BANGKAPOS.COM -- Seorang jurnalis Tempo, Fransisca Christy Rosana atau akrab disapa Cica mendapatkan kiriman kepala babi dari orang tak dikenal.
Teror kepala babi itu diterima pada 19 Maret 2025.
Sehari setelah kejadian, kantor Tempo kembali mendapat teror kiriman enam ekor bangkai tikus yang sudah dipenggal kepalanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi melontarkan perkataan yang kini menjadi sorotan.
Hasan Hasbi mengatakan bahwa kepala babi tersebut sebaiknya dimasak.
Ucapan Hasan Hasbi dinilai tak berempati terhadap nasib Cica yang menerima teror.
Hasan Hasbi menunjukan seolah pemerintah seperti lepas tangan dari keselamatan warga negara.
Adapun pernyataan tersebut dilontarkan oleh Hasan Hasbi saat dikonfirmasi wartawan di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat pada Jumat (21/3/2025).
"Sudah dimasak saja, dimasak saja," kata Hasan saat dikonfirmasi wartawan di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat pada Jumat (21/3/2025).
Ia berdalih berkata seperti itu mengikuti sikap Cica yang dinilai santai dalam menerima teror.
Sosok Hasan Hasbi
Dikututip dari Tribunnews.com, Hasan Nasbi merupakan sosok pengamat dan konsultan politik asal Bukittinggi, Sumatera Barat.
Pria kelahiran 1979 ini diketahui memiliki trah keturunan dari tokoh cendikiawan dan ulama Indonesia, yakni mendiang Buya Syafii Maarif.
Hasan Nasbi pernah mengenyam pendidikan di SMA 2 Bukittinggi dan melanjutkan kuliah ke Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI).
Ia juga pernah menjadi wartawan pada 2005-2006.
Pada 2006-2008, Hasan Nasbi bekerja sebagai peneliti di Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia. Hingga akhirnya, ia mendirikan lembaga survei Cyrus Network.
Dalam perjalanannya sebagai konsultan politik, nama Hasan Nasbi melejit ketika menjadi konsultan politik Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Pilkada 2012 Jakarta.
Kala itu, Hasan Nasbi sukses membantu mengantarkan Jokowi-Ahok menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta.
Pada 2017, nama Hasan Nasbi juga menjadi perbincangan karena ia menjadi inisiator berdirinya Teman Ahok, organisasi relawan Ahok pada Pilkada 2017 Jakarta yang maju secara independen.
Ia juga menjadi pemodal awal organisasi ini.
Namun, ia menolak bahwa lembaganya, Cyrus Network, sebagai pihak yang memodali Teman Ahok. Sebab, dana yang disumbangkan berasal dari uang pribadinya.
Pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Hasan Nasbi mendukung pasangan Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.
Sementara pada Pilpres 2024, ia mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Bahkan, Hasan Nasbi masuk dalam Tim Kampanye Prabowo-Gibran dengan jabatan sebagai juru bicara.
Selama Pilpres 2024, ia sering tampil di televisi nasional maupun podcast, baik dalam rangka debat maupun menyampaikan gagasan mengenai program Prabowo-Gibran.
Menjelang pergantian pemerintahan, Hasan Nasbi juga masuk dalam Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Bidang Komunikasi.
Pengamat Politik Tak Menyangka Ucapan Hasan Nasbi
Pengamat Politik Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti mengomentari pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi soal teror kepala babi yang diterima kantor media Tempo.
Hasan Hasbi mengatakan bahwa kepala babi tersebut sebaiknya dimasak.
Ray tak menyangka atau menduga kata-kata seperti dapat keluar dari seorang kepala komunikasi presiden.
"Ucapan dan tindakannya tidak lagi semata mencerminkan dirinya tapi mencerminkan pemerintah dan bahkan negara."
"Maka jika kalimat seperti itu keluar dari lisan seorang pejabat negara maka kepada siapa kita mengharap teladan dalam berbangsa," kata Ray, Senin (24/3/2025).
Kemudian dikatakannya kalimat 'Itu bisa dimasak' jelas menggambarkan suatu perasaan yang marah, emosi bahkan bernuansa dendam.
"Ada apa antara Hasan Nasbi dengan Tempo. Apa kiranya yang membuat Tempo seperti sesuatu yang tidak patut dan layak dilindungi keselamatannya?" kata Ray.
"Alih-alih dilindungi, malah disudutkan dengan kata-kata seperti di atas. Dan tidak cukup sampai di situ, terus dipojokan dengan istilah itu urusan Tempo sendiri," jelasnya.
Jelas, kalimat kedua menunjukan pemerintah seperti lepas tangan dari keselamatan warga negara.
"Siapapun dia, bahkan seorang kriminal sekalipun, wajib mendapatkan perlindungan keselamatan dari negara. Tanpa kecuali."
"aka kalimat saudara Hasan Nasbi tersebut seperti melepaskan kewajiban pemerintah itu," kata Ray.
Menurutnya pemerintah yang tidak menjamin keselamatan warga negara adalah pemerintah yang tidak layak untuk memerintah.
"Pernyataan bahwa reaksi awak Tempo dengan bercanda jadi sebab pemerintah tidak peduli pada ancaman keselamatan awak Tempo adalah dalih yang tidak absah."
"Ekspresi seseorang yang mendapat teror tidak dapat dipaksakan dengan model tertentu," imbuhnya.
Ia menegaskan pemerintah lepas tangan karena ekspresi korban tidak sesuai yang mereka bayangkan atau inginkan menunjukan bibit otoritarianisme.
"Meminta segala hal sesuai dengan keinginan, arahan, dan bahasa kekuasaan adalah watak otoritarianisme dari kekuasaan," tandasnya.
Sebelumnya, jurnalis Tempo Fransisca Christy Rosana mendapat teror berupa kiriman kepala babi tanpa telinga.
Teror tersebut dikirim langsung pada Cica ke kantor Tempo.
Kiriman kepala babi tanpa telinga tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap kebebasan pers.
Perlu diketahui bahwa Cica merupakan bagian dari tim Bocor Alus Politik yang menyajikan produk jurnalistik investigasi.
"Apa yang terjadi, pas dikirim itu apa yang terjadi ?" kata Hasan.
"Udah dimasak aja, kalau kepala babi, dimasak aja," tambahnya.
Hasan Nasbi menilai kiriman kepala babi itu tak membuat Cica terancam.
"Saya lihat dari media sosialnya Fransisca dia justru minta dikirim daging babi. Artinya dia gak terancam kan," kata Hasan Nasbi.
(Bangkapos.com/TribunnewsBogor.com/Kompas.com/Tribunnews.com)