Berita Pangkalpinang

Eksis Selama 52 Tahun, Awal Mula Es Abun di Basement Ramayana Berdiri, Dimulai dari Harga Rp25

Editor: Iwan Satriawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Depot Es Abun di Basemen Ramayana Pangkalpinang selalu ramai dikunjungi, Jumat (29/12/2023).

BANGKAPOS.COM, BANGKA - Masyarakat Bangka Belitung yang kerap mengunjungi Basement Ramayana Pangkalpinang, tak asing lagi melihat hiruk pikuk keramaian di lapak kecil bertuliskan Depot Es Abun. 

Suara lantang Yanti (36) berteriak memanggil pengunjung, menjadi ciri khas di Depot Es Ako Abun. 

Yanti murah senyum mengajak pengunjung bercanda sambil menunggu datangnya es campur ke meja. 

Tampak juga Abun, ayah Yanti dengan tangan terampilnya meracik es campur sambil sesekali melempar lelucon pada pembeli. 

Jauh sebelum sekarang, Depot Es Abun telah berdiri sejak tahun 1972. 

Abun merupakan generasi pertama dari usaha es campur legendaris ini. 

Memulai usaha sejak umur 15 tahun, awalnya Abun hanya diajak untuk bantu berjualan es. 

"Saya mulai umur 15 sudah jualan. Awalnya diajak kawan, cuma habis itu buka sendiri. Dulu itu pertama di Pulau Emas. Baru kemudian pindah ke sini, sekitaran tahun 80-an kalau tidak salah," ungkapnya sambil tersenyum lepas kepada bangkapos.com.

Awalnya Es Abun merupakan warung es campur sederhana yang berjualan di kawasan terminal Pangkalpinang. 

Namun seiring berjalannya waktu, terminal tersebut bertransformasi menjadi Basement Ramayana. 

Dari situ rupanya menjadi awal mula Es Abun kian menjadi ramai dan terus didatangi pembeli yang singgah di pasar. 

"Awalnya kan di sini terminal, cuma setelah berubah jadi basement dan terus juga ada Ramayana di atasnya, jadi kan mulai banyak pengunjung yang datang mampir ke sini. Alhamdulillah dari situ mulai makin ramai sampai sekarang," ungkap Yanti yang merupakan pegawai sekaligus putri bungsu dari Ako Abun. 

Depot Es Abun menjual berbagai varian es di antaranya, es campur kacang merah, es campur dawat, dan bubur kacang merah. 

Selain itu tersedia susu dan kacang yang bisa ditambahkan sendiri secara gratis sesuai keinginan. 

Harganya pun terbilang terjangkau, dari yang awalnya tahun 1976 yakni Rp25 menjadi sekarang Rp8.000 ribu. 

Abun mengaku dirinya tak pernah mengubah cita rasa dari es yang ia buat selama ini. 

Hal itu ia lakukan agar tetap menjaga orisinalitas rasa yang sudah melekat di lidah pengunjung. 

Belum lagi Abun selalu menekankan pada tiga pegawainya untuk selalu ramah kepada para pelanggan agar dari bisa menciptakan suasana nyaman bagi mereka yang berbelanja dan berkunjung di depot esnya. 

Menurutnya melalui hal-hal tersebut yang menjadi rahasia dan kunci usaha es campurnya bisa bertahan dan eksis sampai sekarang. 

"Awal-awal dulu Ako jual cuma Rp25, murah sekali waktu itu, cuma sekarang pun juga tetap murah, Rp8.000 saja segelas, biar terjangkau orang yang beli. Ako juga tidak ubah-ubah rasa dari dulu, biar rasanya tetap orisinil. Pelayanan dari Yuli juga kan baik. Senang jika pembeli bisa nyaman belanja di sini. Kalau ditanya rahasianya ya itu," ucapnya. 

Saat ditanya bisa menghasilkan omzet berapa dalam sehari, Ako Abun mengaku bingung untuk menjawab. 

"Syukur habis terus tiap hari, cuma tak pernah hitung sehari habis terjual berapa gelas. Ratusan mungkin yang jelas. Lihat saja orang yang datang, tiba-tiba langsung penuh, sudah tidak sempat hitung," ucapnya sambil bercanda. 

Terkait keinginan untuk buka cabang justru tidak terpikirkan olehnya. Dirinya merasa senang dan cukup untuk mengelola satu usaha saja. 

Hal itu ia lakukan agar ia bisa lebih mudah mengontrol usahanya dan menjaga cita rasa dari es campurnya. 

"Ako cukup yang ini saja, soalnya kalau buka di tempat lain belum tentu rasanya sama, beda tangan beda rasa. Terus kalau di sini kan sudah lama, jadi sudah nyaman di sini," ungkapnya. 
(Bangkapos.com/Gogo Prayoga)




Berita Terkini