Doa dan Amalan

Muslim Akil Baligh Wajib Tau, Ini Doa Istinja, Tata Cara, Maknanya dan Hukum Bersuci Dalam Islam

Istinja adalah cara bersuci setelah buang air dalam Islam. Ketahui makna, doa, dan adab istinja sesuai sunnah Rasulullah SAW

Penulis: M Zulkodri CC | Editor: M Zulkodri
Istimewa
DOA ISTINJA--Muslim Akil Baligh Wajib Tau, Ini Doa Istinja, Tata Cara, Maknanya dan Hukum Bersuci Dalam Islam 
Ringkasan Berita:
  • Istinja merupakan amalan bersuci setelah buang air dalam Islam yang mencerminkan kebersihan dan kesempurnaan iman.
  • Rasulullah SAW mengajarkan doa serta adab bersuci, termasuk masuk toilet dengan kaki kiri dan membaca doa istinja.
  • Pelajari tata cara lengkap dan makna spiritualnya agar kebersihan diri menjadi bagian dari ibadah sehari-hari.

 

BANGKAPOS.COM--Islam menempatkan kebersihan sebagai bagian penting dari keimanan.

Tidak hanya terkait dengan tubuh dan pakaian, namun juga meliputi cara seorang Muslim menjaga kesucian diri setelah buang air sebuah amalan yang dikenal dengan istilah istinja (الاستنجاء).

Sejak dini, umat Islam diajarkan untuk hidup bersih dan beradab. Karena itu, memahami doa istinja, tata cara bersuci, dan adab ketika di kamar mandi menjadi hal penting, terutama bagi mereka yang telah mencapai masa akil baligh, yakni usia di mana seorang Muslim mulai bertanggung jawab secara syariat.

Secara bahasa, kata istinja berasal dari akar kata Arab نَجَا يَنْجُو (najâ yanjû) yang berarti “membersihkan dari kotoran.” 

Dalam fikih Islam, istinja bermakna membersihkan najis yang keluar dari dua jalan (kubul dan dubur) dengan air atau benda padat seperti batu.

Melakukan istinja merupakan kewajiban setelah buang air besar maupun kecil, karena menjadi bagian dari syarat sahnya ibadah seperti salat.

Umat Islam sejak dini diajarkan untuk beradab dan menjaga kesucian diri.

Karenanya, memahami doa istinja, tata cara, serta adab bersuci menjadi hal yang wajib diketahui, terutama bagi mereka yang telah akil baligh yaitu masa ketika seorang Muslim telah dianggap dewasa secara syariat dan bertanggung jawab atas amalnya.

Makna Istinja dan Hukum Bersuci dalam Islam

Secara bahasa, kata istinja berasal dari akar kata Arab نَجَا يَنْجُو (najâ yanjû)

yang berarti membersihkan sesuatu dari kotoran.

Dalam konteks fikih Islam, istinja berarti membersihkan najis atau kotoran yang keluar dari dua jalan, yaitu kubul (kemaluan depan) dan dubur (kemaluan belakang), menggunakan air atau benda padat seperti batu.

Melakukan istinja adalah kewajiban bagi setiap Muslim setelah buang air besar maupun kecil.

Hal ini menjadi bagian dari syarat sah ibadah, khususnya salat, karena salat tidak akan diterima tanpa keadaan suci dari hadas dan najis.

Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Muslim:

“Kesucian adalah sebagian dari iman.”(HR. Muslim)

Karena itu, istinja tidak hanya tentang kebersihan fisik, tetapi juga bagian dari penyempurnaan iman dan ketaatan terhadap sunnah Nabi.

Tata Cara Melakukan Istinja

Dalam praktiknya, istinja dapat dilakukan dengan dua cara utama:

  • Menggunakan air, yang merupakan cara paling utama dan disunnahkan.
  • Menggunakan batu atau benda padat lainnya, bila air tidak tersedia.

Apabila menggunakan batu, disunnahkan untuk menggunakan tiga batu bersih atau benda serupa yang dapat menghilangkan najis. Tidak boleh menggunakan benda yang najis, tulang, atau makanan.

Rasulullah bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian beristinja dengan batu, hendaklah ia menggunakan bilangan ganjil, yaitu tiga kali.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Doa Sebelum Masuk Toilet

Sebelum memasuki tempat buang air, seorang Muslim dianjurkan membaca doa perlindungan agar dijauhkan dari gangguan setan, sebagaimana hadis riwayat Bukhari dan Muslim:

اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Latin: Allahumma inni a‘ūdzu bika minal khubutsi wal khabā’its.

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan.”

Doa Istinja Lengkap

Setelah selesai buang air dan membersihkan diri, disunnahkan membaca doa istinja berikut:

اَللّٰهُمَّ حَسِّنْ فَرْجِيْ مِنَ الْفَوَاحِشِ وَظَهِّرْ قَلْبِيْ مِنَ النِّفَاقِ

Latin: Allahumma hassin farjii minal fawāhisy, wa thahhir qolbii minan nifāq.

Artinya: “Ya Allah, bersihkanlah kemaluanku dari keburukan, dan sucikanlah hatiku dari kemunafikan.”

Doa ini menjadi simbol permohonan kepada Allah agar tidak hanya disucikan secara lahir, tetapi juga batin.

Sebab kebersihan sejati menurut Islam mencakup kebersihan hati dari sifat munafik dan maksiat.

Doa Setelah Keluar dari Toilet

Selesai bersuci dan keluar dari tempat buang air, Nabi Muhammad juga mencontohkan untuk membaca doa sebagai bentuk syukur atas nikmat kesehatan dan kesucian:

غُفْرَانَكَ، الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنِّي الْأَذَى وَعَافَانِي
اللّٰهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
اللّٰهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِيْ مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ فَرْجِيْ مِنَ الْفَوَاحِشِ

Latin:

Ghufrānaka, alhamdulillāhilladzī adzhaba ‘annī al-adzā wa ‘āfānī.
Allāhummaj‘alnī minat-tawwābīn wa-j‘alnī minal-mutathohhirīn.
Allāhumma thohhir qolbī minan-nifāq, wa hash-shin farjī minal-fawāhisy.

Artinya:

“Dengan mengharap ampunan-Mu, segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan penyakit dari tubuhku dan menyehatkan aku. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertaubat dan termasuk orang yang suci. Ya Allah, sucikanlah hatiku dari kemunafikan dan lindungilah kemaluanku dari perbuatan keji.”

Etika Bersuci dalam Islam

Islam mengajarkan umatnya untuk beradab bahkan dalam hal yang tampak sederhana seperti buang air.

Beberapa adab penting dalam istinja antara lain:

  • Masuk toilet dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan.
  • Tidak membawa lafaz Allah atau nama Rasul ke dalam toilet.
  • Tidak berbicara di dalam toilet.
  • Tidak menghadap atau membelakangi kiblat saat buang air.
  • Membersihkan diri menggunakan tangan kiri.
  • Menjaga agar najis tidak mengenai pakaian atau tubuh.
  • Tidak buang air di jalan, di bawah pohon, atau di air yang tergenang.
  • Menutup aurat dan menjaga privasi saat buang air.

Rasulullah menegaskan:

“Jagalah diri kalian dari kencing, karena kebanyakan azab kubur disebabkan oleh kencing.”
(HR. Hakim dan Daruquthni)

Makna Akil Baligh dan Tanggung Jawab dalam Syariat

Dalam Islam, akil baligh merupakan fase penting ketika seseorang mulai dibebani tanggung jawab hukum (taklif syar’i).

Kata ‘aqil berarti berakal atau mampu membedakan baik dan buruk, sedangkan baligh berarti telah mencapai kedewasaan biologis.

Artinya, seorang Muslim yang akil baligh wajib menjalankan seluruh perintah Allah seperti salat, puasa, dan menjauhi maksiat.

Tanda-tanda seseorang telah baligh dapat diketahui dari beberapa hal:

  1. Usia.

Menurut Mazhab Syafi’i dan Hanbali, usia baligh adalah 15 tahun untuk laki-laki maupun perempuan.

Mazhab Hanafi menetapkan batas minimal 12 tahun untuk laki-laki dan 9 tahun untuk perempuan.

Sedangkan Mazhab Maliki menyebutkan baligh pada usia 17–18 tahun tanpa membedakan jenis kelamin.

2. Mimpi basah atau mengeluarkan mani.

Ini merupakan tanda biologis bahwa organ reproduksi telah aktif.

Allah berfirman dalam Surah An-Nur ayat 59:

“Dan apabila anak-anakmu telah sampai ihtilam (mimpi basah), maka hendaklah mereka meminta izin sebagaimana orang-orang yang lebih tua.”

3. Menstruasi (haid).

Bagi perempuan, tanda baligh adalah ketika mulai mengalami haid. Sejak saat itu, ia sudah tidak wajib salat ketika haid, namun wajib mengganti puasa yang ditinggalkan.

Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak Baligh

Tanggung jawab besar berada di tangan orang tua untuk membimbing anak-anak mereka memahami hukum syariat sejak dini.

Anak-anak perlu dikenalkan pada tata cara bersuci, doa harian, dan adab Islam, sehingga ketika memasuki masa baligh, mereka siap secara mental dan spiritual menjalankan kewajiban agamanya.

Rasulullah bersabda:

“Perintahkan anak-anak kalian untuk salat pada usia tujuh tahun, dan pukullah (dengan cara mendidik) bila meninggalkannya pada usia sepuluh tahun.”
(HR. Abu Dawud)

Hadis ini menunjukkan pentingnya pendidikan agama sejak dini, termasuk dalam hal bersuci dan menjaga kebersihan diri.

Bersuci dalam Islam bukan sekadar kebersihan fisik, tetapi juga kebersihan jiwa dan adab.

Melalui doa istinja dan doa setelah keluar toilet, seorang Muslim mengingatkan dirinya bahwa setiap aktivitas sehari-hari, bahkan yang paling sederhana sekalipun, dapat menjadi bentuk ibadah bila dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah.

Menjaga kebersihan, memahami etika istinja, serta mengenali tanda-tanda akil baligh menjadi bagian dari upaya umat Islam untuk hidup sesuai syariat, bersih lahir dan batin, serta selalu dalam keadaan suci untuk beribadah kepada Allah SWT.

(Bangkapos.com/Zulkodri)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved