda tersebut ialah Syaikh Abdurrahman Siddik, salah satu tokoh penyebaran agama islam di pulau Bangka yang telah menyelesaikan sekitar 10 tahun menuntut ilmu di Kota Mekah.
"Jika membaca literasi beliau adalah Syaikh Abdurrahman Siddik yang setelah itu menjadi guru di pulau bangka. Setelah menyebarkan agama di muntok, kemudian Puding Besar, Belinyu, berpindah-pindah tempat," pungkas Ferhad.
(Bangkapos.com / Rifqi Nugroho / bersambung)