Rekam Jejak Sofyan Djalil, Eks Menteri Disebut Temani Jokowi Tanda Tangan Proyek Whoosh

Sofyan Djalil ialah seorang politikus asal Aceh kelahiran Aceh, 23 September 1953

Tribunnews.com/Eri Komar Sinaga
Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil 

Pernyataan soal Whoosh itu disampaikan Sulfikar dalam program ROSI di KompasTV, seperti dikutip Tribunnews.com, Minggu (2/11/2025).

Dalam paparannya, Sulfikar mengisahkan kembali bagaimana proses diplomasi antara Indonesia dan China berlangsung secara intensif pada masa awal pemerintahan Jokowi.

Ia menjelaskan bahwa pertemuan penting antara Jokowi dan Presiden China, Xi Jinping, terjadi pada Mei 2014 di Jakarta, bertepatan dengan peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA).

Pertemuan tersebut menjadi momen penting karena memperkuat hubungan bilateral kedua negara di bidang infrastruktur dan investasi.

Sulfikar menambahkan bahwa pertemuan bersejarah itu terjadi hanya satu bulan setelah Jokowi berkunjung ke negeri tirai bambu.

Dalam kunjungan tersebut, pembahasan kerja sama infrastruktur transportasi modern, termasuk proyek kereta cepat, sudah mulai dibicarakan secara serius oleh kedua belah pihak.

 “Sebulan setelah itu (kunjungan Jokowi ke China), Xi Jinping ke Jakarta untuk mengikuti Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, dan mereka bertemu lagi di Jakarta,” ujar Sulfikar menjelaskan kronologi pertemuan kedua pemimpin tersebut.

Ia kemudian mengungkapkan bahwa penandatanganan kerja sama antara Indonesia dan China dilakukan dalam pertemuan itu.

“Apa yang terjadi saat itu adalah penandatanganan kerja sama antara Indonesia–China, dan di situ mencantumkan proyek kereta cepat,” urai Sulfikar.

Lebih lanjut, Sulfikar mengungkapkan bahwa dalam momen bersejarah tersebut, Jokowi tidak sendirian.

Ia didampingi oleh Sofyan Djalil, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Masih dalam program yang sama, Sulfikar Amir menilai kesepakatan kerja sama bukan perkara benar atau salah.

Namun, menurutnya, kesepakatan yang dibuat Jokowi dan Xi Jinping pada 2014 itulah yang membuat perencanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh menjadi tidak matang dan berakhir seperti saat ini.

"Deal itu sebenarnya bukan perkara salah atau benar, tapi deal itulah yang membuat seluruh perencanaan pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu menjadi seperti apa yang kita lihat sekarang," tutur Sulfikar.

Ia mengungkapkan, dibandingkan China, perencanaan dari Jepang mengenai titik berhenti Whoosh justru lebih bagus.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved