Mau Aborsi Bisa Pesan Via Internet, Bayar Segini Dilayani Pria Berjas Dokter
Tim liputan mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai seorang wanita yang pernah melakukan aborsi di Salemba, Jakarta Pusat.
BANGKAPOS.COM, JAKARTA - Praktek aborsi ilegal sudah bukan menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat Jakarta terutama di daerah Salemba yang disebut-sebut sebagai sarang praktek ilegal ini.
Tim liputan mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai seorang wanita (DIN) yang pernah melakukan aborsi di Salemba, Jakarta Pusat.
Baca: Mati dalam Kesendirian Sedang Tren di Jepang, Mayatnya Sampai Membusuk
Lantas mencoba untuk mengkonfirmasi tempat yang didatangi oleh wanita tersebut untuk melakukan aborsi namun dirinya tidak mengetahui secara persis alamat tersebut.
"Gak tahu sama sekali alamatnya soalnya waktu itu janjian di satu tempat gitu. Cuman bener itu foto gangnya, persis di sebelah Rumah Sakit St. Carolus," ujar wanita yang tidak ingin disebutkan namanya kepada Wartakotalive, Kamis (30/11/2017).
Baca: Ibu-ibu Kece, Punya Anak Lebih dari Satu Gayanya Kayak Masih Gadis
Dia mengaku melakukan tindakan tersebut pada bulan Agustus 2017 dan melakukan pencarian jasa aborsi ilegal lewat pencarian di internet.
"Nyari di internet gitu waktu itu trus dapet beberapa dan akhirnya ketemu yang menurut saya pas, akhirnya ya udah baru dari situ janjian sama orang di kontaknya itu," ujarnya dalam sambungan telepon.
Setelah bertemu dengan calo jasa aborsi ilegal tersebut, dirinya digiring untuk menuju lokasi praktek aborsi ilegal tersebut.
"Waktu itu kan naik mobil, trus orang mereka tuh naik motor. Pas udah ketemu, saya dituntun disuruh ngikutin mereka dari belakang dan masuk ke gang itu. Gak jauh dari situ, dari luar penampakannya kayak rumah gitu," ujarnya.
Baca: Ngeri, Ular Raksasa Tiba-tiba Muncul Saat Sejumlah Pria Lakukan Ini di Hutan, Tonton Videonya!
DIN menjelaskan bahwa ketika tiba di tempat tersebut papan nama praktek dokter kandungan telah terpasang namun ada beberapa laki-laki berbadan besar yang menjaga di teras rumah.
"Pas masuk langsung ada receptionistnya gitu disuruh daftar gitu nama, nomer handphone sama alamat terus dimintain uang Rp 200 ribu buat pendaftaran katanya," ujar DIN.
Setelah melakukan pendaftaran, dirinya masuk ke ruang pemeriksaan untuk bertemu dengan dokter kandungan yang akan menanganinya.
"Di kartu namanya sih waktu itu dokter ya tulisannya, dia (dokter) juga pakai pakaian kayak jas dokter gitu sih," tuturnya.