Harta Karun Monasit di Bangka Belitung
Bangka Belitung Menyimpan Logam Tanah Jarang, Hanya 50 Kg dari 100 Ton Pasir Timah
Logam Tanah Jarang (LTJ) cukup mahal mengingat proses pendapatannya. Ditaksir, dari 100 ton pasir timah, hanya bakal diperoleh 50 kilogram LTJ.
PANGKALPINANG, BANGKA POS – Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain dikarenakan peran pentingnya dalam industri modern, LTJ dinilai cukup mahal mengingat proses pendapatannya. Ditaksir, dari 100 ton pasir timah, hanya bakal diperoleh 50 kilogram LTJ.
Demikian dijelaskan Noprial Riady, staf Bidang Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan Dinas ESDM Babel, mewakili Plt Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kepulauan Babel, Reskiansyah, Selasa (4/11/2025).
“Makanya disebut tanah jarang, karena memang sulit mendapatkannya. Misalnya dari 100 ton pasir timah hanya sekitar 50 kilogram saja yang bisa menjadi logam tanah jarang. Itu pun setelah proses panjang,” kata Noprial.
Baca juga: Rp 133, 48 T Tersimpan di Bangka Belitung, Dinas ESDM Belum Data Potensi LTJ
Dia tak menyangkal jika Babel memiliki potensi LTJ yang cukup besar. Hanya saja, menurutnya, untuk membangun industri LTJ dibutuhkan kepastikan sumber bahan baku yang cukup.
“Karena prosesnya panjang, dan peralatannya mahal. Tanpa kepastian itu, sulit untuk beroperasi secara berkelanjutan,” katanya.
Secara global, Noprial menyebut Tiongkok saat ini masih mendominasi industri logam tanah
jarang, baik dari sisi sumber daya, teknologi, maupun modal. Bahkan Amerika Serikat dinilainya kesulitan menyaingi Tiongkok karena kendala sumber daya.
Sejauh ini, Noprial mengatakan LTJ berperan penting dalam industri modern, seperti baterai kendaraan listrik, turbin angin, ponsel pintar, dan komponen militer.
Potensi Rp133,48 T
Diberitakan sebelumnya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyimpan “harta karun” yang
dinilainya ditaksir mencapai Rp133.480.000.000.000 atau Rp 133,48 triliun.
Harta karun itu berasal dari Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth dari enam smelter tambang ilegal di Babel yang telah disita negara dan diserahkan kepada PT Timah Tbk pada 6 Oktober 2025 lalu.
Presiden Prabowo Subianto, yang menyaksikan langsung serahterima enam smelter tesebut, mengatakan LTJ yang berasal dari limbah smelter-smelter itu belum diurai.
Jumlahnya diperkirakan mendekati 40.000 ton. Kala itu presiden juga menyebut satu ton monasit, satu di antara unsur LTJ yang ada di limbah smelter, harganya bisa mencapai 200 ribu dollar AS.
Jika dikalkulasikan dengan kurs dollar AS pada Minggu (9/11) kemarin, 1 dollar AS=Rp16.685, maka 1 ton monasit bernilai Rp3.337.000.000 atau Rp3,337 miliar. Dan jika jumlahnya mencapai 40.000 ton seperti disampaikan Presiden Prabowo, maka monasit yang ada di enam smelter sitaan itu bernilai Rp133,48 triliun.
LTJ terkandung dalam mineral ikutan
Noprial mengatakan keberadaan LTJ di Babel erat kaitannya dengan mineral ikutan timah. LTJ
ikut terbentuk dan tersimpan dalam mineral ikutan hasil proses penambangan timah.
“Kalau ditambang, pasir yang bercampur itu masih harus melalui proses pemisahan. Biasanya di
sakan, timah dipisahkan karena berat jenisnya lebih besar. Nah,setelah pemisahan pasir yang
ringan dan pengolahan bahkan dalam pasir timah itu banyak mengandung mineral ikutan, termasuk
monazit dan senotim,” kata Noprial.
Pemanfaatan LTJ tidak semudah menambang timah. Noprial menjelaskan bahwa proses
pemisahan mineral ikutan ini masih dilakukan secara fisik seperti menggunakan magnetic
separator, specific gravity, atau meja goyang (shaking table).
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/Mendiktisaintek-cek-logam-tanah-jarang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.