BANGKAPOS.COM, GRESIK - Essel (21) dan empat adiknya berjuang sendiri untuk bertahan hidup di rumah kontrakan di Gresik, Jawa Timur.
Mereka terpaksa menjual satu per satu barang perabotan yang ada di dalam rumah.
Kisah memilukan lima anak bersaudara ini terjadi bermula ketika ayah mereka meninggal dunia.
Baca juga: Sosok 4 Anak Mpok Alpa dan Pesannya untuk Aji Darmaji sang Suami : Dia Udah Janji!
Sang ibu bernama Santi, entah kenapa menelantarkan mereka. Ia pergi dan tak pernah lagi pulang ke rumah.
Kelima anak tersebut adalah Essel (21), Andre (19), Dexta (13), Kimora (11), dan Ceis.
Sang ayah meninggal dunia akibat kecelakaan laut.
"Ayah meninggal dunia (bulan) Maret kemarin, kecelakaan kapal yang terjadi di (perairan) Paciran, Lamongan," kata Essel, saat ditemui di rumah kontrakannya di Gresik, Jumat (15/8/2025), dilansir Kompas.com.
Hingga saat ini, Essel mengaku tidak tidak tahu di mana ibunya berada.
Baca juga: Tanda-tanda Eks Menag Yaqut Cholil Qoumas Akan Jadi Tersangka Kasus Kuota Haji, HP Jadi Penentu
"Kalau ibu, sudah akhir atau awal bulan ini meninggalkan kami, tidak lagi pulang," imbuhnya.
Terpaksa Jual Barang Rumah Tangga
Essel dan empat adiknya saat ini masih mendiami rumah kontrakan sederhana yang berada di Perumahan Grand Gresik Harmoni, Dusun Srembi, Desa Kembangan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Kontrakan rumah itu sudah menunggak. Mereka pun bingung mau cari makan dari mana karena tidak ada pekerjaan.
Mereka kemudian terpaksa menjual barang-barang rumah tangga satu per satu demi bisa bertahan hidup.
Mulai dari Air conditioner (AC), televisi, lemari es, hingga galon air minum, satu per satu dijual kepada orang lain.
"Itu sudah kami lakukan (menjual barang-barang) sejak ayah masih ada, bahkan uang kiriman dari ayah juga kadang digunakan oleh ibu untuk keperluan dirinya sendiri," ucap Essel.
Essel mengaku tak punya uang untuk membayar rumah kontrakan yang menjadi tempat tinggalnya bersama ke-empat adiknya.
"Ini masih nunggak, beberapa waktu lalu yang punya datang menagih kekurangan uangnya. Tapi mau bagaimana, kami tidak punya uang," lanjutnya.
Essel menjelaskan, uang santunan dari kematian ayahnya juga dihabiskan ibunya untuk keperluan yang tidak penting.
Akibatnya, mereka harus menjual barang-barang yang ada di rumah demi kebutuhan sehari-hari.
"Kemarin saat ayah meninggal itu memang dapat uang santunan, tapi juga sudah habis, sebab kadang ibu mau beli rokok minta uang itu. Padahal, kami juga ada adik yang masih kecil, yang perlu untuk beli pampers (popok) dan susu," kata Essel, dengan nada haru.
Lebih menyedihkan lagi, sebagian dari mereka putus sekolah karena keterbatasan biaya, sementara adik bungsu yang masih balita harus dirawat bergantian oleh kakak-kakaknya.
"Saya sendiri sudah biasa ganti pampers dan buatin susu buat Cies, begitu pula adik-adik yang lain. Karena ibu sebelumnya juga kadang nggak pulang, jadi kami gantian saling merawat," tutur Essel.
Essel menuturkan, ia dan Andre hanya menempuh pendidikan hingga sekolah menengah pertama (SMP).
"Tidak ada yang sampai SMA. Saya hanya lulus sampai kejar paket setara SMP (SLTP), sementara adik saya Andre ini sampai SMP," kata Essel.
Namun, semasa Andre sekolah di salah satu SMP swasta di Gresik, ia sempat mendapatkan pengalaman yang tidak mengenakkan.
Ia tidak diizinkan mengikuti wisuda, bahkan ijazahnya masih ditahan pihak sekolah karena adanya tunggakan biaya yang belum dilunasi.
"Banyak yang belum dibayar, masih banyak yang menunggak, jadi saya nggak boleh ikut wisuda. Ijazah saya sampai sekarang juga masih ditahan oleh pihak sekolah, karena masih banyak tunggakan yang harus dibayar," tutur Andre.
Lebih menyedihkan lagi, dua adiknya, Dexta dan Kimora, tidak sempat menyelesaikan pendidikan sekolah dasar (SD) dan terpaksa berhenti sekolah.
Sedangkan, adiknya yang bungsunya masih balita sehingga ia tidak bersekolah.
Dibantu Warga dan Pemerintah setempat
Menurut warga setempat, Sofyan, masyarakat merasa prihatin atas kejadian yang menimpa kelima anak tersebut.
Kelima bersaudara itu tidak memiliki pemasukan demi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Cukup miris, tidak hanya AC (pendingin ruangan) maupun televisi, tapi mereka juga sampai jual galon (air minum) untuk biaya kebutuhan hidup."
"Apalagi mereka kemarin juga sempat ditagih kekurangan uang rumah kontrakannya Rp10 juta, bagaimana kami tidak merasa kasihan," tutur Sofyan, dikutip dari TribunJatim.com.
Melihat keadaan tersebut, warga berinisiatif menggalang donasi dan menghubungi pihak terkait untuk memberikan bantuan kepada mereka.
Termasuk, mengusahakan adanya pihak yang dapat membantu mencarikan pekerjaan bagi Essel dan Andre.
"Tiga adiknya sudah ditangani oleh Dinsos dan KBPPPA, sedangkan untuk Essel dan Andre coba kami upayakan agar bisa bekerja."
"Alhamdulillah, kemarin dari Kepala Desa Yosowilangon sudah menyanggupi mereka akan diperbantukan di dapur makan program MBG (makan bersama gratis), mudah-mudahan bisa segera bekerja agar dapat penghasilan," ucap Sofyan.
Sementara itu, Ketua RT setempat, Masbukin mengatakan bahwa ia telah menghubungi Dinas Sosial (Dinsos) serta anggota DPRD.
Hal itu dilakukan karena upaya menghubungi ibu dari kelima anak tersebut tidak mendapatkan jawaban.
"Kami sudah coba menghubungi ibu mereka tapi tidak direspons, coba dihubungi oleh anaknya sendiri juga responsnya seperti itu."
"Makanya kami terus hubungi Dinsos, orang DPRD, Alhamdulillah langsung direspons dengan baik," kata Masbukin.
Masbukin mengungkapkan bahwa sebelumnya banyak warga yang tidak mengetahui keadaan mereka.
"Mereka menempati rumah kontrakan itu sudah hampir dua tahun. Meski begitu, sebelumnya banyak warga yang kurang tahu kondisi mereka, karena mereka agak tertutup," ujar Masbukin, Jumat (15/8/2025).
"Baru sejak kakak-kakaknya yang tua jual barang-barang untuk keperluan hidup, para tetangga, kami semua, jadi merasa iba dan ingin membantunya," ucap dia.
DPRD dan Dinas Terkait Turun Tangan
Merespons kejadian itu, jajaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gresik beserta Dinas Sosial dan juga Dinas Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KBPPPA) Gresik, turun tangan secara bersama-sama untuk mencari solusi bagi kelima anak itu.
KBPPPA merupakan instansi daerah yang berfungsi mendukung kepala daerah (bupati atau wali kota) dalam mengelola urusan pemerintahan terkait pengendalian penduduk, program keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, serta perlindungan anak.
"Sudah, kami sudah koordinasi dengan Dinsos dan KBPPPA, dengan tiga dari mereka sudah ditangani dan kini sudah berada di rumah aman KBPPPA Gresik," tutur Ketua Komisi IV DPRD Gresik, Muchamad Zaifudin.
Di sisi lain, Kepala Dinas KBPPPA Kabupaten Gresik, dr Titik Ernawati membenarkan bahwa Dexta, Kimora, dan Ceis yang masih berusia tiga tahun itu akan tinggal di rumah aman.
"Untuk tindak lanjut akan dilakukan pendampingan psikolog dari UPT PPA, untuk konseling dan juga layanan psikososial," kata titik.
(Tribunnews.com/Falza) (Kompas.com/Hamzah Arfah) (TribunJatim.com/Alga)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Ibu Pergi Terlantarkan 5 Anak setelah Ayah Meninggal, Sering Ambil Uang Santunan Buat Beli Rokok