Berita Pangkalpinang

36 Tahun Mengabdi, Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung Dato’ Akhmad Elvian Purna Bakti

Di usia 60 tahun, Dato’ Akhmad Elvian memilih menatap masa pensiun dengan tenang bukan berhenti, tetapi melanjutkan perjuangan dengan cara yang lain

Bangkapos.com
Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung, Dato’ Akhmad Elvian 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Setelah lebih dari tiga dekade mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan, kebudayaan dan pemerintahan, Dato’ Drs. Akhmad Elvian, DPMP, CECH, resmi memasuki masa purna bakti sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) terhitung 1 November 2025. 

Pria yang dikenal masyarakat Bangka Belitung sebagai Sejarawan dan Budayawan ini telah mengabdi selama 36 tahun 9 bulan, menorehkan jejak panjang dalam perjalanan pembangunan dan pelestarian budaya negeri Serumpun Sebalai.

Lahir di Pangkalpinang, 14 Oktober 1965, Dato’ Akhmad Elvian memulai pengabdiannya sebagai guru SMA Negeri 1 Pangkalpinang yang ditugaskan di SMA Negeri 1 Toboali pada 1 Maret 1989. 

Kala itu, ia menjadi satu-satunya guru berstatus PNS di sekolah yang baru berdiri tersebut. Dengan segala keterbatasan, ia menegakkan dasar pendidikan di pelosok Bangka Selatan.

"Menjadi guru di masa itu bukan sekadar mengajar, tapi membangun peradaban dari nol," kata Elvian kepada Bangkapos.com, Sabtu (1/11/2025).

lihat fotoSejarawan dan Budayawan Bangka Belitung, Dato’ Akhmad Elvian
Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung, Dato’ Akhmad Elvian

Selama bertugas di Toboali, Elvian juga mendirikan dan memimpin SMA Muhammadiyah Toboali. Di kota itu pula ia menemukan pendamping hidupnya, Hesti Dewi Yudhiawati yang kini menjadi penopang langkahnya selama puluhan tahun pengabdian. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai tiga anak: Aulia Oktrivianty, Hafis Mahesvi, dan Nafisah Hesvia.

Kariernya terus menanjak. Tahun 1996, ia dipercaya menjadi Kepala SMP Negeri 1 Jebus, lalu Kepala SMA Negeri 1 Jebus, dan empat tahun kemudian menjabat Kepala SMA Negeri Sungailiat. Pada 2004, langkahnya beralih ke jenjang struktural dengan menjadi Pengawas dan Koordinator Pengawas Pendidikan di Kota Pangkalpinang.

Dua tahun kemudian, Elvian mendapat amanah lebih besar, menjabat Kepala Bidang Kebudayaan, lalu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, serta Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kota Pangkalpinang hingga 2013. 

Setelah itu, ia sempat memimpin Dinas Pendidikan selama hampir setahun, sebelum kembali dipercaya sebagai Kepala Dinas Pariwisata. Terakhir, sejak 3 Juli 2017, ia menjabat Sekretaris DPRD Kota Pangkalpinang hingga pensiun.

Selama masa pengabdiannya, Elvian dikenal sebagai sosok disiplin yang tak pernah absen bekerja. 

Ia hanya sekali mengambil cuti, bukan untuk berlibur, melainkan melakukan penelitian sejarah ke Belanda demi menelusuri jejak perjuangan Depati Amir. Dari hasil riset mendalam itu, lahirlah karya monumental yang mengantarkan Depati Amir dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2018.

"Keberhasilan ditandai dengan hasil karya dan hasil kerja," begitu semboyan hidupnya yang kini dipegang banyak anak muda dan rekan sejawat di lingkungan birokrasi Bangka Belitung.

Atas pengabdiannya, Elvian menerima berbagai penghargaan bergengsi, di antaranya Satyalancana Karya Satya X, XX, dan XXX dari Presiden Republik Indonesia, Pin Pinang Emas dari Pemerintah Kota Pangkalpinang, serta puluhan penghargaan lain dari Wali Kota, Gubernur, dan lembaga kebudayaan.

Namun, pengakuan tertinggi masyarakat mungkin bukan berasal dari deretan penghargaan itu, melainkan dari kontribusinya sebagai sejarawan dan budayawan. Dato’ Akhmad Elvian telah menulis 41 buku yang kini tersimpan di 122 perpustakaan dunia. 

Ia juga aktif menulis ratusan artikel sejarah, budaya, dan identitas Melayu Bangka Belitung, sekaligus menjadi pembicara dalam berbagai forum nasional dan internasional.

Sumber: bangkapos
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved