Dedi Mulyadi Siapkan Pengacara untuk Guru yang Tampar Siswa Loncat Pagar dan Dimintai Ganti Rugi
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku akan menyiapkan pengacara untuk Rana Saputra, guru yang menampar siswa lompat pagar.
Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Ringkasan Berita:
- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku akan menyiapkan pengacara untuk Rana Saputra, guru yang menampar siswa lompat pagar.
- Hal ini buntut dari adanya upaya orangtua siswa tersebut untuk meminta ganti rugi pada Rana Saputra.
- Padahal kedua belah pihak sudah berdamai setelah ada proses mediasi.
BANGKAPOS.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku akan menyiapkan pengacara untuk Rana Saputra, guru yang menampar siswa lompat pagar.
Hal ini buntut dari adanya upaya orangtua siswa tersebut untuk meminta ganti rugi pada Rana Saputra.
Padahal kedua belah pihak sudah berdamai setelah ada proses mediasi.
Dedi Mulyadi mengatakan Rana Saputra tak perlu memusingkan hal ini tersebut dan akan menyiapkan pengacara jika orangtua siswa tersebut ngotot meminta ganti rugi.
Demikian disampaikan Dedi Mulyadi kepada Rana Saputra dalam perbincangan keduanya yang tayang di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel.
Kasus ini bermula saat Guru SMP Negeri 2 Jalancagak, Kabupaten Subang bernama Rana Saputra menampar siswa berinisial ZR (16) karena ketahuan loncat pagar yang baru selesai dibangun.
Orang tua ZR yang tak terima kemudian mendatangi sekolah.
Ketengangan pun terjadi antara ZR dengan Rana. Orang tua ZR lantas merekamnya dan mengunggah di media sosial hingga viral.
Di sekolah, ZR ternyata dikenal sebagai anak yang bermasalah. Meski sudah beberapa kali dibina, namun tabiat ZR tak berubah.
Adapun pelanggaran yang dilakukan ZR di antaranya merokok di sekolah hingga berkelahi.
Terakhir, ZR meloncat dari pagar yang baru selesai dibangun, diduga hendak membolos sekolah.
Aksi itu akhirnya membuat Rana geram hingga berujung menampar ZR.
Meski begitu, Rana telah mengakui kesalahannya di depan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Ia juga telah meminta maaf kepada orang tua ZR, setelah pihak sekolah menggelar mediasi, Selasa (4/11/2025).
Namun, malam hari setelah mediasi, ia tiba-tiba dihubungi oleh orang tua ZR yang masih meminta penyelesaian secara kekeluargaan, meski telah ada kesepakatan damai sebelumnya.
"Tiba-tiba malam saya ditelepon, ini kasus sebelum naik ke Polres kita selesaikan dulu dengan kekeluargaan (setelah video viral)," kata Rana, dikutip Tribunnews.com dari YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Kamis (6/11/2025).
Setelahnya, Rana diperlihatkan surat visum yang dilakukan ZR dan kwitansi tertera nominal Rp150 ribu.
Padahal, setelah penamparan, ZR tak mengalami kondisi memar atau terluka.
"Memperlihatkan surat visum, di kuitansi Rp150 ribu. Sehat, anaknya langsung sekolah lagi besoknya, tidak (memar)."
"Saya juga punya takaran ini anak pantasnya segini (ditampar ringan). Ujung-ujungnya minta diganti uang pengobatan," ungkap Rana.
Rana pun bersedia mengganti uang pengobatan Rana.
Ia dan orang tua ZR bahkan telah bersepakat membuat surat perjanjian.
"Saya ganti uang pengobatan kalau memang berobat, tetapi kalau yang lain-lainnya, saya siap mengganti sesuai dengan kemampuan saya," terangnya.
Rana lantas menunjukkan surat perjanjian tersebut kepada Dedi Mulyadi.
"Cuma belum ditanda tangan, ini hasil kesepakatan berdua," ucap Rana kepada Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi lantas melihat isi perjanjian tersebut dan meminta Rana untuk tidak memberikan ganti rugi.
Menurutnya, jika setiap siswa yang akan dididik di sekolah, kemudian guru selalu menghadapi permasalahan harus ganti rugi materil maupun formil, hal itu akan berdampak pada cara mendidik.
"Ini bukan urusan perjanjiannya, ini adalah urusan esensi pendidikan. Kalau setiap siswa yang akan dididik oleh gurunya, kemudian gurunya selalu menghadapi harus ganti rugi, baik materil maupun formil nanti guru akan cuek semuanya pada muridnya."
"Gak usah (ganti rugi). Jadi nanti kalau murid yang bandel-bandel itu nanti gurunya gak berani melakukan tindakan dan melakukan pembiaran," beber Dedi Mulyadi.
Mendengar hal itu, Rana menangis.
Ia mengaku takut dan serba salah mendidik siswanya.
"Saya jadi takut pak, jadi serba salah. kalau saya mau cari aman enak-enak aja, tapi saya panggilan jiwa," ucapnya menahan tangis.
Kendati demikian, Dedi Mulyadi mengapresiasi kinerja Rana.
"Bagi saya bapak bagus, cuma mungkin tindakan yang dianggap melanggar dalam tanda kutip menampar itu," kata Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi juga meminta agar Rana tidak memusingkan perjanjian ganti rugi tersebut.
Ia menyinggung soal surat pernyataan yang menyatakan orang tua menaati peraturan di sekolah anaknya, apabila melanggar akan dikembalikan kepada orang tua.
Dedi Mulyadi juga akan menyiapkan pengacara untuk Rana apabila kasus ini akhirnya dibawa ke ranah hukum.
"Yaudah nanti kita pakai itu, kita beradu, saya akan dampingi bapak, saya siapin pengacara," tandas Dedi Mulyadi.
Kronologi Kejadian Versi Sekolah
Rana yang merupakan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menampar ZR setelah upacara bendera, Senin (3/11/2025).
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Jalancagak, Yaumi Basuki menuturkan, peristiwa itu bermula saat Rana berupaya menegakkan kedisiplinan.
Pasalnya, ZR dan tujuh siswa lainnya kedapatan meloncat pagar sekolah untuk bolos.
Baca juga: Kronologi Lengkap Guru Tampar Siswa di Subang, lalu Tantang Orang Tua Lapor ke Dedi Mulyadi
Lebih lagi, pagar tersebut baru selesai dibangun dan pihak sekolah telah mewanti-wanti agar fasilitas itu dijaga.
Namun, dalam kasus ini, pihak sekolah tidak membenarkan adanya kekerasan fisik yang dilakukan Rana terhadap para siswa tersebut.
Sebab, sebelumnya pagar mengalami kerusakan disebut karena ulah siswa.
Namun, dalam kasus ini, pihak sekolah tidak membenarkan adanya kekerasan fisik yang dilakukan Rana terhadap para siswa tersebut.
"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah."
"Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," ujar Yaumi saat ditemui Tribunjabar.id di SMPN 2 Jalancagak, Rabu (5/11/2025).
Yaumi menerangkan, ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.
"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," terang dia.
Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk penegakan disiplin, namun pihak sekolah mengakui cara tersebut keliru.
"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.
Klarifikasi Orang Tua ZR
Sementara orang tua ZR, Deni Rukmana (38) menjelaskan maksud dan tujuannya mendatangi sekolah usai anaknya ditampar guru.
Ia menegaskan, kedatangannya ke sekolah hanya untuk mengklarifikasi secara baik-baik.
Namun, menurutnya, situasi memanas karena sang guru merasa tidak terima atas pertanyaannya.
“Awalnya saya datang karena dapat laporan anak saya ditampar beberapa kali. Saya hanya mau menanyakan secara baik-baik saja."
"Tapi salah seorang guru malah menanggapi dengan nada tinggi, seolah merasa tindakannya itu benar,” ujar Deni saat ditemui TribunJabar.id di kediamannya, Rabu.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Duduk Perkara Guru Tampar Siswa di Subang: Berawal dari Upaya Disiplin Siswa Bolos
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJabar.id/Deanza Falevi/Bangkapos.com)
| Sosok Rana Saputra, Guru Tampar Siswa Diminta Ganti Rugi Visum Rp150 Ribu, Tak Takut Dilapor ke KDM |
|
|---|
| Dedi Mulyadi Tolak Permintaan Aqua Klarifikasi Air Sumur Bor, Singgung Integritas: Martabat Saya |
|
|---|
| Dedi Mulyadi Dituding Jadi Penyebab Ratusan Warga Bogor Jadi Pengangguran, Ternyata Karena Ini |
|
|---|
| Dedi Mulyadi Klarifikasi, Singgung Iklan Aqua Soal Sumber Air : Iklannya Air Jatuh dari Gunung |
|
|---|
| Klarifikasi Dedi Mulyadi soal Sumber Air Aqua, Tak Niat Menjatuhkan: Mobil Saya Aqua Semua Isinya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.