Timah dan Lada Melemah, Pertumbuhan Ekonomi Babel Terendah Setelah Aceh
Pertumbuhan ekonomi regional 2016 Provinsi Bangka Belitung merupakan terendah ketiga se Sumatera, yakni 3,5%
Penulis: khamelia | Editor: edwardi
Laporan Wartawan Bangka Pos, Khamelia
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Pertumbuhan ekonomi regional 2016 Provinsi Bangka Belitung merupakan terendah ketiga se Sumatera, yakni 3,5%, posisi dua terendah lainnya yaitu Aceh 2,9% dan Riau 2,0%.
Chief Economic BTN, Winang Budoyo mengatakan, Bangka Belitung harus akresif mengejar ketertinggalan rendahnya pertumbuhan ekonomi regional di 2016.
"Babel harus optimis, meskipun di bawah masih ada provinsi yang pertumbuhan ekonominya minus, Babel sedikit lagi bisa masuk ke garis warna biru. Banyak yang bisa diperbuat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, seperti contoh Sulawesi, mereka begitu concern di sektor perikanan, saya pikir Babel bisa mencontoh karena provinsi ini dikelilingi potensi kelautan," ujar Winang saat menjadi pembicara seminar ekonomi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Bangka Belitung Selasa lalu.
Ia juga mengatakan, Babel juga bisa mencontoh Bali dan NTB, ketika kondisi rupiah tidak stabil mereka memanfaatkan sektor pariwisata.
"Nah mestinya Babel juga bisa melirik ini apalagi wisata Belitung terpilih menjadi destinasi nasional seharusnya momentum ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin," ujarnya.
Perkembangan makro ekonomi regional perekonomian Babel triwulan I- 2016 tumbuh melambat 3,30% dibandingkan triwulan sebelumnya 4,2% (yoy).
Perlambatan bersumber dari terkontraksinya kinerja lapangan usaha utama yaitu sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian.
Dari sisi pengeluaran, terkontraksinya ekspor dan masih terbatasnya kegiatan investasi walaupun cenderung sudah membaik menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat.
"Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional Pada triwulan I 2016, perekonomian Bangka Belitung yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp11.568 miliar atau tumbuh sebesar 3,30% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya 4,28% (yoy)," ujar Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Bangka Belitung, Bayu Martanto.
Dia menyebutkan, perlambatan ekonomi disebabkan oleh melemahnya kinerja industri Crude Palm Oil (CPO), masih lemahnya kinerja lapangan usaha utama di bidang pengolahan dan pertambangan timah, dan menurunnya produksi tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan lada.
Selain itu, produksi hasil perikanan juga mengalami penurunan yang disebabkan kondisi cuaca yang kurang baik untuk melaut dan adanya banjir yang menerjang sejumlah tambak dan kolam budidaya ikan air tawar.
"Capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat sebesar 4,18% (yoy) dan nasional 4,92% (yoy)." kata Bayu.
Ia menyebutkan, dari sisi pengeluaran, perlambatan disebabkan terkontraksinya ekspor dan masih terbatasnya investasi walaupun sudah membaik.
"Faktor penyebab menurunnya ekspor luar negeri adalah menurunnya permintaan dan harga jual komoditas unggulan yang menjadi andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu logam timah dan CPO akibat melemahnya perekonomian global," ujarnya.