BANGKAPOS.COM -- Surat An Nasr merupakan salah satu surat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW.
Surat An Nasr berisi tentang janji Allah SWT atas kemenangan Kota Makkah dan pertolongan nabi terhadap orang-orang musyrikin.
Bacaan Idza Ja Anassrullahi Wal Fath terdapat dalam surat An Nasr ayat 1 yang artinya 'Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.'
Baca juga: Arti Ya Ayyuhalladzina Amanurkau Wasjudu, Bacaan Surat Al Hajj Ayat 77 : Perintah Rukuk dan Sujud
Adapun dalam bahasa Arab bacaan Idza Ja Anassrullahi Wal Fath ditulis إِذا جاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ
Berikut ini bacaan Surat An Nasr lengkap tulisan Arab, latin, dan artinya.
اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ ١
idzâ jâ'a nashrullâhi wal-fat-ḫ
Artinya:
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan
وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ ٢
wa ra'aitan-nâsa yadkhulûna fî dînillâhi afwâjâ
Baca juga: Arti Wa Aqimus Salata Wa Atuz Zakata, Surat Al Baqarah Ayat 43: Perintah Sholat dan Zakat
Artinya:
dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًاࣖ ٣
fa sabbiḫ biḫamdi rabbika wastaghfir-h, innahû kâna tawwâbâ
Artinya:
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.
Tafsir Surat An-Nasr
Ayat Pertama Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa kata "Idza" pada permulaan surat ini bermakna "qad," yang berarti "sungguh telah datang pertolongan Allah," mengingat surat ini diturunkan setelah Fathu Makkah.
Ada kemungkinan juga bahwa maknanya merujuk pada "idza yajiuka," yang menggunakan fi’il mudhori’. Mengenai bentuk pertolongan, terdapat beberapa pendapat.
Pertama, menurut Imam At-Thabari, pertolongan yang diberikan adalah kepada Nabi Muhammad terhadap orang-orang Quraisy.
Kedua, ada pendapat bahwa pertolongan tersebut ditujukan kepada Nabi dalam menghadapi orang-orang kafir yang memeranginya, hingga akhirnya kemenangan diperoleh.
Selanjutnya, Al-Qurthubi menjelaskan bahwa makna "al-fathu" juga memiliki perbedaan pendapat.
Beberapa di antaranya adalah: pertama, Fathu Makkah, yaitu penaklukan Kota Makkah, menurut pendapat Hasan, Mujahid, dan lainnya.
Kedua, penaklukan kota-kota dan negeri-negeri, menurut Ibnu Abbas dan Sa’id Bin Jubair. Ketiga, penaklukan seluruh negeri. Keempat, ditemukannya ilmu-ilmu baru. (Al-Qurthubi, Al-Jami’ Lil Ahkamil Qur’an, [Mesir, Darul Kutub Al-Misyriyah, 1384 H], Jilid XX, Hlm. 230)
Ayat Kedua Imam Al-Baghawi menjelaskan, mereka dari berbagai kaum dan suku datang secara berbondong bondong dan beringan masuk agama islam dengan tanpa melakukan peperangan.
Al-Hasan berkata, lanjut Imam Al-Baghawi, Ketika Allah menaklukkan kota Mekah untuk Rasul-Nya, orang-orang Arab berbincang satu sama lain:
"Jika Muhammad telah mengalahkan penduduk Tanah Suci (makkah) (padahal sebelumnya Allah telah melindungi mereka dari pasukan bergajah), maka kalian tidak akan mampu menandinginya."
Maka mereka mulai masuk ke dalam agama Allah secara berkelompok, sedangkan sebelumnya mereka masuk satu per satu atau dua orang dua orang. Ikrimah dan Muqatil berpendapat: Yang dimaksud dengan "an-nas" dalam ayat ini ialah penduduk Yaman (Tafsir Al-Baghawi, [Daru Tayyibah lin Nasyri wat Tauzi’, 1418 H], Jilid VIII, hlm. 576).
Ayat Ketiga Syekh Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa setelah perjuangan yang panjang dan penaklukan Kota Makkah, di mana Agama Islam berkembang pesat, Nabi diperintahkan untuk bersyukur atas segala anugerah yang diberikan.
Selain itu, beliau juga diminta untuk meminta ampunan dengan tawadhu’ kepada Allah SWT, sebagai pelajaran bagi umatnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT senantiasa menerima tobat hamba-Nya. Diriwayatkan dari ‘Aisyah (dalam lafaz hadis dari Imam Bukhari) bahwa beliau berkata:
ما صلّى رسول الله ﷺ صلاة بعد أن نزلت عليه سورة ﴿إِذا جاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ﴾ إلا يقول: سبحانك ربنا وبحمدك، اللهم اغفر لي
Artinya: “Rasulullah tidak pernah melaksanakan salat setelah turunnya surah Idza ja'a nashrullah wal fath (QS. An-Nasr), kecuali beliau mengucapkan: Subhanaka Rabbana wa bihamdika, Allahummaghfir li” (Az-Zuhaili, XXX/450).
Wallahu a'lam bishawab
(Bangkapos.com)