Berita Viral

Ayah Brigadir Esco Kecewa Tak Bisa Lihat Langsung Proses Rekonstruksi di TKP: Kenapa Ditutupi Begini

Ayah almarhum Brigadir Esco menyatakan kekecewaannya karena tidak bisa melihat langsung bagaimana anaknya dibunuh oleh menantunya sendiri.

Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Rusaidah
Tribun Lombok
TERSANGKA – Kolase gambar memperlihatkan Brigadir Esco Faska Rely, yang telah meninggal dunia, bersama sang istri Briptu Rizka Sintiyani (kanan), yang kini menjadi tersangka dalam kasus dugaan pembunuhan terhadap suaminya. 

BANGKAPOS.COM -- Ayah Brigadir Esco Fasca Rely, Samsul Herawadi kecewa tak bisa meihat langsung proses rekonstruksi secara jelas.

Padahal ia ingin tahu bagamana cara menantunya, Briptu Rizka menghabisi anak kandungnya.

Update kasus kematian Brigadir Esco kini telah sampai tahap reka adegan.

Baca juga: Misteri Motif Briptu Rizka Habisi Suaminya Brigadir Esco, Benarkah Perihal Utang Rp390 Juta?

Namun sayang, keluarga korban tak diizinkan langsung menyaksikan adegan penting itu.

Bahkan peran Briptu Rizka harus diganti.

Mulai dari penemuan mayat dan kronologi pembunuhan, yang seharusnya diperagakan oleh tersangka, Brigadir Rizka.

Pihak Polres Lombok Barat justru menggunakan pemeran pengganti dalam reka adegan yang berlangsung di Tempat Kejadian Perkara (TKP), yakni di kebun belakang rumah korban dan tersangka, yang diketahui adalah pasangan suami istri.

Tentu saja hal ini membuat Ayah almarhum Brigadir Esco menyatakan kekecewaannya karena tidak bisa melihat langsung bagaimana anaknya dibunuh oleh menantunya sendiri.

"Kita nggak tau apa proses di dalam, kita nggak jelas, kita nggak dikasih masuk. Sangat kecewa, dan masyarakat yang dari Bonjeruk sangat kecewa karena kita awalnya memang menunggu reka adegan yang di TKP (kebun),” ucap Samsul saat ditemui TribunLombok.com.

Meski demikian, ia mengaku akan menyerahkan proses hukum selanjutnya kepada kuasa hukum keluarga, namun tetap berharap kasus ini diselidiki dengan sebenar-benarnya.

Ia juga menyesalkan keputusan Polres Lombok Barat yang menggelar sebagian proses rekonstruksi secara internal di dalam lingkungan kantor polisi.

“Kan katanya terbuka, tapi kenapa ditutup-tutupi begini, kan kami nggak paham. Kami pada saat rekonstruksi di dalam rumah juga ndak dikasih masuk,” tegasnya.

Samsul juga menyebutkan bahwa pihak keluarga dari tersangka terlihat tidak kooperatif dan terkesan menyembunyikan informasi penting terkait kematian Brigadir Esco.

“Kayaknya ada yang disembunyikan juga sama keluarga tersangka. Kalau memang satu arah mengungkap tersangka, kenapa tidak kita kerjasama,” katanya.

Tak hanya itu, ia juga mengungkap bahwa dirinya sempat dituduh sebagai dalang di balik kematian anaknya sendiri oleh tersangka. Menurutnya, tudingan tersebut adalah upaya memutarbalikkan fakta oleh Brigadir Rizka.

“Sampai-sampai saya dituduh balik bahwa sayalah dalang di balik kematian anak saya itu oleh Rizka. Itu disampaikan lewat media di podcast terakhir sebelum dia berangkat ke Kalimantan,” pungkasnya.

Di lokasi yang sama, kuasa hukum keluarga Brigadir Esco, Lalu Anton Hariawan, menyebutkan bahwa terdapat 30 adegan yang diperagakan dalam proses rekonstruksi di dalam rumah.

Namun, ia menyayangkan bahwa tidak ada adegan pembunuhan yang diperagakan dalam proses tersebut.

“Tidak ada adegan pembunuhan di dalam rumah, hanya soal dia mencuci pakaian, kemudian penggunaan motor, dan adanya bau bangkai dari dalam rumah,” katanya.

Proses rekonstruksi berlangsung cukup lama. Lalu Anton juga mengungkap adanya ketidaksesuaian keterangan antara tersangka dan beberapa saksi.

“Misalnya, motor tersangka kan Scoopy, tapi kuncinya ada di jenazah korban. Itu dipertanyakan sama teman kejaksaan. Kamu pakai motor yang mana? Ada yang dia salah, ada yang bilang Scoopy, dan ada yang bilang Vario,”sebutnya.

Briptu Rizka Disorot

Sebelumnya, suasana sempat tegang saat tersangka, Briptu Rizka yang tak lain adalah istri korban dibawa ke lokasi dengan mobil tahanan.

Tampil mengenakan baju merah dan jilbab cokelat, Rizka langsung menjadi sorotan warga.

Edi Sriawan, warga Bonjeruk yang juga masih memiliki hubungan keluarga dengan almarhum, menyebut hampir seluruh masyarakat Bonjeruk merasa terpanggil untuk hadir.

"Informasinya kan sekarang rekonstruksi, hampir semua masyarakat Bonjeruk kepengen tahu seperti apa kejadian sebenarnya,” ujarnya, dikutip Tribunlombok.com

Edi menambahkan, kehadiran warga Bonjeruk bukan sekadar ingin melihat rekonstruksi, melainkan juga bentuk solidaritas dan dukungan terhadap almarhum Brigadir Esco.

Selain warga Bonjeruk, masyarakat dari wilayah lain juga turut hadir. Husniani, warga Sekotong, mengaku datang khusus karena kasus ini sudah viral di media sosial.

“Saya mengikuti dari sosmed (kasus Brigadir Esco), kasusnya cukup viral, dan kebetulan saya punya keluarga yang kasih tahu kalau ada acara rekonstruksi hari ini, makanya saya datang langsung ke sini,” ungkapnya.

Sebelum meninggal dunia, Briptu Rizka ternyata sempat membuat skenario mencari suaminya.

Ia diam-diam mendatangi beberapa tempat.

Briptu Rizka juga menghubungi atasan Brigadir Esco untuk mencari keberadaan suaminya meminta pihak kepolisian untuk mengecek keberadaan suaminya lewat nomor telepon.

Hal itu diungkap oleh Kuasa Hukum Briptu Rizka, Rossi.

Menurut Rossi, kliennya itu syok dituduh sebagai pembunuh suaminya sendiri.

Apalagi tuduhan itu langsung mengarah padanya di hari pemakaman sang suami.

"Beberapa jam setelah pemakaman langsung ada stigma negatif kalau dia pelakunya," kata Rossi dikutip dari Youtube Tribun Lombok, Selasa (30/9/2025).

Saat ada tudingan tidak melapor, Rossi pun menjelaskan bahwa pencarian yang dilakukan Rizka memang tidak secara formal.

"Apakah upaya pencarian terhadap suaminya itu harus dalam bentuk formal? Itu kan tidak logis, kalau harus buat laporan," katanya.

Sebab menurut dia, rekan-rekan almarhum di polsek pun tahu upaya Rizka mencari keberadaan sang suami selama ini,

"Semua teman-teman di Polsek tahu kalau dia tidak sedang pulang ke rumah, dia hilang, ibu Rizka laporkan itu ke polsek, kanit intel," jelas Rossi.

Bahkan menurut dia, Rizka juga meminta agar nomor telepon suaminya itu dicek.

"Dua kali diminta cek pos (check possition) oleh bu Rizka, pertama lewat HP, kedua lewat kotak HP, imei," ujarnya.

Rossi juga mengatakan kalau atasan Brigadir Esco sampai ikut mencari keberadaan korban saat itu.

"Kanit intelnya pun ikut mencari ke Gunungsari, rumah abah, jam 22.00 WIB malam," kata dia.

Menurut Rossi, saat itu Kanit Intel menanyakan pada Rizka soal kebaiasaan suaminya.

"Soalnya Rizka ditanya sama pak kanit, kemana sih suami mu kira-kira? ke tempat yang sering dikunjungi? itu kalau tidak salah Kamis malam," tuturnya.

Sebelum hilang, kata Rossi, Brigadir Esco diduga sempat pulang ke rumah.

Namun ia tak bertemu dengan sang istri, karena Briptu Rizka sedang ke polsek mencari keberadaannya.

Saat Briptu Rizka pulang ke rumah, Brigadir Esco sudah tidak ada dan meninggalkan motornya.

Sejak saat itu, Brigadir Esco tak bisa lagi dihubungi dan menghilang begitu saja.

Kuasa Hukum Rizka yang lain, Anjasmara mengatakan kalau kliennya pada tanggal 19 Agustus tidak bertemu dengan Brigadir Esco.

"Bagaimana mau dieksekusi sedangkan orangnya tidak pernah ketemu?," kata dia.

Hingga akhirnya pada Minggu (24/8/2025), jenazahnya ditemukan berada di dekat rumah mereka, Dusun Nyiur Lembang, Desa Lembar, Kecamatan Lembar, Lombok Barat.

Ia ditemukan dalam kondisi tubuh membengkak, wajah rusak, dan leher terjerat tali.

Setelah 28 hari, Briptu Rizka ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan terhadap Brigadir Esco.

Pada Senin (29/8/2025), Briptu Rizka melakukan rekonstruksi di kediaman mereka.

Pada rekonstruksi itu, dilakukan beberapa adegan versi Rizka.

Namun ia menolak adegan pembunuhan, sehingga diperankan oleh pemeran pengganti.

Cara Briptu Rizka Habisi Suaminya

Briptu Rizka mengenakan baju tahanan berwarna merah dan tangan diborgol. Ia terlihat memeragakan sejumlah adegan di dalam rumah.

Dalam rekonstruksi 50 adegan yang digelar oleh Polres Lombok Barat, diperlihatkan kronologi kekerasan yang dialami korban hingga menyebabkan kematian.

Tersangka diketahui melakukan kekerasan fisik terhadap korban dengan memukul bagian belakang kepala menggunakan benda tumpul.

Aksi tersebut terjadi di dalam rumah yang dihuni oleh korban dan tersangka, yang merupakan pasangan suami istri.

Hal itu disampaikan oleh kuasa hukum keluarga Brigadir Esco, Lalu Anton Heriawan, usai menyaksikan rekonstruksi tertutup versi penyidik di dalam rumah tersangka.

“Reka adegan (di dalam rumah) korban sempat dipukul di bagian kepala oleh Briptu Rizka,” ucap Anton saat ditemui Tibunlombok.com, di lokasi rekonstruksi, di Dusun Nyiur Lembang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar, Lombok Barat, Senin (29/9/2025).

Anton juga menyebutkan, tidak hanya bekas luka dari benda tumpul yang diterima korban, namun juga luka sayatan di wajah bagian dahi dan pipi serta telapak tangan bagian kanan korban. 

“Kalau luka sayatan di bagian tangan kan itu naluri membela diri, nggak ada orang yang mau mati konyol, maka kami yakini ada tersangka lain yang ikut terlibat,” katanya.

Ia menjelaskan, dalam rekonstruksi versi penyidik, diperagakan sekitar 50 adegan oleh pemeran pengganti. Proses tersebut turut menghadirkan saksi ahli, termasuk dokter forensik dan tim Inafis, untuk menjelaskan mekanisme pembunuhan terhadap Brigadir Esco.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Lombok Barat, AKP Lalu Eka Arya Mardiwinata, menolak memberikan keterangan kepada awak media terkait detail rekonstruksi.

Di sisi lain, Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda NTB, AKBP Catur Erwin Setiawan, mengatakan pihaknya masih menyelidiki kemungkinan keterlibatan pihak lain dalam kematian Brigadir Esco, termasuk dua sosok yang disebut sebagai "Mr X".

“Sementara (tersangka) masih satu, kita lihat perkembangannya nanti bisa bertambah atau tidak. Yang paling krusial masih kami dalami,” ucap Catur saat ditemui di lokasi kejadian.

Ia juga membenarkan bahwa Brigadir Rizka menolak memperagakan adegan pembawaan mayat ke kebun belakang rumahnya, yang menjadi tempat ditemukannya jenazah korban.

“Dan penolakan itu haknya tersangka, kami sudah sampaikan kami akan melaksanakan adegan selanjutnya. Kalau yang bersangkutan menolak, itu haknya tersangka,” sebutnya.

Meski demikian, ia menyebut tersangka tetap bersikap kooperatif selama proses rekonstruksi berlangsung.

“Sejauh ini tersangka masih kooperatif. Kalau penemuan (mayat) bukan diperagakan oleh tersangka dan pakai peran pengganti,” katanya.

Dalam rekonstruksi ini, pihak kepolisian juga menghadirkan tujuh saksi kunci, yang diharapkan dapat membantu mengungkap lebih terang kasus kematian tragis Brigadir Esco.

(Bangkapos.com/Tribun Timur/Tribun Lombok)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved