Berita Bangka Selatan

Cegah Hoaks dan Perundungan Siber, Pemkab Bangka Selatan Perkuat Literasi Digital

Pemerintah daerah terus memperkuat literasi digital di kalangan pelajar untuk menciptakan pelajar yang beretika dan bijak bermedia sosial

Dokumentasi Anshori
LITERASI DIGITAL- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Selatan, Anshori bersama Dharma Wanita Persatuan (DWP) saat memberikan literasi digital di MTs Al Hasanah Toboali, Jumat (14/11/2025). Kegiatan ini merupakan program DWP natak sekolah. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA – Penguatan pendidikan karakter digital kembali mendapat sorotan Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. Pemerintah daerah terus memperkuat literasi digital di kalangan pelajar untuk menciptakan pelajar yang beretika dan bijak bermedia sosial. Langkah tersebut guna mengantisipasi ancaman misinformasi dan perilaku negatif dampak penggunaan media sosial.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Selatan, Anshori mengatakan program literasi digital diinisiasi oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) setempat. Program ini bertujuan memberikan pemahaman mengenai etika dan keamanan bermedia sosial untuk para pelajar dan pendampingnya. Sejalan dengan prioritas pemerintah daerah dalam membangun karakter generasi muda yang tangguh, kritis, dan beretika di tengah derasnya arus digitalisasi.

“Pemerintah daerah terus berupaya dalam membentuk karakter pelajar yang tangguh dan beretika di dunia digital,” kata dia kepada Bangkapos.com, Jumat (14/11/2025).

Menurutnya media sosial telah berubah menjadi ruang besar yang memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat, terutama generasi muda. Hampir seluruh aktivitas pelajar saat ini dari interaksi, hiburan, hingga belajar bersinggungan dengan dunia digital. Kondisi ini bukan sekadar fenomena modern, tetapi realitas yang menuntut kesiapan karakter dan kemampuan literasi digital yang kuat.

Di satu sisi media sosial membuka peluang belajar dan berekspresi. Namun, jika tidak digunakan dengan bijak, dapat menimbulkan dampak negatif. Kekhawatiran itu beralasan. Berbagai insiden penyalahgunaan media sosial yang melibatkan pelajar. Mulai dari unggahan provokatif, perundungan digital, hingga penyebaran informasi palsu yang membuktikan bahwa ruang digital tidak selalu aman.

“Seperti penyebaran hoaks alias berita bohong, perundungan media sosial atau cyberbullying, hingga pencurian data pribadi,” jelas Anshori.

Kondisi tersebut lanjut dia, hanya dapat diantisipasi melalui peningkatan literasi digital yang terarah dan pendampingan yang konsisten dari lingkungan terdekat pelajar. Ia menyoroti tiga prinsip utama yang dinilai wajib diterapkan oleh para pelajar saat bermedia sosial. Prinsip tersebut mencakup kemampuan berpikir kritis, memiliki etika digital yang kuat, serta menjaga keseimbangan waktu dalam mengakses media sosial.

Berpikir kritis terhadap informasi. Ia mengajak para pelajar untuk tidak menelan mentah-mentah setiap informasi yang ditemui di media sosial. Kemampuan memeriksa sumber, menilai kredibilitas konten, dan menghindari tindakan membagikan informasi tanpa verifikasi menjadi langkah penting untuk mencegah penyebaran hoaks. Kedua, menjaga etika digital. Etika tersebut mencakup kesadaran bahwa setiap unggahan memiliki dampak nyata bagi orang lain.

Pelajar perlu memahami batasan dalam berinteraksi secara daring, termasuk menjaga sopan santun, tidak melakukan perundungan, serta menghormati privasi sesama. Ketiga, menggunakan media sosial secara seimbang. Kebiasaan berselancar tanpa batasan waktu telah banyak memengaruhi fokus belajar, kualitas tidur, bahkan interaksi sosial langsung. Ia menekankan pentingnya pengaturan waktu demi menjaga kesehatan mental dan fisik, serta menghindari ketergantungan berlebihan pada aktivitas digital.

“Saya mengajak para guru dan orangtua untuk berperan aktif sebagai pendamping anak dalam penggunaan media sosial serta menjadi teladan dalam beretika di dunia digital,” paparnya.

Dengan semakin kompleksnya dinamika dunia digital, pemerintah daerah menilai literasi digital bukan lagi sekadar tambahan. Akan tetapi kebutuhan mendasar bagi pelajar masa kini. Melalui kolaborasi antara pemerintah, organisasi perempuan, guru, dan orangtua, Kabupaten Bangka Selatan diharapkan mampu membangun generasi muda yang tidak hanya mahir menggunakan teknologi. Melainkan juga cerdas dan beretika dalam memanfaatkannya.

“Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan sebagai upaya bersama menciptakan lingkungan berani yang aman dan sehat bagi anak-anak kita,” pungkas Anshori.

(Bangkapos.com/Cepi Marlianto)

Sumber: bangkapos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved