Berita Viral
Klarifikasi Dea 'Sister Hong Lombok' Pakai Hijab, Bantah Penistaan: Lindungi Diri dari Pelecehan
Sosok Make up artist (MUA) asal Lombok tersebut akhirnya muncul untuk menjawab berbagai tuduhan miring yang menyerangnya,
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Rusaidah
Ringkasan Berita:
- Klarifikasi Deni Apriadi atau Dea 'Sister Hong Lombok' membeberkan alasan dirinya mengenakan hijab di hadapan publik.
- Sosok Make up artist (MUA) asal Lombok tersebut akhirnya muncul untuk menjawab berbagai tuduhan miring yang menyerangnya
- Ia pun menjawab isu penistaan agama lantaran ia kerap mengenakan jilbab dalam kesehariannya.
BANGKAPOS.COM -- Beginilah klarifikasi Deni Apriadi atau Dea 'Sister Hong Lombok' membeberkan alasan dirinya mengenakan hijab di hadapan publik.
Sosok Make up artist (MUA) asal Lombok tersebut akhirnya muncul untuk menjawab berbagai tuduhan miring yang menyerangnya.
Ia pun menjawab isu penistaan agama lantaran ia kerap mengenakan jilbab dalam kesehariannya.
Baca juga: Fadlun Istri Sah Habib Bahar Murka Bahas Curhatan Helwa Bachmid: Saya Jeblosin ke Penjara
Meski beridentitas sebagai pria, pilihannya menggunakan atribut muslimah dalam aktivitas sehari-hari menuai reaksi keras dari masyarakat.
Banyak pihak yang mempermasalahkan penampilannya, hingga memunculkan berbagai tuduhan yang berkembang menjadi kontroversi.
Dikenal dengan nama Dea, ia bahkan dijuluki sebagai “Sister Hong Lombok” sebuah label yang disematkan padanya karena penampilannya dianggap menyerupai transgender asal China yang sempat viral.
Julukan tersebut dirasa menyakitkan dan membuatnya berada dalam tekanan psikis yang berat, sehingga ia merasa perlu angkat bicara untuk menjelaskan duduk perkaranya.
Dalam konferensi pers pada Sabtu (15/11/2025), Dea menguraikan alasan di balik pilihannya mengenakan jilbab sekaligus membantah berbagai kabar yang ia nilai sebagai fitnah.
Ia menyebut bahwa banyak informasi yang beredar tidak sesuai dengan kenyataan.
“Banyak narasi yang disebarkan tidak sesuai kenyataan. Bahkan menuduh saya sebagai penista agama, kaum sodom, Sister Hong dari Lombok, serta menuduh saya melakukan hal-hal yang tidak saya lakukan,” tutur Dea dengan suara bergetar.
Salah satu tuduhan yang paling ramai dibahas adalah klaim bahwa Dea pernah memasuki masjid dengan mengenakan mukena dan beribadah layaknya perempuan. Isu tersebut, menurutnya, sama sekali tidak benar.
“Dengan tegas saya menyatakan tuduhan bahwa saya memakai mukena, masuk masjid, dan beribadah adalah tidak benar. Saya menghormati rumah ibadah, tata cara ibadah, dan memahami adat agama,” ujar Dea menegaskan.
Menanggapi pertanyaan mengenai alasan ia mengenakan jilbab sehari-hari, Dea mengungkapkan bahwa pilihan tersebut lahir dari penghargaan dan kekagumannya terhadap perempuan muslimah.
Ia memandang jilbab sebagai simbol kecantikan dan kehormatan yang selalu ia kagumi sejak lama.
“Pilihan pakaian saya selama ini saya pahami. Saya menggunakan jilbab karena bagi saya jilbab adalah simbol kecantikan seorang perempuan muslimah yang telah saya kagumi sejak bertahun-tahun lalu,” kata Dea.
Ia menepis anggapan bahwa jilbab digunakan sebagai alat untuk menipu atau menistakan agama. Baginya, jilbab justru menjadi bentuk ekspresi diri sekaligus perlindungan terhadap tindakan yang tidak diinginkan.
“Saya tidak berniat menjadikan jilbab sebagai alat untuk menipu siapapun. Itu adalah bentuk ekspresi diri saya, lahir dari keinginan untuk melindungi diri dari pelecehan,” jelasnya.
Sosok dan Latar Belakang Kehidupan Dea
Lebih lanjut, Dea turut menceritakan latar belakang kehidupannya yang tidak mudah sejak masa kanak-kanak. Selain menghadapi kecaman publik, Dea ternyata adalah seorang penyandang disabilitas.
"Sejak kecil saya hidup sebagai penyintas disabilitas dengan keterbatasan pendengaran, setelah saya mengalami kecelakaan di usia sekitar 10 tahun," kata Dea.
Kisah pilunya tidak berhenti di situ; ia juga mengalami kekurangan kasih sayang orang tua karena tuntutan keadaan.
"Sejak kecil saya tinggal dengan nenek dari pihak ibu. Karena kedua orangtua saya bekerja sebagai tenaga migran," pungkas Dea.
Keterbatasan pendidikan juga menjadi bagian dari masa lalunya yang pahit.
"Saya hanya menamatkan pendidikan sampai sekolah dasar karena saya mengalami perundungan dan tidak memiliki cukup dukungan untuk sekolah setelah nenek saya wafat ketika saya kelas 6 SD," sambungnya.
Awal Mula Dea alias Deni Viral
Nama Dea, atau Deni Apriadi, pertama kali mencuat dan menjadi viral setelah seorang warga Lombok bernama Diana Arkayanti mengungkap identitas aslinya ke publik.
Diana, yang merasa tidak nyaman dengan apa yang ia sebut sebagai penyamaran, kemudian memviralkan sosok Dea sebagai “Sister Hong dari Lombok”.
Kekesalan Diana bukan semata-mata karena Dea, seorang pria, mengenakan jilbab, tetapi juga karena profesinya sebagai perias pengantin yang membuatnya sering berinteraksi fisik dengan pelanggan perempuan.
Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk pelanggaran terhadap batasan yang seharusnya dijaga antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.
“Namanya Deni, nama panggung Dea. Dari Mujur, Lombok Tengah. Laki-laki menyerupai perempuan muslimah menggunakan hijab, tukang rias pengantin.
Dia menyembunyikan identitas aslinya dan memegang-megang customer yang bukan muhrimnya, membantunya memasang pakaian, sementara pengantin sangat menjaga dirinya dari laki-laki yang bukan muhrim,” tulis Diana Arkayanti dalam unggahan Facebook yang membuat nama Dea viral.
Setelah Dea memberikan klarifikasi panjang mengenai dirinya, Diana pun memberikan tanggapan lanjutan. Ia mengaku tidak puas dengan penjelasan tersebut dan justru merasa semakin gusar.
Menurutnya, klarifikasi yang diberikan Dea terlalu defensif dan tidak disertai permintaan maaf yang jelas terhadap masyarakat.
“Siapa yang tulisi dia klarifikasi berlembar-lembar gitu sih? Padahal tinggal bilang: ‘Maaf, saya salah menyembunyikan identitas saya menggunakan hijab. Maaf kalau saya menggunakan hijab.
Saya akan berusaha menjadi lebih baik.’ Sesimpel itu padahal, pasti masyarakat akan menerima. Isi klarifikasinya lebih ke defensif, contoh noh wandahara,” ujar Diana melalui akun Instagram-nya, @nasikrawumataram.
Kisah Deni yang lebih dikenal sebagai Dea hingga kini terus memicu perdebatan panas.
Sebagian publik memberi dukungan atas ekspresi dirinya, sementara sebagian lainnya menilai tindakannya sebagai bentuk ketidakhormatan terhadap simbol-simbol agama.
Kontroversi ini pun berkembang menjadi diskusi luas mengenai batasan ekspresi pribadi dan sensitivitas terhadap nilai-nilai religius.
(TribunTrends.com/TribunBogor.com/Bangkapos.com)
| Cerita Tragis Siswa SMP di Tangerang Meninggal Setelah Koma Dipukul Teman: Mama Jangan Kaget |
|
|---|
| Profil Biodata Helwa Bachmid dan Alasannya Menerima Lamaran Habib Bahar, Awalnya Sempat Menolak |
|
|---|
| Sosok Bripka Laode Abdul Salman Polisi Papua Tewas di Kendari, Ditikam Paman TNI, Atlet Paralayang |
|
|---|
| Isi Chat Terakhir Ira Siti Nurzazizah Mahasiswi Unpak Sengaja Lompat dari Lantai 3, Tulis Ini di IG |
|
|---|
| Sosok Kepsek Aspinawati Harahap Terimbas Guru Banting Nasi Kotak, Pungli Ratusan Juta Kini Dicopot |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/bangka/foto/bank/originals/20251117-DEA-SISTER-HONG.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.